Tok Tok Tok!!!!!
Seseorang mengetuk pintu kamar Shea yang masih terkunci. Shea sengaja mengunci kamarnya agar Shalu tak dapat masuk untuk membangun kannya.
Sedangkan sang pemilik kamar masih mengarungi mimpi indahnya. Samar-samar ia mendengar ketukan pintu yang semakin lama semakin kencang.
" ya ampun siapa sih!!!!!!! nggak tau orang masih ngantuk apa!!!!! " gerutu Shea dengan mata yang masih terpejam
Tok Tok Tok!!!!!
suara ketukan pintu itu semakin kencang, dan berhasil membuat Shea beranjak dari tidurnya.
" Astaga... siapa sih!!!!!!!!!!!! ini hari Minggu aku nggak kuliah!!!!!! " ucap Shea dengan suara tinggi dan ia yakini bahwa orang yang sedang berada di balik pintu nya pasti mendengar teriakan nya,
Shea melirik sedikit jam di atas nakas
" ini baru setengah lima subuh " gumam Shea
Baru saja ia hendak kembali merebahkan tubuhnya dan ingin melanjutkan tidur nya karena Shea baru bisa memejamkan matanya pukul dua dini hari tadi, ketukan pintu itu semakin menjadi-jadi dan kini berhasil membuat Shea kehilangan kesabaran nya.
Shea mengeluarkan sumpah serapah nya sembari menuruni ranjang yang berukuran king size itu lalu berjalan sambil menghentakkan kakinya karena kesal
" si- "
" SURPRISE!!!!!!!!!!!! "
Mata Shea terbelalak saat melihat semua keluarga nya sudah berdiri didepan pintu kamarnya, tak lupa teman-teman nya juga ada di sana, termasuk laki-laki yang membuat nya kesal selama satu Minggu ini.
" kalian... " Shea masih tak percaya dengan apa yang dia lihat
" selamat ulang tahun my princess Alexander " Brian langsung memeluk tubuh mungil putri kesayangannya itu lalu mengecup kening nya
" selamat ulang tahun cucu kesayangan Oma dan Opa " Gunawan dan Anita mengecup pipi Shea secara bergantian
" ya ampun... my angel mommy sekarang udah dewasa " ujar Shalu sambil memeluk putri nya itu.
" selamat ulang tahun ya non Shea..... " ucap Bik Yasmin, Bik Ani, Pak Yanto, Pak Ujang, mang Aden, dan Ajeng secara serentak.
" Shea.... happy birthday wish you all the best " Janet memeluk tubuh Shea dengan sangat erat
" Jan.... Jan... Jan... lepas.... g- gue hampir kehabisan nafas " ucap Shea sambil menepuk pundak Janet dengan kencang, Janet pun mengurai pelukannya
" sorry " Janet hanya cengengesan, Shea masih berusaha mengatur nafasnya
" Shea.... happy birthday ya " ujar Daniel, Shea tersenyum manis pada Daniel
" sekarang Lo make a wish terus tiup lilin nya " ucap Janet yang sudah membawa kue berbentuk bunga mawar putih
' ya Allah, semoga di umur ku yang sekarang, Engkau selalu melimpahkan semua Rahmat Mu pada hamba yang tak sempurna ini.... dan berikan hamba selalu petunjuk atas kebenaran dari kuasaMu Aamiin..... dan satu lagi ya Allah, semoga..... " Shea tak melanjutkan ucapannya melainkan langsung meniup lilin nya.
Saat menyadari Alvarez sedang menatap nya, Shea malah justru membuang muka dan tak memberikan senyum sedikit pun padanya karena masih merasa kesal pada laki-laki itu.
" ada kejutan lagi buat Lo " ucap Janet
" ha? kejutan? kejutan apaan lagi? ini aja gue masih terkejut..... terkejut banget malah " Shea sengaja menekan tiga kalimat terakhir sambil sedikit melototi wajah datar Alvarez.
Tanpa aba-aba, Janet langsung menarik tangan Shea menuju lantai bawah dan tak lupa juga gadis itu menutup mata Shea dengan kain berwarna biru muda.
