webnovel

unSpoken

Hanny_One · Adolescente
Classificações insuficientes
42 Chs

BAB 11: Marsha Ayu Ardadinata

BAB 11 : Marsha Ayu Ardaninatta

Satu minggu yang lalu. Di dalam mobil. Sepulangnya marcel dari hotel.

"tuan,kita akan pulang atau mapir kerumah utama dulu?" tanya pak handoko

"kita mampir sebentar,aku inggin menjengguk marsha" marcel menjawab tanpa memalingkan wajahnya. Dia masih menatap keluar dari kaca mobil nya.

"baik" balas pak handoko

Mobil mulai melaju,membelah jalanan. Marcel tetap dalam lamunannya. Sesekali dia Nampak tersenyum tipis. Sepertinya pada benaknya terlintas serangkaian kejadian yang menyenangkan. Pak handoko memperhatikannya dari kaca spion. Dia ikut tersenyum melihat marcel yang dinggin dan selalu Nampak serius sekarang menampakkan ekspresi berbeda. Ia teringgat 5 tahun lalu,'inilah marcel yang aku kenal' benaknya. 'dia sudah kembali' pak handoko amat bersyukur.

. . .

Mobil itu memasuki gerbang,rumah yang nampak megah terlihat didepan. Ini rumah yang dulunya ditinggali marcel dan keluarganya. Kini dirumah ini hanya tertinggal marsha dan nyonya besar (neneknya marcel). Rumah ini Nampak sepi jauh dari keramaian yang dulu ada. Walaupun disini juga tinggal beberapa orang pekerja yang mengurus rumah dan beberapa penjaga dibagian gerbang.

Seorang wanita muda berlari dari dalam rumah,mendekati mobil yang berhenti didepan. Marcel keluar dari mobil. Pelukan hangat mendarat dari sosok wanita cantik didepannya. Marcel membalas pelukan itu sama eratnya,ia mengecup puncak kepalanya dengan penuh kasih.

"kau merindukan ku?" tanya marcel

Wanita dalam pelukannya meangguk pelan. Sambil melepaskan pelukannya. Memandang marcel dengan mata berbinar-binar.

"nona marsha" pak handoko menyapa sambil membungkukkan badan.

"jangan pangil nona,paman" marsha mengerakkan tangannya berbicara dengan isyarat.

"aku akan marah jika paman memperlakukan ku seperti orang asing seperti itu" marha melanjutkan.

"baiklah,maafkan aku" pak handoko terkekeh

Marsha memberinya pelukan padanya. Lalu dengan ringgan mengandengan tanggan keduanya,membawa masuk. Dua lelakai itu menurut saja mengikuti langkah marsha.

Marsha Ayu Ardaninatta adik kandung dari Marcello Ardian Ardaninatta. Ia seorang penyandang disabilitas. Ia tidak bisa berbicara. Wanita cantik itu memiliki warna mata yang biru sebagaimana warna mata marcel. Rambutnya berwarna coklat dengan wajah asia blasteran,warna mata itu sungguh Nampak cantik. Wajahnya lembut dan menyejukkan. Penuh senyum dan ceria. Ia ramah dan baik hati. Seandainya ia juga mampu berbicara dia akan Nampak sempurna dengan wajah cantik itu.

Marsha adalah alasan marcel membangun sekolah khusus penyandang disabilitas. Dan memberikan banyak ruang serta menyediakan lapangan pekerjaan untuk mereka. Dia bahkan membuat kantor,hotel,restaurant,mal,dan tempat-tempat yang berada dalam naungan perusahaannya sebagai tempat yang ramah dengan para penyandang disabilitas.

. . .

Ditaman belakang nyonya besar sudah menunggu ketiganya.

"akhirnya kalian berkunjung juga" sambutnya. "hampir satu bulan ini kalian tidak menjengguk kami" dengan wajah sedih dia menatap marcel dan pak handoko bergantian.

"maafkan kami nyonya" pak handoko menjawab dengan nada menyesal. "bulan ini kami sungguh sibuk,sore ini kami juga harus berangkat lagi membereskan pekerjaan yang ada" lanjutnya.

"apa?" nyonya besar terkejut "kalian akan pergi lagi marcel?" tanyanya

"ia nenek,maafkan aku"

"marsha pikir,kalian akan menginap hari ini" (dengan isyarat" marsha menunduk sedih

Marcel mengelus kepala marsha dengan lembut "minggu depan aku akan menginap"

Marha menatap dan mengarahkan jari kelingkingnya,meminta janji pada marcel

"janji" kata marcel sambil mengaitkan jari kelingkingnya.

. . .

"marcel hari ini Nampak berbeda" nyonya besar bertanya pada pak handoko sambil menatap marcel dan marsha bercengkrama didekat kolam ikan

"mata nyonya memang sangat jeli" puji pak Handoko

"apakah ada hal yang terjadi?"

