webnovel

Untungnya Aku Bertemu Kamu

Cheng Xi, seorang psikiater baik berhati emas, yang akan melakukan apa saja untuk pasiennya. Lu Chenzhou seorang pengusaha yang dingin yang menolak perawatan karena kelainan emosinya. Ini adalah kisah tentang kebekuan hati seorang pria dan tekad seorang wanita untuk mencairkannya.

Baby_Crisan · Ficção Científica
Classificações insuficientes
204 Chs

Chen Jiaman

Lu Chenzhou tidak muncul lagi, sebagai gantinya, ia memanggil sopir untuk mengantar Cheng Xi pulang.Awalnya, Cheng Xi ingin ngobrol lebih banyak dengan kakek-nenek Lu Chenzhou untuk memahami latar belakang Lu Chenzhou dan cerita masa lalunya saat tumbuh dewasa. Namun mereka terlalu bersemangat. Apapun topik yang ia kemukakan, mereka selalu bisa mengarahkan percapakan kembali ke pertanyaan seperti: "Kapan rencanamu dan Zhou untuk mencatatkan pernikahan? Apakah kamu ingin pesta pernikahan yang besar?"Atau, mereka akan mengatakan sesuatu seperti, "kalian berdua tidak muda lagi. Mengapa kamu tidak bersiap untuk memiliki seoarang bayi? Ayahnya tidak peduli, tetapi kami masih muda dan dapat membantumu membesarkan anak-anak."Di depan kakek-nenek yang penuh semangat dan mengharapkan cicit ini, Dr Cheng benar-benar dikalahkan.Saat Cheng Xi pulang hari itu, dia merasa akan ada banyak kejutan lain untuknya. Sepanjang hari tampak seperti mimpi—dari Lu Chenzhou dengan paksa memesan semua slot janji temunya, kedatangan si Botak, penandatanganan kontrak dengan Lu Chenzhou… seperti mimpi.Merebahkan diri ke tempat tidurnya, kelelahan. Tetapi kemudian melihat video yang dikirimkan perawat Chen Jiaman padanya; hari menjelang malam dan dia akam mulai kembali aktif, kali ini berulang kali mendorong pintu sebagai upayanya untuk keluar.Cheng Xi mengambil beberapa kebutuhannya dan bergegas ke rumah sakit. Saat menuju kesana, dia menerima panggilan dari Lin Fan, suaranya meminta maaf dari awal, "Maaf, aku sangat sibuk dan tidak melihat ponselku. Kamu meneleponku?"Cheng Xi dengan cepat berjalan menyeberangi lampu lalu lintas. "Ya.""Apakah ada masalah?""…. Tidak ada. Hanya ingin tahu kabarmu.""Oh."Keduanya tidak tahu harus membicarakan apa.Waktu yang telah menyebabkan mereka berpisah. Di masa lalu, ada banyak hal yang mereka bicarakan. Tetapi kini, dengan ponsel di telinga masing-masih, mereka merasa sangat canggung.Cheng Xi telah tiba di rumah sakit. "Jika tidak ada hal lain, maka aku akan menutup telepon. Aku sibuk.""Oke."Cheng Xi tidak punya waktu untuk mengenang masa lalu; dia langsung pergi ke bangsal Chen Jiaman. Saat tiba, ia melihat kerumunan dokter dan perawat yang bertugas keluar dari ruangan."Dr Cheng, kamu disini?" salah satu teman menyapanya. "Kami sudah mengatasinya."Cheng Xi menjawab tanpa banyak berpikir, dan mengalihkan pandangannya ke bangsal. Dia melihat Chen Jiaman terikat erat di tempat tidurnya; bibirnya membiru, mataya tanpa ekspresi menatap langit-langit, dan mulutnya mengeluarkan rintihan seperti binatang buas yang terluka."Mengapa kalian tidak menungguku?" tanya Cheng Xi saat berjalan kedalam, dengan nada ketus.Dibelakangnya, dokter yang menyapa tadi menjawab acuh, "Apa bedanya? Bukankah kita masih harus menggunakan jarum bius pada akhirnya? Sebaliknya, kamu jangan berkeliaran dimalam hari, bukankah pacarmu yang kaya akan khawatir?"Cheng Xi berhenti dan berbalik menatapnya. Ia lebih senior darinya—keduanya adalah siswa Cai Yi. Saat Cheng Xi memulai program doktoralnya, pria itu hampir lulus; tetapi saat Cheng Xi lulus, ia masih belum lulus. Cai Yi sering mengatakan bahwa pria itu berasal dari latar belakang keluarga yang baik, tetapi bukan otak yang baik. Dia tidak mengerti mengapa pria itu ingin menjadi seorang dokter ketika ia bisa bersantai.

