webnovel

Titip Rindu

Adakala diam menjadi salah satu untuk menyimpan rindu, dan air mata untuk menyampaikan rindu. Sekuat apapun kita mempertahankan sebuah hubungan, jika Tuhan sudah berkehendak maka tak ada yang bisa melawanNya... Mengorbankan nyawa demi kehidupan yang baru akan dimulai, mencintai tanpa pamrih, mengasihi tanpa batas, dan menyayangi dengan ikhlas....

RinduIbu · Adolescente
Classificações insuficientes
167 Chs

Eps.93

Selalu ada harapan untuk jiwa yang berusaha, itu lah yang saat ini sedang Alvarez rasakan. Ungkapan cinta yang tulus sudah ia utarakan pada Shea sang penguasa hati nya. Dirinya selalu tersenyum kala melihat bingkai foto seorang gadis cantik yang mengenakan dress putih dengan memegang buket bunga mawar putih yang besar, yang terpajang dia atas meja kerjanya, namun seketika senyuman itu luntur saat melihat sebuah amplop coklat yang tergeletak tak jauh dari bingkai itu.

" Lo mikirin apaan...? " tepukan di pundaknya membuat Alvarez tersadar dari lamunannya, ia melihat Gilang berdiri di sampingnya dan James sudah duduk di hadapan nya

" kalian.... " Alvarez kembali merapikan berkas-berkas nya, Gilang dan James terus memperhatikan wajah dan gerak-gerik Alvarez

" kenapa? " Alvarez menatap Gilang dan James secara bergantian

" kita perhatiin, akhir-akhir ini muka Lo pucet banget Rez.... Lo sakit? " tanya Gilang

" iya.... dan Lo juga sering ngelamun " sambung James

" gue cuma kurang tidur aja kok " jawab Alvarez santai.

" seharusnya Lo luangin waktu buat istirahat, jangan pekerjaan terus yang Lo pikirin... " ucap James

" bener tu apa yang dibilang sama James... apa lagi Lo udah mau nikah, Lo harus jaga kesehatan Lo " sambung Gilang, Alvarez hanya tersenyum tipis mendengar nasehat dari kedua sahabatnya itu.

*******

Karena merasa tubuhnya lelah, Alvarez memutuskan untuk pulang lebih cepat ke apartemen nya namun sebelum itu ia menjemput Shea terlebih dahulu

" kamu sakit? muka kamu pucet banget Loh " ujar Shea yang memperhatikan wajah Alvarez

" nggak kok, aku cuma kecapekan aja " pandangan Alvarez masih fokus pada jalan

Merasa tak percaya dengan apa yang dikatakan oleh Alvarez, Shea meletakkan telapak tangan nya pada kening laki-laki itu, membuat laki-laki itu sedikit terkejut atas tindakan Shea.

" badan kamu panas loh... " ucap Shea yang mulai merasa cemas, Alvarez meraih telapak tangan Shea lalu mengecup nya

" it's ok honey, I' m fine " Alvarez tersenyum manis padanya

" kamu pasti demam "

" hei..... I'm not sick " Alvarez masih menyangkal ucapan Shea

" Kamu tenang aja, aku nggak apa-apa kok, habis nganter kamu, aku langsung pulang dan istirahat "

" bener yah... " Shea memastikan ucapan Alvarez, karena ia tahu betul bahwa laki-laki itu sangat gila bekerja

" promise you " Alvarez sedikit memicit hidung mancung Shea.

********

Alvarez membuka pintu apartemen nya dengan tergesa-gesa, setelah itu ia langsung merebahkan tubuhnya di atas ranjang. Alvarez terus mengerang kesakitan di bagian d**anya bahkan untuk menghirup dan mengembuskan napas saja begitu sangat menyesakkan.

Berbeda pula dengan Shea, sepertinya Alvarez dirinya masih merasa khawatir dan cemas apa lagi saat melihat Alvarez seperti sedang menahan rasa sakit dalam tubuhnya.

" Alvarez kenapa ya.... kok gue jadi cemas gini " batin Shea.

