webnovel

Kehilangan Jejak

Kediaman keluarga Pratama yang dulunya penuh riuh ketiga putrinya, kini sepi seolah tak berpenghuni. Sebab, Mom Jia lebih sering berdiam diri di kamar hingga membuat Daddy Heri bingung harus bagaimana lagi.

Seperti pagi ini, Mom Jia hanya duduk di atas ranjang kamarnya dengan memeluk foto keluarga mereka. Dilihatnya senyum ketiga putrinya yang amat cantik. Dibelainya foto itu, sembari membayangkan kebersamaan mereka.

"Sayang, kalian di mana? Tinggal di mana sekarang? Nyenyak tidak tidurnya? Sudah makan belum?" pertanyaan yang sering diucapkan Mom Jia di saat sendirian. Tak terasa bulir bening mengalir begitu saja.

Mom Jia ingin ketiga putrinya kembali ke pelukannya. Dia sangat merindukan putri-putrinya. Daddy Heri hanya menghela napas, berkali-kali dia mengatakan bahwa putri-putrinya pasti baik-baik saja. Dan itu nihil, pikiran sang istri masih tak bisa lepas dari sang putri.

Semua orang-orangnya sudah dikerahkan untuk mencari putri-putrinya, tapi sampai sekarang masih belum ada hasilnya. Bahkan ketiga sahabatnya juga ikut membantunya agar segera bertemu.

"Jika memang mereka baik-baik saja, mana buktinya? Aku tak akan percaya sebelum melihatnya dengan mata kepala ku," ucap Mom Jia dengan tatapan tajam.

Daddy Heri pun hanya bisa membisu mendengar curahan hati istrinya begitu terpukul atas menghilangnya Ara, Kinan dan Yasmin.

"Kamu itu tak akan pernah bisa mengerti bagaimana perasaan ku," tambah Mom Jia.

Tatapan Mom Jia tampak begitu memusuhi Daddy Heri. Mau bagaimana pun juga, perasaan seorang ibu tentulah lebih sensitif.

"Darling, aku juga merasa kehilangan. Sama seperti kamu. Hanya saja, aku tidak bisa bersedih terlalu larut karena aku masih harus berusaha menemukan putri-putri kita," ucap Daddy dengan tenang sambil memeluk Mom Jia.

Drrttttt drrttttt

Suara ponsel di atas meja mengalihkan perhatian keduanya. Daddy pun lantas mengecek barangkali bawahannya mendapatkan informasi baru.

Sayangnya, itu hanya panggilan dari kantor karena ada berkas yang perlu ditanda tangani oleh Daddy. Dan dengan berat hati, Daddy berangkat ke kantor untuk menyelesaikan pekerjaan yang terbengkalai.

Mom Jia tampak tak rela membiarkan suaminya pergi. Karena rumah akan semakin sunyi dan membuat Mom Jia semakin kesepian tanpa kehadiran siapapun.

Di tengah pekerjaannya, Daddy mendapat informasi bahwa ada petunjuk baru mengenai ketiga putrinya.

"Iya, halo. Kirimkan alamatnya, Saya akan segera kesana," jawab Daddy menyahuti seseorang di telepon.

Hotel tempat pertama yang disinggahi Ara, Kinan dan Yasmin ketahuan karena Ara memesan kamar dengan identitasnya sendiri. Juga ada CCTV hotel yang menguatkan keberadaan mereka bertiga di hotel itu.

"Mudah-mudahan aku mendapatkan petunjuk dari situ," gumam daddy Heri.

Daddy Heri segera menyelesaikan pekerjaannya, dan anak buahnya pun memberikan alamat hotel yang pernah disinggahi ketiga putrinya.

Daddy Heri pun langsung bergegas menuju ke hotel tersebut, dan menyuruh asistennya untuk menggantikan meeting karna Daddy Heri tidak bisa hadir.

Sedangkan, disisi lain Kinan mengetahui jika daddy sudah tahu jika dirinya dan kedua saudaranya singgah di hotel. Ia pun dengan cepat merentas CCTV yang ada dihotel tersebut lalu menghapusnya agar daddynya tidak mengetahui keberadaan dirinya dan kedua saudaranya.

Kinan memang memiliki keahlian sebagai hackers, jadi dia dengan mudah menghapus rekaman CCTV yang ada di hotel tersebut.

"Maafkan aku, Dad. Aku melakukan semua ini karena aku tidak mau Daddy dan Mom menikahkan kami dengan pria yang sembarangan.

Kembali ke Daddy Heri, sepanjang perjalanan Daddy Heri berdoa agar dia bisa mendapatkan petunjuk tentang keberadaan ketiga putrinya itu.

Jarak dari kantor ke hotel tersebut memang lumayan jauh, tapi tidak masalah bagi Daddy yang penting dirinya bisa menemukan petunjuk tentang ketiga putri kesayangannya itu.

Beberapa menit kemudian, Daddy Heri sudah sampai di hotel itu. Segera dia turun dari mobil dan bergegas menemui manager hotel.

