webnovel

unSpoken

Hanny_One · Teen
Not enough ratings
42 Chs

BAB 10 : pikiran yang berkecamuk

BAB 10: Pikiran Yang Berkecamuk

Tok…Tok…Tok…

Suara ketokkan dari balik pintu menghentikan ciuman marcel yang panas. Ciuman itu sudah menjalar sampai leher dan dada liana. Bajunya sudah terbuka separo.

"siapa?"tanya marcel masih pada posisi nya,diatas tubuh liana. Dengan nafas yang belum teratur.

"tuan Anderson Cooper menunggu bapak direstoran x" jawab sekertarisnya dari baik pintu.

"aku lupa" gumam marcel sambil berdiri

"baiklah,katakana pada nya aku akan sampai ke sana 10 menit lagi" jawab marcel sambil membenarkan kemeja dan rambutnya yang berantak kan.

Liana bangun,mengancing bajunya.

"liana,aku pergi sebentar. Nanti malam aku jemput" ucap marcel sambil mengecup puncak kepala liana. Liana terpaku ditempat.marcel segera berlalu keluar ruangan.

Diluar ruangan 3 bodyguard dan pak handoko sudah menunggu marcel. Mereka membungkuk memberi salam kepada marcel. Marcel meangguk kan kepala.

"dian,buatkan the dan antar kedalam" perintah marcel sambil berlalu.

"baik"

"ah… aku lupa" marcel membalikkan badan,tangannya mengeluarkan sebuah kotak kecil berwarna hitam dengan pita merah muda yang cerah. "berikan ini untuk liana dan suruh dia tanda tanggan kontrak proyek yang dia menangkan tadi"

"baik pak"

Didalam lift

Pak handoko menatap marcel dengan senyum penuh arti. Ia dengan lekat memandang marcel. Marcel yang merasakan hal itu,sungguh merasa tidak nyaman.

"ada apa? Ada yang inggin disampaikan? Tanyanya pada pak handoko tanpa menoleh

"wanita didalam ruangan tadi wanita yang sama dengan yang ada dikamar hotel waktu itu kan?"

"ia,kenapa?" marcel masih mempertahankan wajah datarnya

"tidak apa" senyum pak handoko tambah lebar menyiratkan kebahagiaan

"berhenti tersenyum" marcel memerintahkan. Ia sungguh tidak nyaman.

"baiklah" ucap pak handoko berusaha merubah mimik mukanya

Tanpa harus berbicara dan menyatakan perasaannya sepertinya pak Handoko sudah tahu apa yang dipikirkan majikannya itu. dia bisa membaca perubahan yang terjadi pada marcel. Dia sungguh bersyukur setelah sekian lama akhirnya dia membuka hatinya. Walaupun dia belum bertemu dengan sosok yang membuat marcel seperti ini, dia yakin Liana adalah wanita yang baik. Dia sungguh berharapa kali ini marcel akan mendapat kan lagi kisah bahagia. Sudah terlalu lama dia sendiri. Apalagi Umurnya tahun ini akan mencapai 35 tahun,dia sungguh harus segera membangun rumah tangga lagi.

. . .

"apa barusahan yang dia katakan? Akan menjemputku malam ini? Apa maksudnya aku disuruh menunggu dikantor? Atau dia akan jemput kerumah? Tapi emang dia tahu rumah ku ?" liana berbicara sendiri,dia masih duduk di dalam ruangan kantor marcel.

"tau aaah…,marcelo nyebelin,nyebelin,dasar otak mesum,nga tahu malu," liana terus mengoceh sambil meremas dan memukul-mukul bantal kecil yang ada didekat nya. Ia meluapkan kekesalannya

"beraninya dia mencium ku." Tatapannya penuh kebencian. "awas ya kalo dia berani lagi ketendang selangkangannya" liana bertekad

"tapi ciuman itu seenak ini ya?" liana kembali teringat saat marcel mencium nya. "manis ya dan mendebarkan" jarinya meraba bibirnya sendiri.

