webnovel

penghianatan

Esok Siang harinya, Kota terpencil yang bernama Tafoco terletak di baratnya kota sunyi yang sebelumnya dikunjungi Kasih, berbeda dengan sebelumnya. Kota Tafoco ramai dengan penduduknya, Kasih berjalan pelan lebih dalam melihat pemandangan yang indah dan ramai ini. Kasih terkesan pemandangan yang telah lama dia tidak rasakan lagi.

"Uaaaaa" berbagai macam penjual yang disediakan. Baik itu buah-buahan, sayuran, peralatan rumah, mainan anak-anak dan lainnya. "Sudah lama tidak merasakan sensasi ini!"

Menghirup udara segar, menyenangkan berada disini, Kasih dengan ekspresi wajah yang riang gembira mungkin mengubah Tujuannya untuk tetap disini.

"Sepertinya jika aku disini, aku akan tetap selalu menikmati keindahan ini."

Tak lama setelah melihat-lihat sekeliling, ada ibu-ibu penjual roti memanggil kasih.

"Hei nak! Kesini sebentar."

Kasih menyinggahi dia bertanya kepadanya.

"Ada apa Bu?"

Dia menawarkan Roti kepada Kasih, roti agak panjang tampak masih hangat juga kelihatan lezat jika dicicipi.

"Apa Kamu mau membelinya? Cuma 3 coek saja."

Kasih murung setelah mendengarnya, perutnya juga berbunyi nyaring suaranya sehingga ibu itu mendengar suara jeritan perut Kasih. Karena rasa tidak enaknya, Kasih menolaknya dengan halus.

"Tidak perlu Bu. Saya kesini cuma ingin berkeliling kota ini saja terus kembali pergi menjelajahi dunia. Ehehe~"

Ibu itu menunduk kepalanya sambil menutup mata.

"Jika begitu."

Dia menaruh beberapa roti di kantung plastik, juga ada beberapa koin perak yang memiliki harga 3 coek dilain kantung plastik. Menyiapkannya dan menyerahkannya pada Kasih.

"Terima lah ini, sebagai rasa terima kasih karena telah berkunjung."

ibu ini pun tersenyum tulus kepada Kasih. Karena dia sedih dengan penderitaan yang dia alami, itu sangat jelas dari raut wajah dan matanya. Kasih tak bisa menolak kebaikan yang diberikan padanya, dia juga diberikan senyum yang tulus sehingga tidak enak untuk ditolak. Kasih menggapai kantung dengan syukur dia mengambilnya.

"Terima kasih banyak bu!"

Kasih setelahnya pergi meninggalkan dia, hati ibu itu sedikit lega dan nyaman telah membantu orang yang sedang kesulitan. beberapa jam kemudian, hari mulai gelap. Kasih sampai di tempat penginapan, dengan koin pemberian ibu tadi membuatnya bisa menginap disini. koin itu diserahkan pada kasirnya sebanyak 5 buting koin atau 15 coek, setelahnya Kasih diberi kunci penginapan. Dia sampai di tempatnya, saat membuka kunci dan mendorong pintu. Kasih di kejutkan dengan seorang perempuan cantik yang duduk santai di kasur, sepertinya dia sudah menebak siapa yang akan datang kemari.

Dia memiliki dada besar, kulit putih, rambut pirang panjang dengan gaya pigtails atau kuncir 2, dan mata merah. Dia mengenakan pakaian maid warna hitam dengan stoking hitam dibawahnya dan sepatu Mary Jane hitam.

"Yo! Kasih, apa kau baik-baik saja?"

Kasih dengan lantang menyebut nama "Ria!?" di depan dia. ternyata dia adalah teman kecil Kasih, bisa disebut rival bermain ular tangga semasa kecilnya.

"Kamu terkejut ya? ahh.... Pantas sih."

"Bagaimana kamu bisa disini? bukannya kamu telah dibuang ke sumur saat kita masih kecil?"

Ria berdiri dari tempat dan meluruskan tangan kanannya, partikel cahaya kuning yang tak terhitung jumlahnya berkumpul untuk membentuk bayangan pedang. Begitu Ria memegang gagang pedang, bayangan itu berbalik dan memperlihatkan pedang katana yang gagangnya kekuningan.

Kasih terkejut merasakan Pedang itu yang memiliki aura yang sama seperti yang di punggung perempuan yang dia jumpai saat di kota sepi. tidak lain dengan sebelumnya mungkin ini ada hubungannya dengan kedua pedang tersebut. Ria menurunkan pedangnya.