" Taraaaaaaaaaaa " ucap mereka semua dengan antusias.
Bola mata Shea berbinar saat melihat danau buatan di halaman belakang rumah nya di hiasi dengan banyaknya balon berwarna biru muda dan putih, tak lupa juga lilin-lilin yang berlayar di tengah dan menerangi danau itu. Ayunan yang menjadi tempat favorit Shea untuk bersantai pun dihias dengan begitu indah dengan banyak nya bunga mawar putih yang menghiasi sekeliling ayunan.
" semua ini, Alvarez yang buat " ucap Janet dengan antusias
" what?????? sih muka tembok yang buat ini semua???? " bola mata Shea terbelalak
" impossible!!!! " ucap Shea yang masih tak percaya dengan apa yang dia dengar dan apa yang dia lihat saat ini.
" nggak mungkin cowok super sibuk ini, yang buat semuanya " batin Shea
" pasti Lo nggak percaya kan? sama, gue juga!!! ternyata cowok datar kayak Alvarez bisa sweet juga " Janet mengulum senyumnya saat melihat raut Alvarez sudah melototi dirinya memberikan peringatan.
Shea terus memperhatikan setiap sudut yang di hiasi dengan berbagai macam pernak-pernik, sampailah pada titik Shea menangkap sebuah papan berbentuk hati yang berukuran besar, namun bukan pada papan besar itu melainkan tulisan nya.
" itu- " batin Shea, tubuhnya diam membeku saat merasakan sentuhan dari tangan dingin seorang laki-laki yang kini berdiri sejajar di samping nya.
Perlahan, laki-laki itu menarik tangan Shea menuju papan yang berbentuk hati, Shea merasa darah nya berdesir, detak jantung nya sudah berdebar tak berirama lagi, ia juga merasakan dinginnya tangan laki-laki yang sudah berada dihadapannya.
" Shea.... hari ini genap umur kamu 20 tahun, nggak ada kata-kata gombal yang bisa aku rangkai untuk bisa buat hati kamu luluh aku sadar kalau aku bukan laki-laki yang romantis, bukan laki-laki humoris, atau bisa dikatakan mungkin jauh dari kata laki-laki idaman kamu " Alvarez menatap dalam binar mata Shea
" aku minta maaf, udah selalu buat kamu menunggu disaat kamu membutuhkan kan kehadiran aku, maaf kalau aku belum bisa jadi apa yang kamu inginkan, tapi disini di hadapan seluruh keluarga kamu, aku ingin buktiin bahwa hubungan yang aku jalani saat ini sama kamu bukan hanya untuk menjadi sepasang kekasih, tapi untuk saling melengkapi, melewati suka dan duka secara bersama, menerima kekurangan dan kelebihan masing-masing untuk menciptakan sebuah kesempurnaan " papar Alvarez dengan mata yang mulai berkaca-kaca dan itu tak luput dari pandangan Shea.
" Shea... Will you marry me? " Alvarez mengucapkan nya dengan lantang dan tegas di hadapan semua orang. Kalimat yang dikatakan oleh laki-laki itu sama persis dengan tulisan yang membuat Shea tak berkutik.
Sekali lagi, Shea mendengar pertanyaan itu dari mulut Alvarez namun kali ini bukan hanya mengatakan di hadapan dirinya melainkan juga di hadapan keluarga besarnya. Alvarez menggenggam erat tangan Shea dan itu juga tak luput dari pandangan Brian.
" terima... terima... terima... terima... " ucap mereka semua sambil bertepuk tangan, kecuali Brian yang memandang ke arah putrinya, Brian dapat merasakan kebimbangan serta ketakutan dari wajah putri nya itu.
Alvarez tertunduk lemas, karena belum mendapatkan respon dari gadis kecilnya itu, ia sudah menyiapkan hati nya kalau saja Shea akan kembali menolak dirinya. Shea menoleh ke arah Brian untuk meminta bantuan sang ayah melalui tatapan matanya, Brian hanya mengedipkan kedua matanya memberi jawaban pada putrinya melalui sebuah isyarat
" Rez.... aku " Shea sedikit menjeda ucapannya seraya menarik napas dalam-dalam lalu kembali menghembuskan nya.
