webnovel

unSpoken

Hanny_One · Adolescente
Classificações insuficientes
42 Chs

BAB 6 ; Pagi Yang Membinggungkan

Sinar matahari pagi masuk melalui sela-sela horden kamar itu. Menyinari wajah dua orang yang masih bergumul dengan selimutnya. Pagi itu sungguh sangat cerah. Mengambarkan hari yang ceria.

Liana membalik tubuhnya. Ia merasa sinar mentari pagi menyengat kulit wajahnya. Kepalanya menyentuh dada bidang dihadapannya. Terasa hangat,aroma tubuh pria tercium. Ia mengosok-gosokkan kepala nya. Rambutnya membuat lelaki itu geli,ia lalu melingkarkan tangannya memeluk tubuh liana. Menariknya mendekat,menempel pada tubuhnya. Dihirupnya aroma rambut liana,makin didekapnya.

Liana membuka mata terkejut merasa kan lingkaran tanggan kekar itu pada tubuhnya. ia mengerjapkan mata beberapa kali berusaha menyadarkan diri dari kantuknya. Ia mengganggat wajahnya,didapatinya wajah seorang yang asing dihadapannya. Ia hampir berlonjak kaget mendapati dirinya ada dipelukan lelaki ini. Tapi tubuhnya tidak bisa bergerak menjauh karena tanggan itu tambah erat menahan nya didekapan.

Liana berusaha mendorongnya menjauh. Ia begitu panik. Sekuat tenaga ia dorong. Tiba-tiba tangan nya dicengkeram,gerakannya dihentikan oleh tangan besar milik lelaki itu. Tubuhnya dibalik,ditindih dengan dua tangan nya digenggam. Kini lelaki itu dengan wajah tenang berada diatasnya. Kedua mata mereka bertemu. Liana terpaku melihat wajah tampan itu dengan mata biru dan hidung mancungnya. Kini ia dapat dengan jelas melihat wajah milik siapa yang bersamanya saat ini.

"kenapa sepanik ini? Seakan-akan kau yang jadi korban disini. Padahal kau yang masuk ke kamar ku dan mengodaku" lelaki itu menyadarkan liana yang terpaku menatapnya.

"kau dikirim radit kan kesini?" lelaki itu mengintrogasi

Mendapati liana tetap bungkam,dengan muka binggung membuatnya merasakan firasat kalo dia telah melakukan kesalahan besar.

"kau salah satu wanita yang disewa radit untuk menggoda dan melayani ku kan? Tanya nya lagi. Liana masih diam dan tambah binggung.

"kau bukan?" ia bertanya memastikan jawaban wanita dibawahnya. Liana menggeleng pelan. Membuat hati lelaki itu gusar.

Ia menjauh dari lian,melepaskan tangan nya,duduk dipinggir kasur menghadap jendela. Ia tertunduk dan mengusap rambutnya kasar. Ia berusaha mencerna semua nya yang telah terjadi tadi malam.

"aaaaaaa" teriaknya mendapati dirinya melakukan kesalahan pada wanita muda ini.

Liana duduk dan menyadari bahwa dirinya tidak berpakaian,ia menarik selimut dan membalut tubuhnya. ia merasakan sakit pada tubuhnya. dan nyeri pada selangkangan nya.ia menengok pada sprei disana bercak darah. Pikirannya menerka apa yang terjadi pada dirinya. Ia membuka dan memastikan tubuhnya. ia mendapati dirinya yang sudah kehilangan keperawanan.

"AAAAaaaaa" teriaknya nyaring menyadari tebakan terburuknya benar adanya.

Lelaki itu menoleh terkejut mendengar liana. Liana mulai meneteskan air mata. Ia mulai terisak.lelaki itu berusaha menjangkau nya. Tapi liana menjauh ketakutan. Ia panik. Ia mulai melempar bantal yang ada didekatnya kearah lelaki itu. Ia menangis dan berteriak.

"apa yang sudah kau lakukan padaku" ucapnya dengan tersendat menahan getaran amarah.

"apa salah ku,sampai kau melakukan hal ini pada ku?" tanyanya sambil terisak.

Liana mengeluarkan suara nya yang selama ini ia sembunyikan. Ia tidak pernah berbicara selama ini. Sampai-sampai orang-orang meyakini dia wanita bisu. Orang-orang percaya bahwa dia memang tidak bisa berbicara. Bahkan ibunya sendiri menganggap demikian. Sejak kecil liana memang tidak berbicara kecuali pada almarhum ayahnya. Itu pun hanya ketika mereka hanya berduaan saja. Ia memang mengalami gangguan keterlambatan bicara saat kecil,sampai umur 5 tahun ia masih terbata-bata berbicara. Ia juga lebih senang berinteraksi dengan bahasa isyarat. Sampai orang-orang disekitarnya terbiasa dengan dia yang diam.

Marcel yang mendengar suara wanita muda dihadapan nya terpaku. Karna semenjak tadi malam ia tidak mendengar apa-apa dari mulutnya. Hanya saat ia mendesah yang ia ingat keluar dari kedua bibir merah itu. Sampai saat ia ditindih dan dipojokkan nya tadi pun ia tidak membuka mulutnya.