Melihat Shea yang terus mondar-mandir dikamar nya, Shalu pun menghampiri nya

" kamu kenapa sayang? "

" mommy.... " Shea sedikit memberikan senyum, karena perasaan nya sedang tak menentu

" ada apa? mommy perhatiin dari tadi kamu mondar-mandir aja kayak setrikaan " Shea kembali tersenyum tipis

" aku lagi mikirin Alvarez Mom "

" ciye... kenapa kamu kangen sama dia, bukan nya tadi pulang bareng sang pangeran tak berkuda? "goda Shalu dengan mengulum senyumnya

" justru itu mom, tadi mukanya Alvarez pucet banget dan badan nya panas, aku tanya kenapa, dia bilang nggak apa-apa " Shea merasa tubuhnya ikut merasa lemas

" coba kamu hubungi saja lagi, siapa tahu dia udah sampe di apartemen nya " ucap Shalu sambil berlalu. Shea nampak berfikir sebelum dirinya melakukan apa yang disarankan oleh ibunya.

Sudah berulang kali Shea mencoba menghubungi Alvarez namun lagi-lagi hanya suara operator yang terdengar

" Lo kemana sih!!!!!!! " batin Shea yang mulai kesal

Ditempat yang berbeda, Alvarez terbaring tak berdaya di atas ranjang d**anya terasa sangat sesak bahkan detak jantung nya berpacu tak beraturan sesekali terdengar suara erangan nya yang merasa kesakitan, Alvarez sengaja menonaktifkan ponselnya.

Laki-laki itu memejamkan matanya, senyum manis Shea terus melintas dalam ingatan nya membuat dirinya harus kuat menahan rasa sakit yang begitu sangat menyiksa diri.

" gue harus bertahan " gumam Alvarez yang terbata-bata, sampai pandangan nya semakin lama semakin gelap.

*********

Shea membanting ponsel nya ke atas ranjang, ia hampir frustasi karena sampai detik ini ponsel Alvarez masih sulit untuk di hubungi

" kenapa sih dari tadi yang ngomong suara operator Mulu!!!!! bosen tau nggak denger suara Lo " Shea berbicara sendiri pada layar ponselnya

" Shea.... kok Lo dari tadi ngomel Mulu sama tu ponsel, Lo masih waras kan? " Janet sedikit antisipasi saat melihat tatapan tak bersahabat dari Shea

" dari tadi siang Alvarez susah banget di hubungi!!! " Shea ikut merebahkan tubuhnya keatas ranjang

" mungkin aja dia lagi sibuk, atau lagi ketemu klien nya.... secara pujaan hati Lo itu kan pengusaha muda yang sukses dengan segudang prestasi nya " Janet mulai bertingkah lebai nya.

" tapi seenggaknya kan kalo dia emang beneran sibuk, bisalah ngabarin gue!!! jangan ngilang-ngilang kayak gini " Shea mengacak rambutnya kesal.

" Jan, Lo jadi kan nginep di rumah gue? "

" iye bawel!!!! " Janet menutup majalah yang baru saja selesai ia baca.

*******

Samar-samar Alvarez mendengar suara yang sedang berbincang, dan perlahan ia membuka matanya walau matanya masih terasa sangat berat. Matanya menjelajahi ruangan yang sangat asing baginya, ruangan yang bernuansa putih serta bau obat-obatan yang sedikit mengganggu penglihatan nya dan tak lupa juga jarum infus yang menancap di salah satu tangannya.

" Varez, kamu sudah sadar nak " Haidar langsung menghampiri saat Alvarez mulai ingin bergerak

" Kenapa aku bisa ada disini? " tanya Alvarez yang mulai menyadari bahwa dirinya tidak berada dikamar nya

" tadi kamu pingsan, dan Gilang yang membawa kamu kerumah sakit " Haidar mencoba untuk setenang mungkin

" kamu mau apa? biara papa yang ambilkan " tanya Haidar saat Alvarez kembali hendak beranjak dari ranjang nya.

" aku mau minum pa " jawab Alvarez, dengan cepat Haidar mengambil segelas air di atas nakas. Dipandanginya wajah putra nya yang terlihat sangat pucat.

Setelah Alvarez menghabiskan air minum nya hingga tandas, ia kembali merebahkan tubuhnya karena penglihatannya kembali berkunang-kunang.

Dengan serentak Alvarez dan Haidar menoleh kearah pintu yang baru saja di buka oleh seorang laki-laki. Alvarez merasa bahwa laki-laki yang sedang berada di hadapan nya saat ini sedang menatap dirinya dengan tak bersahabat.