"berkat pedang ini, aku bisa selamat dari sumur yang dangkal itu."

Sesuatu yang Menjangkal di Kalimat yang baru saja dilantunkan. kata hal yang sama ketika Kasih berada di penjara, dia diselamatkan oleh pedang juga.

"Tunggu! apa yang kamu maksud berkat pedang ini? apakah pedang mu itu datang dengan sendirinya?"

Ria terbengong melihat Kasih.

"Eh? kamu juga sama seperti aku?"

Kasih menganggukkan kepalanya sebagai tanggapan lalu dia menunjukkan pedang yang dia bawa, pedang yang gagang berwarna biru. Ria terkekeh kecil saat melihat pedang itu, dia teringat dengan sesuatu.

"mungkin, ini bukti kita adalah pemain ular tangga takdir."

Kasih tercengang apa yang baru saja didengar, tak bisa mengeluarkan satu kata pun. Ria menyadari temannya yang terkejut.

"ahaha... Maaf. aku kira kamu sudah mengetahuinya sejarahnya. kalau begitu aku akan menceritakannya sedikit."

kembali sadar dengan kejutan, dia duduk di kursi meja berhadapan Ria yang duduk di kasur. Kasih sadar ini tempat milik dia bukan tempat Ria.

"tunggu sebentar! seharusnya aku disana bukan disini."

keduanya berdiri dan bertukar tempat lalu duduk.

"Nah! sekarang cerita lah."

Ria melepas pedang dari tangannya, berubah menjadi partikel-partikel kuning dan menghilangkannya jejak.

"Baiklah. Dulu, ibuku pernah bercerita tentang 4 orang yang selalu bersama saat bermain ular tangga, orang-orang itu bernama Era, Riwu, Soah, dan Defa. Era saat bermain selalu mengunakan pion warna merah, Riwu selalu mengunakan pion warna biru, Soah pion kuning, dan Defa warna hijau. Saat bermain, setiap langkah maju ke depan. mereka diberikan keberuntungan, saat terjebak di mulut ular, mereka kehilangan organ tubuh dari pemain. kejadian ini dilihat dengan dewa yang bernama Celis membuatnya tertarik dengan permainan tersebut. dia(Celis) membuat 4 buah pedang yang memiliki gagang yang berbeda - beda itu menyerupai warna pion dari ular tangga, yaitu merah, biru, kuning dan hijau. semuanya dilengkapi dengan kekuatan masing-masing. Pedang katana gagang merah itu di berkati dengan kekuatan iblis, pedang katana gagang biru diberkati dengan kekuatan sihir, pedang katana Gagang kuning diberkati kekuatan spiritual, dan pedang katana Gagang hijau diberkati kekuatan Alam. lalu, Orang yang dipilih dengan pedang katana itu sendiri lah harus mencari cara untuk membengkokkan takdirnya, kekejaman yang sebelumnya hanyalah sebuah Drama agar kita berusaha lebih keras untuk kita berjuang. Kita yang terpilih dinamakan dengan "Sepek anjay". itulah tujuan permainan ular tangga takdir ini. Dan begitulah ceritanya."

Kasih melempar roti pada Ria lalu memakannya saat menangkap roti itu. saat mengunyah dia mengatakan "terimakasih" dengan kalimat yang tidak jelas didengar karena dia sedang mengunyah roti.

"haha... habiskan dulu. hmm..."

Kasih melihat dirinya di cermin besar belakang Ria, kemudian melirik ke rambut Ria, dan mengingat wanita yang dia jumpai. ini semua berkaitan!

"Aku kemarin sore, bertemu dengan pengguna katana gagang merah. Dia memiliki mata berwarna merah."

Kecupan manis terakhir dari jari telunjuk Ria setelah habis memakan Roti.

"Okey. Tapi katanya pedang yang bergagang hijau tidak bisa di kita temukan. jadinya, hanya aku, kamu dan orang yang baru saja kamu bicarakan."

"Kenapa hijau tidak bisa ditemukan?"

"kata ayahku pedang katana gagang hijau rusak karena sang dewa Celis tidak sengaja menghancurkannya, dia juga malas membuat lagi dan memperbaiki nya."

[ Tunggu! malas? dewa kok malas… ]

Ria berdiri menuju depan pintu.

"aku pernah mendengar rumor kenapa dia tak memperbaikinya."