"ya,nyonya" pak handoko menyunggingkan senyum lebar

"apa?" tanya nyonya besar dengan sangat penasaran

"tuan Adit berhasil kali ini" jawab pak marcel

"ooohhh…." nyonya besar Nampak mengerti apa yang dimaksudkan pak handoko.

"aku harus berterima kasih dengan benar kali ini dengan adit" katanya dengan sangat bersemangat dan bahagia dengan kabar yang diterimanya.

. . .

Dipinggir kolam ikan

Marsha menatap lekat kearah marcel. Sepertinya dia menyadari hal yang berbeda dari marcel.

"ada apa?" tanya marcel menyadari pandangan marsha

"seharusnya aku yang bertanya ada apa?"

"kau menyadarinya "

"tentu saja" jawab marsha dengan penuh keyakinan "ada apa?,ceritakan" dia menarik tangan marcel memaksanya bercerita.

"aku bertemu seorang wanita cantik tadi malam" ucapnya pada marsha

"benarkah" marha sungguh terkejut dengan pernyataan marcel. Dia tidak pernah menceritakan tentang seorang wanita selama ini,bahkan menyinggung pun tidak,tertarik pun tidak,menatap atau melirik pun tidak. Biar secantik atau seseksi apapun. Tapi kali ini dia menyatakan pernyataan yang sungguh kontropersi.

"ia" marcel meangguk mantap

Marsha membelalakkan matanya,mulutnya terbuka lebar "HAH?"

"kenapa? Aneh ya?" tanya marcel

"super duper aneh" jawab marsha

"hehehe" marcel tertawa lirih mendengar jawaban marsha

"ceritakan" marsha menuntut

"tapi ceritanya bermuatan kisah 21+' jawab marcel mengoda

"umur ku sudah 23 tahun. aku sudah cukup umur" marsha bersikeras

"baiklah" marcel menjawab ringgan lalu mulai bercerita. Ia menceritakan dari awal sampai akhir. Tanpa rasa malu,ia menceritakan segalanya pada adik kecilnya.

"bodoh,kenapa bagian privatnya juga inggin kau ceritakan" marsha menghentikan marcel

"supaya jelas' jawab marcel menggoda

"lewati,aku tidak ingin mendengarnya. Ceritakan hal penting saja"

"itu juga penting"

"tidak,lewati. Dicut aja disitunya"

Marcel tertawa geli melihat ekspresi marha yang malu dengan wajah merah karna ceritanya.

( catatan : percakapan diatas milik marsha dilakukan dengan bahasa isyarat)

. . .

Pukul 12.30

Didepan rumah. Marcel dan pak handoko pamit pulang. Karna sekitar 1 jam lagi marcel harus berangkat keluar negri untuk urusan bisnis selama satu minggu.

"kau akan menemuinya lagi kan?" tanya marsha

"tentu saja." Jawab marcel mantap

"kau akan mengenalkan nya pada ku kan?" matanya penuh harap

"iya,pasti" jawab marcel mantap "aku akan menjadikannya kaka ipar mu"

Pak handoko dan nyonya besar saling bertatapan penuh arti melihat percakapan dua saudara ini. Walaupun mereka bercakap dengan isyarat kedua nya paham dan menguasai bahasa isyarat pula.

"berjanjilah pada ku"

"janji. Tunggu saja. Dalam waktu dekat dia akan aku bawa kesini"

. . .

Didalam mobil. Marcel bercakap-cakap dengan seseorang lewat ponselnya

"cari tahu wanita yang bersama ku tadi malam. Dengan data yang lengkap. Sabtu depan sepulang aku dari belanda datanya harus sudah siap. Mengerti!" perintahnya kepada seseorang diujung telepon.

. . .

Sabtu pagi. Marcel baru mendarat. Salah satu pengawal yang menyambutnya menyerahkan amplop map. Marcel menerimanya sambil lalu memasuki mobil. Dia membukanya. Dia tersenyum lebar melihat isinya. Data tentang liana dan foto-foto kegiatan liana satu minggu ini ada didalamnya.

"Liana Angraeni" marcel melafalkan nama nya dengan senyum makin lebar

"putar balik,aku inggin pergi kekantor sekarang" ucap marcel pada supirnya.

Padahal tadi dia sudah mengirim pak handoko untuk mengikuti acara meeting hari ini. Tapi dia berubah pikiran setelah mendapati bahwa liana bekerja diperusahaannya. Dia ingin segera bertemu. Dadanya mengebu-gebu tidak sabaran. Sugguh dia sangat tersiksa satu minggu ini,dia terus terbayang wajah liana. Sepertinya dia jatuh cinta pada malam pertama bersamanya.

"ternyata kau sangat dekat selama ini. Tapi aku tidak menyadarinya" ucapnya berbisik pada diri sendiri.