"apa salah ku?" tanya liana kembali dengan terisak

marcel tertunduk "maafkan aku" ia mengatakannya dengan suara berbisik

"ini memang salahku,aku akan bertanggung jawab" tambahnya sambil berdiri meninggalkan liana sendiri. Ia masuk kamar mandi. Ia memberi liana waktu untuk tenang.

Ia menyalakan shower,menguyur tubuhnya dengan air dingin. Ia tertunduk lama menikmati air itu mendinginkan kepalanya. Ia memejamkan mata. Ia berpikir dan mengulang kejadian tadi malam pada otaknya. Berusaha mencari solusi atas masalah yang ia timbulkan karena mabuk.

Liana yang masih diatas kasur masih meratapi dirinya yang telah kehilangan kesucian. Ia mengingat kejadian tadi malam. Tapi ingatan nya terpotong potong. ia menyadari dirinya salah masuk kamar. Tapi kenapa kamar mewah ini bisa terbuka saat dia membukanya dengan kunci miliknya. Ia binggung dan merasa dijebak. Ia menyesali dirinya yang ikut kesini,dan menyetujui pesta ULTAH yang disodorkan padanya. Ia juga menyesali ia minum terlalu banyak padahal itu pertama kali baginya. Ia juga menyesali tidak mau diantar kekamar tadi malam oleh dea dan tiara. Ia menyesali dirinya. Ia mengacak-acak rambutnya. Berteriak mengeluarkan rasa prustasinya.

Marcel mendengar teriakan liana dia mengusap wajahnya kasar,ia benar-benar menyesal atas perbuatannya.

" Coba saja saat aku menyadarinya aku menghentikannya segera. Tapi dia benar-benar manis. Aku tidak bisa berhenti. Lagi pula saat itu adik kecil ku sudah masuk separo" ia mengarahkan tatapan nya kebawah menatap sesuatu dibalik handuknya

"tapi ini bukan salah ku sendiri,dia juga salah. Karna masuk kamar ku." Ucapnya pada bayangan dirinya didepan cermin. Ia berusaha mencari pembelaan atas dirinya. Tapi saat ia menyadari fakta bahwa dia lupa mengunci pintu kamarnya. Ia kembali tertunduk menyesal.

Marcel keluar dari kamar mandi dengan telanjang dada. Ia mengusap rambutnya yang basah dengan handuk. Berusaha menata ekspresinya agar tidak terlihat gugup. Ia berjalan mendekat kepada liana yang masih menangis diatas kasur.

"berapa yang kamu mau?" tanya marcel pada liana

Liana meangkat kepalanya. Menatap langsung pada mata biru marcel. Ia menyertakan ekspresi tidak percaya dengan apa yang ia dengar. 'apakah dia pikir aku wanita yang sengaja menjual diri kepada dirinya untuk uang dan hartanya'

"berapa? Tanya marcel kembali

"aku tidak perlu uang mu" jawab liana

"hei.. ayolah sebutkan saja. Agar segera selesai masalah diantara kita"

"apakah kau pikir aku wanita murahan yang disediakan radit untuk mu" liana setengah berteriak dan memberi tekanan pada suaranya. Marcel menelan ludah pahit mendengar nya. tapi ia tidak hilang akal. Ia berjalan mengambil keluar kamar. Liana memandang tubuhnya pergi. Liana menghembuskan nafas kasar menyadari tangapan marcel kepadanya.

Marcel menelpon seseorang dari ponselnya.

"siapkan aku 100 juta tunai. Bawa kekamar 30 menit lagi. Segera" ucapnya pada seseorang diseberang sana. Ia lalu berjalan masuk kamar kembali dengan membawa cek pan pulpen ditangan nya. Ia kemudian menyerahkan pada liana.

"ini cek kosong. tulis nominal berapa pun yang kamu mau disini. Aku juga sudah menyiapkan uang tunai 100 juta yang akan diantar kesini 30 menit lagi." Ucapnya memberi tawaran pada liana tanpa mengindahkan tatapan nya.

Tapi respon yang ia hadapi tidak sesuai bayangannya. Liana merobek cek itu menjadi beberapa bagian kecil.

"aku tidak butuh uang mu" jawab liana

Ia melempar bantal kearah marcel "keluar dari sini"

Marcel menangkap bantal itu dengan satu tangan.

"ini kamarku,seharusnya kamu yang pergi. Bagaimana mungkin seorang tamu mengusir empunya"

"keluar,aku inggin pergi kekamar mandi. Bagaimana mungkin aku berjalan kesana saat kau masih disini." Liana menjelaskan dengan pipi yang memerah.ia sudah tidak tahan dengan rasa lengket pada tubuhnya. dan ia ingin segera membasuh muka nya yang basah karna air mata yang kini sudah kering meninggalkan sembab pada matanya.

"oooh. Itu maksud mu. Baiklah" ucap marcel sambil membalikkan badan. Ia tersenyum tipis melihat tangapan liana atas dirinya.

'menarik' pikirnya