Sesuatu yang sudah rusak, tidak akan lagi sama seperti yang dulu jika aku memperbaikinya.

"Selamat malam!"

Ria kemudian meninggalkan Kasih dan menutup pintu kamarnya. Kasih berbaring sambil makan roti.

"Aku semakin paham dengan perkataan ayahku. ternyata…dia juga pernah menjadi Sepek anjay dulunya." tangan lainnya mengangkat lurus pedang didepan. "Kekuatan sihir ya?"

Malam-malam yang dingin dan sunyi senyap, orang-orang bertiduran nyenyak begitu juga dengan MC kita yaitu Kasih. Seseorang wanita berpakaian Maid dengan rambut pirang panjang dikuncir 2. Mulut kecilnya mengeluarkan suara yang lembut…mengucapkan!

Doen sara kadoa!

sekitar lantai rumah yang disana bercahaya dan Suara ledakan yang kecil seperti mercon, mengeluarkan Cahaya warna kuning yang menunjang tinggi hingga sampai mengenai awan yang sejuk. Satu persatu rumah berledakan akibat hal yang sama, walau satu persatu. Itu dilakukan dengan kecepatan yang sangat jauh lebih cepat dari kecepatan suara membuatnya dipermudahkan melakukan pembantaian.

Dia melihat semuanya, Mulutnya menunjukkan rasa Kasian yang dia lakukan. semua yang mengenainya sudah pasti mati, semuanya yang disana juga terkena dengan hal yang sama. meskipun itu toko kecil, tempat bermain anak-anak dan lain sebagainya ikut serta dalam kekuatan spiritual ini. pemandangan yang indah dengan cahaya yang bersinar terang ke atas, seperti tiang tinggi di tancapkan ketanah.

"kenapa aku harus melakukan pembunuhan seperti ini? apa yang sebenarnya kamu inginkan dewa Celis?"

Dan tibalah seseorang dibelakang Wanita itu.

"Aku tidak menyangka siapa yang melakukannya."

wanita itu terkejut dan melihat bayangan seseorang yang memegang pedang. Ternyata dia adalah Kasih!

"Apa kamu baru saja jalan ke petak baru? Ria!"

Ria adalah orang yang melakukan semua ini secara diam-diam. Dia mengabaikan rasa takut yang menyerang, partikel kuning yang tak terhitung jumlahnya berkumpul membentuk bayangan pedang katana di depannya lalu dia memegang gagang dan menodongkannya. Kasih melepas pedang dari sarung kemudian mengambil kuda-kuda.

"aku tidak tau apa yang kamu mau. karena kamu menganggu pertunjukanku maka aku akan menghabisimu." [Ria] "HAHAHAHA…baiklah aku akan meladenimu, terimakasih infokan telah kamu berikan sebelumnya." [Kasih]

Terjangan dari keduan pihak, mereka saling bertukar pandang, serangan, dan tangkis. kecepatannya serangan Ria mampu menyaingi kecepatan Kasih, mengukur jarak dari Kasih dengan segenap kekuatannya Ria memutar bahunya dan pedang tersebut membelah angin, sekali lagi terayun ke arah Kasih, terus menerus Ria melakukannya. Kasih menghindari serangan yang melayang padanya, meski begitu. Ada 3 serangan yang melukai bagian, bahu kiri, pipi kanan, dan tulang kering kanan. tak perlu dengan hal itu, Kasih terus maju dan tak goyah dengan hal itu sehingga Ria agak tertekan dan mengucapkan

...Kosmao kosjdi...

jarum kecil tak terhitung jumlahnya terbuat dari petir berada di atas langit meluncurkan seperti roket dengan kecepatan tinggi, menghampiri Kasih yang mata pedangnya hampir mengenai tubuh Ria tapi malangnya Kasih, tidak tau apa yang terjadi diatasnya. Jarum itu semua menusuk Kasih, dari kepala hingga ujung kaki. Tidak ada celah manapun dari serangannya. Kasih terdiam mati rasa dan terjatuh ke tanah saat terkena jarum. Kasih tergeletak dan menjadi es, Ria terkejut melihatnya.

"es?"

Ria merasakan keberadaan dari langit, tengah-tengah bulan ada seseorang yang terbang menghalangi sinar bulan. Dia rupanya Kasih.

"Terimakasih Ria, sekarang aku bisa menjadi lebih kuat dan maju ke petak selanjutnya."

...Ice Absolute Zero!...