"aaaah…bodoh,liana bodoh" batinnya "dasar otak mesum,kenapa memikirkan hal-hal itu lagi. Bodoh.. bodoh.. liana bodoh" dia menghardik dirinya sendiri sambil mengacak-acak rambutnya.

Wajar dia berpikir demikian. Karna itu ciuman pertama yang dia rasakan secara sadar. Dengan kesadaran penuh dia membalas dan menikmati setiap sentuhan marcel. Bukankah saat kejadian satu minggu lalu dia sedang dalam pengaruh alcohol dan obat. Ingatannya disaat itu setenggah-setengah. Walaupun saat ingatan itu kembali dia merasakan debaran.

Tok..Tok…Tok…

Suara ketokan dari balik pintu menyadarkannya. Venna masuk dengan membawa nampan berisikan teh dan kue kering. Dia Nampak terkejut dengan penampilan liana,rambutnya acak-acakan.

Sebelum venna menanyakan perihal dirinya liana segera membenarkan rambutnya. Dan tersenyum kecut pada venna.

"silahkan diminum dulu" ujar venna sambil meletakkan nampan itu dimeja

"terima kasih" (dengan isyarat tanggan)

"jangan terlalu ambil pusing dengan kata-kata kasar pak marcel,dia biasa seperti itu rada-rada kasar tapi sebenarnya niatnya baik."

Venna menebak liana baru saja selesai dinasehati oleh marcel,rambutnya yang diacak sendiri meingat kan venna pada dirinya sendiri yang prustasi sehabis dari ruangan marcel akan melakukan hal sama seperti liana. Walaupun keadaan tidak sesuai dengan tebakkannya,liana membiarkan. Liana malah bersyukur dia tidak tahu hal sebenarnya terjadi.

Liana hanya menjawab dengan senyum.

"aku juga sering dimarahi olehnya. Karna kekeliruan dan kesalahan ku sendiri sih. Bayangkan setiap hari aku harus bekerja didekatnya. Apalagi dengan sikap dingginnya itu iiiihhhh…..terintimidasi setiap hari dibuatnya." Venna begidik membayangkan tatapan marce yang dinggin bagai es

Liana tertawa ringan mendengar pernyataan venna.

"kau sependapatkandengan ku?"

Liana meangguk mengiyakan. Setahu nya marcel memang orang yang dinggin dan hampir tidak pernah tersenyum. Wajah datar dan sikap kaku selalu menghiasi penampilannya. Walaupun tidak dipungkiri liana sudah melihat sisi lain dari marcel.

"coba saja jika pak marcel lebih murah senyum,wajahnya pasti akan Nampak lebih tampan. Dan seandainya sikapnya tidak anti perempuan mungkin masih ada kesempatan untuk kita-kita menjadi nyonyanya" venna berandai-andai "yak an"

Liana membalas dengan senyum 'anti perempuan? Hey seandainya kaka ini tahu secaabul apa marcel itu dia tidak akan berharap dekat-dekat dengannya' liana meingat kembali perlakuan lelaki itu padanya yang seperti serigala mendapat kan mangsa. Dengan rakus melumat melumat bibirnya. Dengan kasar mencumbuinya. 'iiiihhhh….' Liana agak bergidik membayangkannya lagi.

"ooohh…iya aku hampir lupa." Venna berdiri berjalan mendekati meja marcel. Mengambil map dari sana.

"ini kontrak kerja dari proyek yang berhasil kau dan divisi mu menangkan" venna meenyodorkan nya pada liana.

"selamat ya" ucapnya dengan tulus "jika inggin dibaca dulu silahkan"

Liana tampak berbinar melihat map merah itu. ia membuka dan membacanya. Lalu segera menandatanganinya.

"terima kasih"

"sama-sama"

. . .

(penulis : mohon maaf 🙏 karena ada kekeliruan saat mengaflowad. menyebabkan tertukarnya BAB 10 dan 11. mohon dimaklumi dan semoga tidak mempengaruhi para pembaca. salam manis 🌺💞❤️)