" maaf Rez..... aku nggak bisa " lirih Shea,
sedikit demi sedikit Alvarez mengurai genggaman jemari nya pada jemari Shea tanpa mereka semua sadar bahwa laki-laki itu menitikkan airmatanya. tiba-tiba d**a Alvarez terasa berdenyut dan sakit, namun lebih sakit lagi adalah saat Shea kembali menolak ajakan nya.
Mereka yang mendengar nya pun sontak juga terkejut tapi tidak dengan Brian yang masih terlihat datar.
Alvarez mencoba untuk tersenyum lalu menghapus air mata nya, kemudian menatap kedua manik mata indah Shea
" it's ok..... " Alvarez tersenyum manis pada Shea namun menahan rasa yang teramat sakit didalam jiwanya Shea masih diam namun tatapan matanya dipenuhi akan cinta untuk Alvarez.
Laki-laki itu perlahan melangkah kan kaki nya untuk pergi, hatinya terasa remuk belum lagi rasa sesak di d**a bagian kirinya
" I' m sorry Alvarez.... " lirih Shea
" but, I want to marry you.... " ucap Shea, yang membuat Alvarez menghentikan langkah nya lalu kembali menghampiri Shea
" say it again.... " pinta Alvarez
" I... want.... to.... marry.... you.... " Shea memperlambat ucapan nya agar laki-laki bermuka tembok itu bisa mendengar nya dengan jelas. Tanpa aba-aba Alvarez langsung memeluk tubuh Shea, ternyata Shea tidak kembali menolak dirinya.
Mereka semua yang mendengar nya pun ikut terharu, apa lagi Brian karena laki-laki itu tahu bahwa Alvarez akan melamar putri nya. Dua hari sebelum ulang tahun Shea, Alvarez sudah menemui Brian meminta izin untuk menikahi putrinya, awalnya Brian keberatan karena Shea masih terlalu muda apa lagi dia masih kuliah, namun Brian kembali teringat akan kisah dengan mendiang Vee dan berhasil membuat laki-laki paruh baya itu menerima permintaan Alvarez dengan syarat bahwa Alvarez akan tetap mengizinkan Shea kuliah.
" Jangan selalu buat aku nunggu lama, karena itu nggak enak banget rasanya " cicit Shea setelah ia mengurai pelukannya
" Kamu tahu, beberapa hari ini aku kesel banget sama kamu, karena kamu bilang cuma tiga hari di Bandung tapi ternyata hampir satu Minggu, kesel banget tau nggak!!! " Shea kembali pada kecerewetan nya
" I know.... " balas Alvarez dengan tersenyum
" dasar jahat!!!! " gerutu Shea
" but, you love me... " ujar Alvarez dengan senyum jahilnya, Shea memukul d**a Alvarez dengan kencang, dan spontan Alvarez meringis kesakitan
" nggak usah lebay " ujar Shea dengan mengerucut kan bibirnya, Alvarez berusaha untuk tersenyum agar Shea dan yang lainnya tak curiga, meskipun rasa ngilu itu sangat ia rasakan.
Terdengar adzan subuh sudah berkumandang, Brian mengajak mereka semua untuk sholat subuh berjamaah yang di pimpin oleh Gunawan.
*****
Di dalam sebuah keluarga biasanya akan menyambut dengan sukacita jika mendengar anak perempuan atau menantu perempuan mereka sedang mengandung penerus bagi keluarga besar, namun berbeda dalam keluarga Yesaya. Hanya Mariam yang begitu antusias menanti kelahiran calon cicit nya itu.
Bella sudah memutuskan untuk kembali kerumahnya, karena walau bagaimanapun Bella sudah memiliki suami yang harus ia urus, sedangkan Morgan sudah kembali bertolak ke Singapura untuk melanjutkan pendidikan nya yang sempat tertunda.