" ada apa? " tanya Alvarez dengan bingung

Laki-laki itu tak bergeming, ia justru melempar amplop berwarna coklat ke arah Alvarez. Dia baru menyadari, bahwa dua laki-laki yang saat ini menatapnya menyembunyikan kesedihan mereka di balik sorot mata mereka.

" apa dimata Lo, gue bukan siapa-siapa Lo ??? " tanya laki-laki itu dengan penuh penekanan, Alvarez hanya tersenyum tipis

" kenapa Lo sembunyiin ini semua dari gue brengsek!!!! " ucap laki-laki itu lagi dengan suara yang sedikit ia tahan.

" Gilang.... " panggil Alvarez dengan suara lemah nya namun masih menunjukkan sedikit senyum dari wajah tampannya

" kenapa kamu sembunyikan semua ini dari kami nak...? " giliran Haidar yang mengeluarkan suaranya.

Alvarez beralih menatap laki-laki paruh baya yang sedang duduk di sampingnya.

" aku nggak bermaksud menyembunyikan semua ini dari kalian, hanya saja- "

" hanya saja apa Rez??? hanya saja Lo mau ngerasain rasa sakit ini sendirian???? hanya saja Lo nggak mau bagi rasa sakit Lo sama kami semua??? " Gilang sudah mengepalkan kedua tangannya, Alvarez kembali tersenyum simpul.

" Kardiomiopati... dan sekarang penyakit ini udah di tingkat level parah Rez.... tapi Lo nyembunyiin ini semua dari sahabat Lo, dan terutama bokap Lo!!!! " seru Gilang sebelum ia keluar dari ruang rawat Alvarez.

Gilang tidak dapat membendung air matanya lagi, ia sengaja keluar menjauh agar Alvarez tidak melihat dirinya yang menangis.

Alvarez meraih tangan papanya, menatap lekat wajah laki-laki paruh baya itu, Haidar langsung memeluk putra semata wayangnya dengan erat, bahkan airmatanya jatuh tanpa permisi.

*********

Beberapa hari telah berlalu, dan saat ini Shea sudah berada di kampus, dan duduk dikantin bersama Janet

" She..... Lo kenapa, gue perhatiin dari tadi bengong aja? "

" gue lagi mikirin Alvarez.... beberapa hari ini dia susah banget di hubungi Jan "

" Lo udah coba ke rumah nya? atau ke apartemen nya? " Shea hanya menggeleng

" gue udah coba kekantor nya, tapi gue nggak ketemu sama dia... yang ada gue ketemu sama James, dan James bilang udah beberapa hari dia nggak masuk kantor, karena gue nggak terlalu kenal sama James jadi gue nggak terlalu banyak tanya sama tu cowok bule " ujar Shea

" Lo udah tanya sama Gilang? " Belum sempat Shea menjawab tiba-tiba ponselnya berdering, Shea membesarkan pupil matanya saat melihat nama seseorang di layar ponselnya.

" Lo kenapa? " Shea tak menjawab, ia hanya menunjukkan layar ponselnya pada Janet

" angkat dong... kenapa cuma Lo pelototin doang, bukan nyo sendiri yang uring-uringan karena nggak ada kabar dari dia " Janet tersenyum jahil.

" Hallo "

" hei, kamu dimana? "

' ya dikampus lah!!! emangnya kamu yang selalu ngilang!!! ' batin Shea

" hallo!!!!! "

" ha... iya hallo, aku di kampus "

" kita jalan yuk, aku sekarang di depan gerbang "

' what??? dia kira ini kampus kakek moyang nya... enak aja ngajakin jalan ' batin Shea

" tapi aku masih ada jam kuliah "

" bolos aja sehari.... "

' mabok ni orang!!! ' batin Shea lagi

" gimana mau nggak? "

" hmmmm ya udah aku keluar sekarang " dengan cepat Shea mengakhiri panggilannya

" kenapa? " tanya Janet

" Alvarez lagi ada di depan gerbang.... dan dia mau ngajakin gue jalan "

" ya udah pergi sana.... "

" terus absen gue gimana? "

" udah, gampang biar gue yang atur... Lo pergi aja sana!!! bukannya Lo udah kangen berat sama tu orang " goda Janet

" thanks ya.... Lo emang sahabat gue paling pengertian " Shea mencubit pipi chubby Janet kemudian langsung berlari sebelum Janet mengamuk.

" dasar!!!!! " gerutu Janet sambil mengelus pipinya yang memerah karena cubitan Shea