Cheng Xi mendesah kesal tapi tetap tersenyum padanya. Namun, sebelum ia sempat membalas, Cheng Xi menguatkan ekspresinya dan dengan serius berkata, "Chen Jiaman adalah pasienku. Terima kasih untuk pertolongan anda malam mini, tetapi aku harap kamu akan bertanya dulu padaku sebelum memberikan jenis perawatan apapun padanya di masa depan."Setelah mengatakan hal itu, dia berbalik menghampiri ranjang, menutup pintu dengan 'Bang!'Saat pintu terbanting, dia mendengar pria itu berteriak diluar, "Eh, apakah dia menyalahkanku?"Beberapa perawat yang memegang tangan Chen Jiaman segera melepaskan tangan mereka. Pada saat ini, Chen Jiaman perlahan menjadi tenang."Dr Cheng."Cheng Xi melambaikan tangan menyuruh pergi. "Aku tahu kalian telah bekerja keras akhir-akhir ini, tetapi kalian harus terbiasa dengan alasan mengapa aku tidak ingin menggunakan obat penenang. Mereka tentu bisa membuatnya tenang lebih cepat, tetapi bagaimana setelahnya? Pernahkah kalian berpikir bahwa tiap kali memaksa menyuntikkan penenang di tubuhnya, ia akan semakin menolak dikemudian hari? Apakah ini membuatnya lebih baik atau lebih buruk, orang lain mungkin tidak tahu, bagaimana dengan kalian?""Tetapi kami tidak memiliki pilihan lain. Bukan hanya dia pasien yang tinggal di sini; sekali dia membuat gangguan, pasien lain juga akan mengikuti." Setelah melihat ekspresi santai Cheng Xi, perawat yang berbicara tadi mengode teman-temannya untuk keluar dari ruangan, sebelum keluar dia berkata," Dr Cheng, salah satu dokter berkata bahwa dengan menerima pasien ini akan menghabiskan bayak waktu dan tenaga tanpa ada penghargaan untuk merawatnya, bahkan jika sembuh, dia akan ingat telah membunuh neneknya yang selama ini hidup bersamanya… Apakah anda pikir dia akan benar-benar sembuh?""Lalu apa yang harus kita lakukan?" Cheng Xi menatapnya. "Haruskah kita membiarkannya hidup dalam delusi, menjalani kehidupan seperti ini?" Dengan tersenyum ia melanjutkan. "Nona Zhang, aku seorang dokter. Hari pertama aku memakai pakaian putih ini, profesorku berkata bahwa pakaian ini mewakili delapan kata: seorang pekerja untuk kesehatan sekaligus seorang penjaga kehidupan. Sebelum aku bertemu dengan Chen Jiaman, mungkin aku bisa pura-pura tidak tahu. Tapi setelah bertemu dengannya, menjadi dokternya, maka aku harus melakukan yang terbaik untuk membantunya. Paling tidak aku ingin membangunkannya, dan dia dapat membuat keputusan untuk dirinya sendiri."Setelah semua orang keluar, Cheng Xi berdiri di depan tempat tidur Chen Jiaman untuk waktu lama. Seorang anak kecil yang rapuh, terbaring disana tanpa suara, menyedihkan dan kesepian.Dia membungkuk di depan Chen Jiaman, mengusap tanyannya perlahan. "Chen Jiaman apakah kamu ingin sembuh?"Chen Jiaman tidak menjawab. Dia tertidur, tetapi tidak nyenyak. Cheng Xi tidak tahu apa yang dialami Chen Jiaman dalam mimpinya, tetapi air mata mengalir di wajahnya.Beberapa kali ia menghapus air mata dari wajah Chen Jiaman, dia duduk di depan tempat tidurnya selama setengah malam. Hampir tengah malam, Chen Jiaman terbangun. Saat itu ruangan sangat redup, satu-satunya sumber cahaya adalah cahaya lembut dari jendela.Chen Jiaman menyentuh tangan Cheng Xi. "Apakah kamu hantu?"Ini mungkin waktu dia yang paling normal. Tanpa jeritan, suara lembutnya sangat menyentuh, karekteristik anak perempuan seusianya."Ya.""Bagaimana