Adler batal melangkah. Ia berlari kembali ke arah antrian taksi.
"Maaf, Nona. Izinkan saya memotong antrian. Ini urusan antara hidup dan mati." Adler membungkukkan badan karena menyerobot.
"Oh, ya. Silakan."
Adler langsung masuk ke taksi dan meminta supir untuk mengejar Daniel.
'Aku tidak tahu apa kepentingan Daniel di kota ini. Tapi aku perlu curiga. Siapa tahu dia memang menyembunyikan sesuatu.' Adler membatin.
Taksi yang ditumpangi Adler dan Daniel melaju lambat karena mengikuti antrian keluar dari bandara. Mata Adler tetap mengawasi dan meminta supir agar tidak kecolongan.
Adler tidak perduli seandainya 'tuduhan' yang terlintas tadi ternyata salah. Walau ada kemungkinan Daniel datang atas urusan pekerjaan dari kampus sekali pun. Adler hanya ingin menuntaskan rasa penasaran.
"Pak, jangan sampai taksi yang ada di depan itu lolos ya."
"Baik, Tuan."
Apoie seus autores e tradutores favoritos em webnovel.com