Hening, mencekam itulah yang dirasakan oleh Valentine saat ini, jangan kan untuk menyentuh merasakan kasih sayang dari Yesaya pun dirinya tak mampu.
" Yesaya, hari ini kamu temani Valentine yah untuk periksa kandungan nya " pinta Mariam, Yesaya tak bergeming ia masih fokus pada sarapan nya
" ehemmm.... " Valentine sedikit berdehem
" kalo Yesaya sibuk, aku nggak apa-apa kok Oma pergi sendiri " ucap Valentine
" bagus kalau kamu sadar diri " gumam Yesaya tapi dapat di dengar jelas oleh Valentine.
" tapi Yesaya itu suami kamu, ayah dari bayi dalam kandungan kamu dia harus bertanggung jawab pada kalian berdua " bantah Mariam, Valentine hanya tersenyum masam.
" Yesaya kamu mau kemana " Mariam sudah meninggi kan suaranya saat melihat Yesaya sudah beranjak dari kursinya.
" kekantor " jawabnya singkat kemudian berlenggak pergi tanpa menghiraukan panggilan Omanya lagi.
Valentine sangat merasakan pilu di dalam hatinya, karena Yesaya selalu menolak nya mentah-mentah.
Yesaya melajukan mobilnya dengan kecepatan tinggi, ia tak menghiraukan sumpah serapah para pengguna jalan yang mengutuknya karena mengemudi dengan ugal-ugalan sampai ia berhenti di suatu tempat yang menyimpan semua kenangan nya bersama seorang gadis di sana.
Dari kejauhan Yesaya bisa mendengar deruhan ombak yang menyapa kehadiran nya, panasnya terik matahari tak membuat nya terganggu, malah justru ia merasa sekujur tubuhnya terasa dingin apa lagi setelah tahu kalau Alvarez sudah melamar Shea tepat di hari ulang tahunnya dan gadis itu menerima nya, dan itu semua ia tahu dari Daniel.
" kenapa isi dunia selalu mempermainkan kita Shea.... kenapa kita di pertemukan lalu di pisahkan dengan cara seperti ini " gumam Yesaya, pandangan nya lurus kedepan menatap lautan yang terbentang luas.
******
Waktu terus berjalan sebagaimana mestinya, walaupun kadang takdir dan nasib tak berpihak tapi hidup akan terus berlanjut seperti roda yang terus berputar.
Keheningan, itu lah yang dirasakan oleh Valentine, pernikahan bahagia yang selalu ia impikan berbanding terbalik dengan apa yang dia jalani di dalam dunia nyata.
Dirinya yang selalu mengharapkan perhatian serta kasih sayang dari Yesaya itu hanya menjadi angan-angan, karena tak sekalipun laki-laki itu memberikan nya kecuali cacian dan sikap ketusnya.
Entah kenapa, keberanian Valentine saat ini semakin menciut ia tak pernah melawan cacian maupun sikap ketus Yesaya seperti dulu, Valentine lebih banyak diam dan tak membantah, bahkan di saat Yesaya tak mempedulikannya wanita itu hanya menangis sendirian di dalam kegelapan.
seperti saat malam ini, ia membuat kopi untuk suami nya, namun bukannya mengucapkan terimakasih laki-laki itu malah menghempaskan cangkir kopi itu kelantai lalu pergi meninggalkan Valentine yang masih terdiam, Valentine menahan Isak tangisnya sambil memunguti pecahan cangkir.
Apa salah jika aku mencintainya?
Apa salah jika aku menginginkan nya?
Apa inilah karma yang aku dapat dari setiap perbuatan yang sudah aku lakukan?
Batin Valentine terus berteriak, sakit rasanya diperlakukan seperti orang asing tak ada satupun orang yang membantu
' ada satu cara, dan cuma dia yang bisa nolongin Lo dari amukan Yesaya kalo suatu saat Yesaya tahu kalo anak dalam kandungan Lo bukan anaknya '
Valentine teringat akan kata-kata Clara, bahwa hanya Shea yang bisa membantu dirinya menghadapi Yesaya.