webnovel

Untungnya Aku Bertemu Kamu

Cheng Xi, seorang psikiater baik berhati emas, yang akan melakukan apa saja untuk pasiennya. Lu Chenzhou seorang pengusaha yang dingin yang menolak perawatan karena kelainan emosinya. Ini adalah kisah tentang kebekuan hati seorang pria dan tekad seorang wanita untuk mencairkannya.

Baby_Crisan · Sci-fi
Not enough ratings
204 Chs

Keluarga Penipu

Pengacara itu bekerja cepat. Sebelum Cheng Xi selesai memikirkan apa yang harus dilakukannya nanti, kontrak itu telah siap untuk ditandatangani.

Saat pengacara membawa kembali kontrak itu ke kantor Lu Chenzhou, ia memberi isyarat untuk menunjukkan dokumen itu terlebih dahulu. Kesan yang dilihat Cheng Xi adalah ketelitian yang berubah menjadi sesuatu menyerupai kecemasan. Kata-kata Lu Chenzhou begitu sederhana, tetapi kontrak yang dibuat pengacaranya mengejutkan, sangat formal. Mengikuti format resmi kontrak: berisikan syarat dan ketentuan, hak dan kewajiban serta biaya yang besar bila melanggar kesepakatan.

Setelah melihat jumlah itu, ia menjadi sangat serius. Menggerakkan matanya mengikuti deretan angka nol cukup membuatnya pusing. Kemudian dia berkata agak tajam, "Tuan Lu, jika kita tidak bisa menjadi pasangan, kita masih bisa menjadi teman biasa."

Lu Chenzhou telah duduk di sisi lain meja, memainkan cangkir teh berwarna giok di tangannya. Setelah mendengar kata-kata Cheng Xi, posturnya tidak berubah begitu pula ekspresi wajahnya. Namun Cheng Xi tiba-tiba merasakan hawa dingin merayap ke dalam hatinya.

Kemudian ia berkata, "Bawa Nona Cheng keluar!"

"Tuan Lu…" Cheng Xi berusaha berbicara, tetapi saat membuka mulutnya, Lu Chenzhou sudah berbalik melihat pengacaranya. Awalnya agak ragu, tetapi pengacara dengan cepat mendekati Cheng Xi, tegas tetapi sopan. "Silakan Nona Cheng."

Cheng Xi tidak bergerak, ia menatap Lu Chenzhou, tetapi pria itu tidak menghiraukannya, dengan tenang memainkan cangkir giok ditangannya. Menimbulkan udara dingin yang mencegah orang lain mendekat.

Dia merasa ini adalah kesempatan terakhir untuk mendekati pria itu, kesempatan yang tidak akan datang lagi.

Melihatnya tidak bergeming, pengacara mengulurkan tangan untuk meraihnya, tetapi Cheng Xi menghindar. Aku bisa menandatangani kontrak itu, tetapi bisakah aku berkonsultasi dengan pengacaraku dulu?" Melihat kedua pria itu menatapnya, dengan lemah ia menjelaskan, "Biaya untuk pelanggaran kontraknya terlalu tinggi…"

Diam. Setelah beberapa saat, Lu Chenzhou melambaikan tangan padanya.

Pengacara itu kembali duduk, Cheng Xi menghela napas lega dan segera keluar untuk menelpon.

Kenyataannya, dia tidak memiliki pengacara pribadi; ini hanya cara untuk memperlambat penandatanganan kontrak. Meskipun ada banyak nama dalam daftar teleponnya, kebanyakan adalah dokter, pasien, keluarga dan teman, beberapa diantaranya juga pengacara, Cheng Xi tidak berencana menghubungi mereka. Tetapi, jari-jarinya bergerak secara tidak sadar di kibor ponselnya dan menekan nama Lin Fan. Entah bagaimana, dia putuskan untuk menelepon Lin Fan.

Ketika mendengar panggilan telepon tersambung, ia merasa sangat gelisah. Apa yang harus ia katakana jika ia menjawab? Tetapi dering telepon terus berulang, ia menjadi tenang kembali.

Tetapi Lin Fan tidak menjawabnya.

Cheng Xi meletakkan kembali ponselnya, tersenyum dan masuk kembali ke kantor Lu Chenzhou. "Berikan aku pena."

Pengacara itu memberikannya pena, Cheng Xi menuliskan namanya di kontrak yang agak menggelikan itu.

