webnovel

Kencan

"Kakak yakin gak mau nemuin dia? Dia udah lama ada di sana," kata Rara saat dia mengintip dari jendela.

"Biarin aja," jawab Marisa cuek. Dia menyantap mie instan sebagai sarapan paginya.

"Dasar jual mahal," desis Rara dan dapat didengar dengan jelas oleh kakaknya tersebut.

"Cuci piringnya kalau kamu gak punya kerjaan!" perintah Marisa lalu meninggalkan meja makan dan duduk di depan tv.

Dengan kesal Rara menuruti perintah Marisa. Setelah selesai dia duduk di sebelahnya dan menggelengkan kepala saat melihat kakaknya itu.

"Apa yang dia lihat dari kakak sih? Jam segini aja belum juga mandi," kata Rara. Dia memandang Marisa dari kepala sampai kaki.

Hari ini memang weekend pertama Marisa dan membuatnya malas mengerjakan apapun. Dia hanya akan bermalas-malasan seharian. Sesekali Marisa melirik ke arah jendela. Hari semakin siang dan Ardo masih ada di depan rumahnya.

Marisa tidak percaya bagaimana mungkin orang sesempurna Ardo melakukan ini padanya? Sebenarnya dia masih begitu menyukainya, tapi entah kenapa kalau teringat dia sempat menyembunyikan identitasnya membuat Marisa kesal.

Akhirnya Marisa memutuskan untuk menemuinya. Hati kecilnya juga merasa tidak tega melihat Ardo menunggu lama di depan rumahnya. Marisa melihat cermin dulu sebelum keluar, dia merapikan rambutnya yang berantakan dengan tangannya.

Tapi tidak lama dia berpikir untuk membiarkan Ardo melihat wajah aslinya yang sama sekali sedang tidak menarik. Akhirnya dia mengacak-acak rambutnya lagi. Dirinya yang belum mandi membuat penampilannya benar-benar tidak pantas untuk diperlihatkan pada orang saat ini.

Dengan penampilannya yang seperti ini apa Ardo masih mau menerimanya atau merasa ilfeel padanya. Kalaupun dia akhirnya akan berhenti mendekatinya itu akan lebih baik, jadi Marisa tidak perlu repot-repot untuk menghindarinya lagi.

Saat Marisa membuka pintu, Ardo yang tadinya sedang duduk dan menunduk mendongakkan wajahnya dan senyum merekah di wajahnya.

"Apa kamu udah maafin aku Marisa?" tanya Ardo. Dia menghampiri Marisa yang masih berdiri di ambang pintu.

"Berhenti! Jangan terlalu dekat karena aku belum mandi," kata Marisa dengan malu. Dia menunggu reaksi dari Ardo.

"Kamu masih tetap sama, selalu cantik." Jawaban dari Ardo membuat Marisa tergelak. Ini di luar rencananya, seharusnya dia membuat Ardo ilfeel padanya tapi kenapa Ardo tidak berubah pikiran?

"Bukankah aku sedikit bau? Ehm mungkin banyak," guman Marisa. Dia mengendus ke kanan dan kiri sisi tubuhnya.

"Siapa yang peduli, aku menyukaimu. Aku akan menyukai semua yang ada padamu," jawab Ardo mantap.

Tunggu dulu, apa ini sebuah pernyataan perasaan? Marisa yakin jika pendengarannya masih berfungsi dengan baik.

Sebuah pernyataan cinta yang tidak diimpikan karena dilakukan di depan pintu rumahnya dan dalam keadaan dirinya sedang tidak cantik.

Marisa merasa jadi tokoh beauty and the beast. Dan tentu saja dia yang jadi beast dan Ardo beauty nya.

"Bagaimana? Apa kamu mau memberiku kesempatan?" tanya Ardo. Dia mendekatkan wajahnya pada Marisa.

Suara lembut Ardo membuyarkan lamunan Marisa. Apalagi saat wajahnya tepat berada di depannya membuat wajah Marisa memanas. Dengan segera dia memalingkan wajahnya. Dia tidak bisa dengan mudah percaya apa yang di katakan Ardo.

Bisa jadi dia orang kaya iseng yang berniat mempermainkannya saja. Marisa harus ekstra hati-hati dalam berurusan dengan lelaki karena tidak mau merasa sakit hati lagi seperti yang sudah berlalu.

"Cih, kita bahkan belum lama ketemu. Kenapa bisa semudah itu kamu bilang menyukaiku? Apa yang kamu sukai dariku? Aku yakin kamu banyak dikelilingi wanita cantik. Kamu pikir aku akan percaya begitu saja?" kata Marisa panjang lebar.