Kasih menjadikan Area seluruh kota menjadi beku, tidak ada satupun yang tidak membeku. suhu yang kecilnya lebih kecil dari angka 0 membuat keseluruhan disana membeku hebat, Cahaya yang menunjang tinggi keatas berganti jadi Es. hal tidak logis macam apa itu, Sebuah Cahaya menjadi Es? tidak masuk akal masbro.

Tapi sihir yang di aktifkan baru saja tidak berpengaruh terhadap Ria. dia malahan terpesona dengan apa yang dia lihat sekarang, pemandangan yang indah dengan sekelilingnya dipenuhi es.

"Wuaaaa"

Rua tidak begitu mengerti apa yang rasakan sekarang, ah... dia memang selalu begini. sewaktu kecil, semua orang belajar saat jam pelajaran tapi dia malah asik bermainan. mungkin dia masih kurang mengerti dengan situasi, karena itu Kasih melihat Respon ria yang tak keruan menjadi emosi. Kasih melempar pedangnya sehingga berbunyi tok mengenai pedang gagang Kasih kepala Ria, Itu menyadarkan dengan situasi sekarang. Situasi ini benar-benar, sangat, dan luar biasa. Dengan begitu Ria memasang tatapan serius nya pada Kasih, saling memelototi dari keduanya.

Ria memulai seriusnya. Cahaya kuning yang berkilatan keluar dari mata Ria, dan seketika itu merobek daratan di bawahnya, memanjang memenuhi keseluruhan tubuh Ria. Momen berikutnya, sebuah ledakan membahana menghancurkan daerah sekitarnya.

"AAAAAAAAAA....!!!!!!"

Wanita yang tinggi berteriak, pedang Kasih jadi partikel biru berpindah ke tangan kanannya menjadi pedang semula. Bukannya panik dia lebih Memilih untuk tetap tenang.

"Apa dia akan serius?"

Perlahan, bibir Ria terbuka.

...Rosb soke...

Tekanan yang tinggi melepaskan Kekuatan spiritual yang luar biasa, Walau penampilannya tetap sama. Yang membedakannya hanya Pertahanan menjadi lebih kuat dan kekuatan juga bertambah kuat, Pedang di sebelah kanan dan pistol G2 premium disebelahnya. Perlahan, mengangkat pistol lalu mengarahkan pada Kasih. pelatuk pistol sedikit di tahan, Sekitaran pistol bermunculan beberapa elemen seperti: Api > Air > Angin > Tanah

ke empatnya bersatu masuk kedalam lubang, itu menjadikannya sebagai peluru. Kasih tidak panik dengan hal itu, Dia malah memasukkan pedangnya ke sarung. sejempol dia menjagakan jarak. Pelatuk sudah di tekan, peluru kecil berwarna hitam terbang menuju Kasih.

Kasih terlihat hanya mengembalikan pedang ke asalnya tapi nyatanya kecepatan tak terhitung memotong-motong peluru kecil yang dihadapannya. itu habis berjatuhan ke tanah. mengira semuanya sudah selesai, Kasih mengubah dirinya menjadi partikel biru berpindah ke tanah semacam teleportasi, berpindahan dengan cara yang berbeda.

Suara yang tinggi meneriaki Ria.

"Kamu menganggu tidurku saja!"

saat berjalan meninggalkan tempat, rasa sakit yang hebat di jantungnya membuatnya tergeletak kesakitan.

"Ap...!?"

Ia memegang dadanya dengan rasa: perih > denyut-denyut yang cepat > terbakar > dingin yang ekstrim > nyeri yang hebat. itu semua tercampur aduk menyebar ke semua tubuhnya.

Ria menghampirinya saat menjerit kesakitan.

"kamu pikir, dengan memotong dapat menghindari serangan mutlak ku?"

Kasih terus merasakan hal itu terus berulang-ulang kali merasakannya dari ke ujung ke ujung, bergantian rasa sakit itu berpindah dari tempat ke tempat lain. Sehingga rasa itu menghilang dari tubuhnya begitu juga dengan tatapannya menjadi kosong dan mati ditempat.

"Ahh.... Maaf ya! Tapi aku harus menyelesaikan permainan ini demi diriku sendiri."

sebuah Bunga mawar merah muncul di tangan Ria, itu berikan pada Kasih yang tergeletak begitu saja.

"aku harap dengan membunuhmu, kamu terlepas dari permainan ular tangga takdir yang mengerikan ini."

setelahnya Ria meninggal Kasih dengan wajah penuh penyesalan.