"Pagi Pak Bimo," sapa Daddy Heri sopan.

Ternyata pemilik hotel itu adalah salah satu rekan kerjanya, jadi dia bisa minta tolong tanpa harus melalui percakapan yang menyulitkan.

"Ah, Mr. Heri. Senang bisa bertemu." Keduanya bersalaman layaknya teman lama.

"Ada yang bisa saya bantu, Sir?" tanyanya.

"Bisa minta informasi tentang tiga perempuan yang menginap di sini? Hanya satu kamar yang digunakan, dan mungkin juga dengan nama lain." Daddy Heri menjelaskan.

"Sebentar, Sir."

Manager hotel itu meminta informasi ke resepsionis. Dan memang beberapa hari yang lalu ada tiga perempuan yang menginap di sini, tetapi sudah pergi.

Daddy Heri juga meminta untuk melihat CCTV yang ada, barangkali bisa menemukan jejak ketiga putrinya. Namun, lagi-lagi Daddy Heri hanya bisa mengerang frustrasi. Sebab CCTV sudah tak ada data apapun, dengan kata lain diretas.

"Kinan," lirih Daddy Heri. Dia sudah tahu, siapa dalang di balik peretasan CCTV di hotel ini. Sebab dari ketiga putrinya, yang paling jago dalam hal peretasan adalah Kinan.

Meski berat hati, Daddy Heri pergi meninggalkan hotel dengan langkah lunglai. Dia bingung harus berkata apa lagi pada istrinya, lantaran tadi dia juga memberi kabar jika dia sudah menemukan jejak sang putri.

"Girls, tidakkah kalian kasihan dengan Mom sama Dad?" lirih Daddy Heri.

Di dalam mobil Daddy Heri kebingungan, memikirkan kalimat apa yang harus ia utarakan pada istrinya nanti. Hingga akhirnya, Daddy memutuskan untuk kembali ke kantor dan melampiaskannya pada pekerjaan.

"Loh, kalian ngapain di ruangan gue? Kalian masuk secara ilegal kalo gini caranya," tanya Daddy Heri pada ketiga sahabatnya.

"Oh, ngusir nih? Asal kamu tau, kita itu mau bagi-bagi sembako. Kalo hati nggak mungkin. Gue masih normal boy," ucap Mr. Anderson yang malah di hadiahi toyoran oleh Mr. Wijaya.

"Jadi Her, kedatangan kami itu," ucap Mr. Wijaya terhenti.

Daddy pun berhasil di buat penasaran oleh perkataan yang tak kunjung dilanjutkan itu. Melihat wajah Daddy Heri yang penasaran dengan sangat serius membuat Mr. Aberto angkat bicara.

"Tidak Her, singkirkan tampang seriusmu yang memuakkan itu. Kami hanya ingin merusuh di kantormu," ucap Mr. Aberto mematahkan ekspektasi Daddy Heri.

"Dasar sahabat laknat!" cebik Daddy Heri.

Ketiga sahabat Daddy Heri memang Tak ada yang waras, namun kehadiran mereka ditengah masalah Daddy Heri membuat Daddy Heri sedikit terhibur. Ya, meskipun sebenarnya terkadang Daddy Heri terbully oleh mereka.

"Oh iya Her, istri-istri kita tadi kami antar ke rumahmu untuk menemani Jia. Sepertinya dia sangat terpukul dan kesepian," ucap Mr. Anderson.

"Iya, seharusnya kamu menemani istrimu saja. Kalau soal pekerjaan, kamu bisa meminta kami untuk membantumu. Toh, perusahaan kami sudah sepenuhnya diurus putra-putra kami," sambung Mr. Aberto.

"Hei boy, kau melupakan aku. Aku masih ikut andil mengurus perusahaan karena Darren lebih memilih menjadi dosen," ucap Mr. Wijaya dengan wajah kesalnya.

Perusahaan Empat sekawan itu memang bergerak di bidang yang sama, jadi bukan tidak mungkin mereka bisa membantu pekerjaan satu sama lain dengan mudah.

Hanya Wijaya Corp. yang bergerak pada bidang konstruksi dan bangunan. Namun, perusahaan mereka selalu menjalin kerjasama dengan sangat baik dan berkembang dengan begitu pesat.

"Sudah boy, kami tau tadinya ada jejak yang ditemukan di hotel. Dan kami langsung kemari karena tahu datanya sudah di hack," ucap Mr. Wijaya.

"Tenang saja bro, kami sudah menyuruh putra-putra kami untuk membantu mencari dengan bantuan koneksi yang lebih luas," ucap Mr. Anderson.

"Apa lagi Kenzo, dia tentu akan mengobrak-abrik dunia jika calon istrinya tak ditemukan," ucap Mr. Aberto dengan terkekeh.

Ketiga sahabat Daddy Heri memang yang terbaik jika salah satu dari mereka sedang terjatuh pasti akan dibantu hingga tuntas. Tak peduli seberapa mahal bayarannya. Daddy Heri begitu bersyukur memiliki sahabat seperti mereka bertiga.