kamu mati?""Seseorang memotong kepalaku."Chen Jiaman menjadi bersemangat, duduk disisinya dan berbisik, "Seseorang juga memotong kepalaku. Tidak terlalu buruk. dia mulai terkikik, dan tiba-tiba menatap punggung Cheng Xi, agak ketakutan. "ada banyak hantu, begitu banyak… Shht, jangat mengagetkan mereka."Di menarik selimutnya dan berbaring, menutupi dirinya dengan erat. Ini posisi yang sama seperti yang dilihat Cheng Xi tadi pagi, saat ia tidur seperti mayat.Saat Cheng Xi berjalan keluar dari bangsal Chen Jiaman, di luar telah terang, sinar matahari musim gugur yang menenangkan yang masuk ke koridor. Tetapi hanya menerangi dinding putih. Alih-alih pulang, dia langsung pergi kantor. Awalnya dia memutuskan untuk bekerja sebentar, tetapi dia harus berbicara dengan kepala departemen, ia akan mengambil cuti sebentar.Cheng Xi merasa seperti telah mengambil dua panah dari lututnya, wajahnya sangat panas seakan-akan bisa menggoreng telur di atasnya. Sepanjang tahun, dia menjadi pekerja yang rajin. Mungkin bukan yang terbaik di departemen, tetapi dia belum pernah meminta cuti seperti ini.Orang itu menatapnya dan menghiburnya. "Jangan khawatir tentang itu, istirahatlah. Jika saya jadi Anda, saya akan mengambil liburan panjang dan melupakan pekerjaan."Cheng Xi berusaha membendung rumor. "Aku benar-benar tidak punya pacar kaya yang kotor. Pesanan janji temu saya adalah leluconnya."Rekannya hanya menolak menjawab, "Ya, ya, saya tahu. Sebuah lelucon." Dia mengangkat kepalanya, menghela napas dan menatap langit-langit. "Saya juga ingin lelucon seperti ini. Tolong beri saya satu.""…."Tidak ada yang dilakukan, Cheng Xi hanay bisa kembali ke rumah. Tidur sepanjang pagi dan menghubungi Cheng Yang di sore hari. "Kamu punya waktu? Jika iya, kemarilah."Karena dia libur, dia memutuskan untuk menjelajahi lingkungan Chen Jiaman sebelum ayahnya kembali.Tetapi Cheng Yang menolaknya. "Aku sibuk! Cari pacar dan bermain dengannya--- hanya seorang pacar yang siap sedia dan meneleponmu."Cheng Xi tiba-tiba teringat Lu Chenzhou, pacar barunya. Dia menggenggam teleponnya dan mempertimbangkan pilihannya sejenak sebelum mulai menghubunginya. "Tuan Lu, bisakah aku mengajukan pertanyaan?"Dia tidak tahu saat itu Lu Chenzhou sedang sibuk. Butuh beberapa saat sebelum akhirnya menjawab, "Pertanyaan apa?""Sebagai pacarku, maukah kamu menyelesaikan beberapa hal untukku?""Apa?""Sebagai contoh, pergi bersamaku."Lu Chenzhou berpikir sesaat sebelum menjawab, "Kamu dimana?"Cheng Xi menyebutkan alamatnya."Baiklah. Aku akan mengirim supir untuk menjemputmu.""Supir? Mengapa bukan kamu sendiri yang datang?""Mengapa harus aku? Suara Lu Chenzhou dipenuhi kebingungan, "Aku punya uang, cukup untuk menyewa supir yang berdedikasi. Mengapa aku harus repot-repot menyetir sendiri?"Cheng Xi tertawa. "Lalu, bisakah aku bepergian naik pesawat?""Ya," jawab Lu Chenzhou tanpa ragu. Biarkan aku tahu dimana pendaratan pesawat terdekat.""…."Setelah mengambil panah di lutut, dia memukul kaki dengan batu yang dia ambil sendiri; kali ini, dia bahkan harus bersabar membujuk Lu Chenzhou yang ingin menjemputnya dengan helikopter!Baru sekarang Cheng Xi menyadari bahwa Lu Chenzhou sangat kaya, dan ia tidak bisa bercanda!Cheng Xi hampir ingin menangis. "Tidak, tidak. Aku hanya bercanda. Jangan dianggap serius. Sungguh aku tidak butuh helikopter!"