Selir Gun bergegas menuju taman bunga. Hatinya seperti dipenuhi bara api. Hukuman macam apa itu? Bahkan dirinya tidak pernah sekalipun menemani Raja Reijin di malam hari sampai pagi.
Ursulla pasti menggodanya. Ia akan menghentikan semua ini.
Di belakangnya sang dayang berjalan tergopoh-gopoh mengikuti langkah lebar sang selir. Ada rasa takut ketika melihat wajah nyonya-nya yang tampak seperti ibu tiri puteri salju. Dirinya berusaha menghentikan selir Gun lantaran khawatir bila sang selir tidak bisa mengontrol emosinya lalu berbuat di luar batas di depan mata Raja Reijin. Jika itu terjadi Yang Mulia Reijin pasti tidak akan tinggal diam.
"Yang Mulia selir Gun, Yang Mulia selir Gun."
Panggilan itu tak digubris. Selir Gun terus melangkah dan sampailah ia di jembatan yang menuju taman bunga.
Samar-samar ia mendengar suara musik dan seseorang yang sedang bernyanyi. Kaki selir Gun melangkah pelan menuju sumber suara. Lalu tiba-tiba langkahnya terhenti.
Dari posisi ini, meski tidak terlalu dekat. Ia melihat Raja Reijin dan Ursulla duduk saling berhadapan. Raja Reijin menyandarkan punggung pada tiang pavillium. Sebelah tangannya bertumpu pada lutut yang ditekuk ke atas tampak nyaman dan tenang. Netra kelam Raja Reijin begitu lekat memandang wanita di depannya.
Sementara Ursulla, terlihat menikmati permainannya. Sesekali matanya terpejam menghayati lagu yang ia nyanyikan. Semilir angin menerbangkan helaian-helain rambutnya yang menjuntai. Kemudian guguran bunga Tatebuya berwarna merah muda berterbangan di belakang Ursulla. Seakan menjadi latar yang mengiringi gadis itu.
Selir Gun terpana untuk beberapa waktu. Matanya bahkan nyaris tak berkedip. Apalagi suara Ursulla yang begitu lembut nan indah membuatnya seakan terhipnotis. Semuanya menjadi sempurna dengan diiiring petikan Guzheng.
Untuk sesaat, selir Gun merasa melihat seorang dewi. Bahkan ketika berniat mendekat, selir Gun merasa kakinya membeku hingga tak bisa berjalan. Dan pada akhirnya, ia memilih berbalik pergi.
****
Aneh.
Selir Gun menggigit ujung kuku cemas. Ia berjalam mondar - mandir tak karuan. Hatinya tiba-tiba dipenuhi kegundahan.
Ia tadi bertekad mengacaukan wanita itu tetapi entah kenapa dirinya malah mengurungkan niat. Seakan dia ditarik paksa agar tak mendekat.
Lalu ketika melihat tatapan Raja Reijin kepada Ursulla tadi benar-benar mengusiknya. Ia tak pernah melihat tatapan seperti itu sebelumnya. Tetapi mengapa?
Tiba-tiba tangannya gemetar. Kecemasan yang luar biasa melanda. Dirinya menggeleng-gelengkan kepala kalud.
"Tidak bisa, tidak bisa. Raja Reijin tidak boleh jatuh cinta pada wanita lain."
"Tidak bisa, tidak bisa. Raja Reijin tidak boleh memerhatikan wanita lain."
"Harus hanya dirinya. Harus hanya aku yang menjadi wanita Raja."
"Harus hanya aku yang menjadi Ratu mendampingi Raja Reijin."
Selir Gun berucap gundah. Paranoidnya kembali kambuh. Dia tumbuh dengan keyakinan bahwa dirinya adalah seorang permaisuri. Satu-satunya wanita yang Raja Reijin cinta dan akan menjadi Ratu negeri Cheon bersanding bersama Raja Reijin.
Tidak boleh ada wanita lain.
Selir Gun tersentak. Seolah menemukan solusi.
Ya, dia harus bilang kepada ayahnya untuk mempercepat pemilihan permaisuri.
****
Keesokan hari.
Setelah mendengar permintaan puterinya. Perdana Menteri Yung yang baru pulang dari tugas negara segera melangkah menuju istana Putih. Tempat kediaman ibu suri.
"Perdana Menteri, rasanya sudah lama kita tak minum teh bersama seperti ini. Tumben kau mengunjungi ku?" Dahi ibu suri sedikit mengernyit. Dirinya tahu bahwa kedatangan Perdana Menteri ke Kediamannya bukan sekadar bertamu biasa.
"Yang Mulia, saya tak mau basi - basi." Pria paruh baya itu tersenyum. Dirinya dapat menebak pikiran ibu suri. Oleh karena itu, dirinya tak perlu menunggu lama untuk mengutarakan maksud kedatangannya.
"Kau tahu kan kita sudah berteman dan bekerjasama cukup lama, aku minta kau segera memilih permaisuri !"
Ibu Suri mengulas senyum tenang kemudian mengangguk, "Ya, memang sudah saatnya Raja Reijin memiliki permaisuri. Dan aku juga mengerti maksud mu, Perdana Menteri."
Ibu Suri memang sudah tahu apa yang ada di pikiran Perdana Menteri, yakni menjadikan selir Gun yang tak lain ialah puteri semata wayangnya untuk menjadi permaisuri.
"Tapi kau tahu sendiri tentang penyakit anakku, dan tentunya kau pasti sudah mendengar bahwa selama ini Reijin tak pernah sekalipun menyentuh para selirnya. Aku tak mau menambah pikiran Reijin lagi." Terangnya.
Perdana Menteri Yung menarik sudut bibir mendengar penjelasan itu, "Penyakit aneh anak mu mungkin tak akan bisa disembuhkan." Perdana Menteri Yung menegakkan badan, menatap lurus penuh peringatan, "Kau jangan lupa perjanjian yang kita sepakati dulu!"
"Aku tak akan pernah lupa. Bersabarlah sebentar lagi! Aku pasti akan menjadikan puteri mu Ratu. Hanya perlu waktu yang tepat."
Pria paruh baya dengan rambut memutih dan janggut panjang itu menarik sudut bibirnya sebelum berkata.
"Ya, aku akan berusaha sabar lagi." Tatapan Perdana Menteri mendadak menajam,
"Tapi, jangan sampai kesabaran ku habis."
****