Adrian membuang napasnya.

"Untuk menyukai seseorang gak perlu waktu yang lama apalagi alasan. Aku menyukaimu ya karena itu kamu bukan orang lain," jawab Ardo.

Jawaban dari Ardo tidak membuatnya langsung percaya. Hal itu membuat Adrdo memutar otaknya memikirkan cara bagaimana Marisa dapat percaya padanya.

"Bagaimana kalau kita coba dulu, satu bulan? Atau satu minggu? Setelah itu baru kamu bisa memilih tetap bersamaku atau menolakku," kata Ardo.

"Jangan becanda, kamu gak akan punya waktu untuk hal seperti ini," kata Marisa lalu berniat menutup pintu tapi langsung bisa dicegah oleh Ardo.

"Apa kamu gak ada sedikitpun rasa suka sama aku?" tanya Ardo.

Marisa tidak dapat menjawab karena sebenarnya dia juga menyukainya. Tapi entah kenapa ada hal yang membuatnya tidak yakin dengan perasaannya terhadap Ardo.

"Bagaimana? Apa kamu mau kencan denganku hari ini?" tanya Ardo penuh harap.

"Baiklah kalau begitu aku akan mencobanya sampai aku bisa memastikan perasaanku ke kamu," jawab Marisa.

Ardo hampir melompat mendengarnya, dia tidak bisa menyembunyikan rasa bahagianya. Sedangkan Marisa menahan senyumnya saat melihat reaksi berlebihan dari Ardo.

"Kalau begitu kamu tunggu sebentar, aku mau mandi dulu," pamit Marisaa sebelum akhirnya dia masuk kembali ke dalam rumahnya.

"Jadi kakak udah nerima dia? Lalu gimana dengan pria yang satu lagi?" tanya Rara penasaran saat Marisa mau masuk ke dalam kamar mandi.

"Pria satu lagi apa? Gak ada yang lain selain Ardo. Lagian kenapa sih kamu nguping pembicaraan orang terus?!" bentak Marisa. Lalu dia masuk ke dalam kamar mandi.

Rara menuju dapur dan membuatkan segelas minuman jus untuk Ardo. Setelah dia menyerahkannya, ia duduk di depan Ardo dan memasang senyum manisnya lagi.

"Kamu—siapa?" tanya Ardo.

"Aku Rara adik kak Marisa," jawab Rara lalu mengulurkan tangannya dan di sambut oleh Ardo.

Rara sengaja memperlama jabat tangannya, karena memang dia suka menggoda pria tampan apalagi kaya.

"Rara masuk ke dalam!" seru Marisa saat mendapati Rara bersikap agresif terhadap Ardo. Dan Rara yang terkejut langsung melepas jabatan tangannya lalu masuk ke dalam.

"Maaf dia emang lancang," kata Marisa setelah dia keluar.

"Gak apa-apa, tapi apa benar dia adikmu?" tanya Ardo penasaran.

"Nanti aja aku ceritain," jawab Marisa.

"Jadi mau ke mana kita?" tanya Marisa.

"Kamu maunya ke mana?" Ardo balik bertanya.

Marisaa tampak berpikir tapi tetap saja memilih kata terserah sebagai andalan.

"Hmm, gimana kalau kita ke taman hiburan? Udah lama aku gak ke sana," gumam Ardo. Dan Marisa langsung menyetujuinya karena sebenarnya dia juga sangat ingin ke sana.

"Baiklah kita ke taman hiburan hari ini, tapi kayaknya kurang menyenangkan kalau cuma kita berdua, gimana kalau kita ajak orang lagi?"

"Boleh aja, tapi siapa?" tanya Marisa penasaran.

Ardo lalu mengambil ponselnya dan menghubungi seseorang. Setelah selesai Marisa masuk ke dalam mobil Ardo untuk menuju taman bermain. Saat sudah sampai mereka berdiri di depan pintu masuk untuk menunggu orang yang Ardo undang.

Dari jauh mulai tampak kelihatan seorang wanita cantik, dia berpakaian casual dengan atasan kaos putih dan celana jeans denim dipadukan dengan sneaker warna putih. Wanita itu melambai ke arah Ardo dan Marisa. Dan Marisa memfokuskan pandangan pada tangan wanita itu. Wanita itu menggandeng tangan seorang pria yang tidak asing baginya.

"Daniel," desis Marisa.