Lu Chenzhou memandangnya dengan malas. "Pengacaramu tidak memberi saran?"

Setelah menuliskan namanya, Cheng Xi berkata, "Dia hanya menyarankanku untuk tidak melanggar kontrak jika telah aku tandatangani. Tetapi…" dia meletakkan pena, tersenyum dan menyelesaikan kalimatnya. "Jika pada akhirnya kamu menemukan seseorang yang kamu cintai dan ingin mengakhiri kontrak karena hal itu, aku tidak akan memaksamu membayar ganti rugi."

Dia tidak menanggapi, hanya menatap tajam padanya dan tersenyum.

Senyumnya itu akhirnya dapat menghapus sisa keraguan di hati Cheng Xi. Itu membuatnya merasa seperti membayar biaya astronomi, selama ia bisa mengurangi keputusasaan dalam senyumnya, sebagai dokter, hal itu sangat baik.

Setelah menandatangani kontrak, Lu Chenzhou kembali membawanya keluar. Saat ini, dia malas untuk menanyakan tujuan mereka, dan akhirnya mereka pergi ke rumah Lu Chenzhou.

Cheng Xi tersadar saat ia mulai melangkah masuk. Dengan gugup dan terbata-bata. ��Kita… pergi ke rumahmu?"

Lu Chenzhou mengangguk.

"Untuk…apa?"

"Setelah menjalin sebuah hubungan, kita sebaiknya bertemu dengan para orang tua, bukan begitu?"

"…."

Langkah Panjang Lu Chenzhou membuat Cheng Xi sedikit tertinggal, berjalan dengan pikiran berkecamuk.

Hanya beberapa hari yang lalu, Tian Rou dan yang lainnya bergurau akan memberinya piala untuk orang yang terakhir menikah. Tetapi sekarang, dia telah berada pada tahap bertemu para orang tua kedua belah pihak.

Tapi karena sudah menandatangani kontrak konyol itu atas keinginannya sendiri, sisanya.. tidak ada yang penting, pikir Cheng Xi sedih. Lain waktu saat bertemu teman-temannya, dia yakin akan menerima pengakuan dokter dengan perawatan terbaik.

Keluarga Lu tinggal di dekat pantai selatan, tidak jauh dari Hotel Donglai dan terletak di kawasan elit. Halaman mereka sangat indah, ada dua pohon apel ceri raksasa disana, tetapi meski daun menguning di musim gugur, tidak ada satu daun pun yang terlihat jatuh di tanah. Halaman itu sangat bersih dan rapi. Sangat bertolak belakang dengan kebisingan kota yang membuat perasaan menjadi sangat damai dan tenang.

Masih terlalu pagi dan Lu Chenzhou tidak memberi kabar, hanya kakek dan neneknya saja yang ada di rumah. Kedua orang itu memakai kacamata dan bermain poker. Anehnya, wajah mereka berdua digambar dengan spidol warna. Saat melihat Lu Chenzhou yang pulang membawa seorang gadis, dengan cepat mereka berbenah.

Tetapi meja dan sofanya terlalu besar untuk dibersihkan secepat itu. Lu Chenzhou melirik sekelilingnya sambal berkata, "Jangan repot-repot. Aku hanya ingin mengatakan, sekarang aku memiliki pacar. Tidak perlu lagi mengatur kencan buta untukku."

Setelah mengucapkan itu, ia berbalik ingin segera pergi, tetapi neneknya berlari mengejar dan memanggilnya, "Aiya, aiya! Mengapa tergesa-gesa, kami hampir selesai berkemas!" Kakeknya berusaha menghalangi dan menggapai baju Lu Chenzhou.

Lu Chenzhou menghentikan langkahnya, menundukkan kepala melihat tangan kakeknya. Kakeknya melepaskan bajunya, dan meninggalkan noda di baju itu: noda spidol dari permainan poker mereka tadi, dimana pemenangnya menggambar di wajah yang kalah.

Kakek Lu Chenzhou tertawa melihat noda itu. "Bajunya kotor, cucilah."

Cheng Xi melihat urat hijau menonjol di dahi Lu Chenzhou. Tetapi ia berhasil menahan diri, tidak berkata apa-apa dan langsung berbalik dan berjalan cepat manaiki tangga. Cheng Xi menahan tawa. Berbalik, ia melihat kakek Lu Chenzhou tersenyum padanya. "Kemarilah dan duduk bersama kami! Bocah itu aneh, jadi ia tidak akan turun hingga selesai membersihkannya setidaknya satu atau dua menit."

Neneknya Lu Chenzhou segera menjatuhkan semua yang ada di atas meja dan menendangnya ke bawah sofa sebelum pengurus rumah tiba, dan kemudian melambaikan tangan kea rah Cheng Xi. "Sini, sini. Duduk di sini."

Seperti yang mereka katakan, biasanya ada alasan di balik orang yang aneh. Cheng Xi tiba-tiba merasa sedikit kasihan pada Lu Chenzhou. Ia duduk disebelah kakek nenek Lu Chenzhou yang memiliki wajah ramah dan masih ditandai coretan spidol. "Apakah anda ingin mencuci muka?"

"Ah? Oh!" Keduanya akhirnya tersadar wajah mereka perlu segera dicuci. Saat mereka kembali, keduanya terlihat sangat sehat, sangat rapi dalam penampilannya; kakek Lu Chenzhou telah menyisir rambutnya ke belakang, dan neneknya mengganti pakaian dan menata rambutnya.

Ketiganya saling berpandangan. Sebelum kakek-nenek Lu Chenzhou bereaksi Cheng Xi telah menyapa mereka. "Kalian berdua," katanya agak terkejut.

"Kamu mengenali kami?"

Cheng Xi tersenyum. "Belum terlalu lama, kami bertemu di kediaman guruku." Kemudian ia menambahkan, "Guruku adalah Cai Yi."

"Oh, aku ingat!" Neneknya Lu Chenzhou membelai telapak tangannya saat memuni, "Kamu dokter yang pintar, baik hati, perhatian dan cantik!"

Cheng Xi tersipu dan tersenyum malu untuk pujian itu, "Ya. Saya seorang dokter."

Kakek-nenek Lu Chenzhou juga terlihat mengingatnya sekarang. "Oh ya, kamu siswanya Profesor Cai Yi; kamu telah merawat istriku untuk insomnianya. Aku beritahu, istriku sangat menghargaimu! Dia bahkan ingin Profesor Cai Yi mengenalkanmu pada cucu kami, tetapi Profesor Cai Yi menolaknya, mengatakan sesuatu tentang menyembuhkan penyakit… apakah dia tidak dapat menyembuhkannya dan memintamu untuk melakukannya?"

"…."

Istrinya menepuk punggungnya dengan ekspresi serius. "Kamu bicara apa? Cucu kita benar-benar normal!" dia berbalik menghadap Cheng Xi dengan tersenyum dan berkata, "Zhou kecil kita adalah laki-laki baik, tampan, mampu dan kaya. Jangan dengarkan apa yang diucapkan kakeknya!"

Cheng Xi juga tersenyum melihat hal itu. Mereka pernah bertemu sebelumnya, dia tidak terlalu kaget dengan keunikan mereka—ia ingat, selama pertemuan mereka dulu, mereka telah berkata ingin menjadikannya cucu menantu. Jadi, sikap mereka saat ini sudah dia anggap biasa.

Tetapi meskipun ia bersedia menyetujui pemintaan Lu Chenzhou, dia tidak pernah menyesatkan orang lain. Setelah keduanya tenang, dia mulai menjelaskan pada mereka. "Sebenarnya saya bukan pacarnya Lu Chenzhou, melainkan dokternya. Dan ini adalah permintaan guruku."

"Dokternya? Tidak mungkin! Sangat jelas ia mengatakan kamu adalah pacarnya!" Kakek-nenek Lu Chenzhou menolak menerima kenyataan itu.

Cheng Xi sangat sabar dalam memberi penjelasan. "Itu salah. Alasan dia melakukan hal itu adalah agar kalian berhenti menekannya. Sebenarnya, itulah alasan mengapa aku ke sini bersamanya hari ini—untuk memintamu, keluarganya, untuk lebih sabar dan mengurangi stresnya."

"Tidak ada tekanan dalam bentuk apapun," dengan polos kakek-nenek Lu Chenzhou berkata. "Kami juga tidak menekannya. Selama kamu menjadi pacarnya, dia menikahimu dan kalian berdua memiliki bayi kecil, kami tidak akan memberi tekanan lagi padanya."

Mendengar ini, Cheng Xi mengusap kepalanya. Ya tuhan, apakah keluarga ini merupakan keluarga penipu?