webnovel

Siapa yang Berani Menyakitinya? (1)

Editor: Wave Literature

"Kalau untuk hal itu, aku juga mengerti. Bahkan hampir mati sekalipun, aku pasti akan tetap menjaga penampilanku. Bisa tamat riwayatku jika aku sampai mempermalukan diriku lagi," ucap Tong Lu sambil menggerakkan tangannya seolah menggores lehernya dengan jempolnya.

Leng Yejin menarik lengan Tong Lu dan menyuruhnya untuk segera berganti pakaian yang telah digantung manis di lemari pakaian. Gaun itu sangat indah, potongannya terlihat sederhana namun sangat elegan. Membuat wanita yang memakainya terlihat lembut dan mempesona.

Setelah Tong Lu selesai berpakaian dan merapikan diri, keduanya segera berjalan menuju ke aula perjamuan makan malam diadakan. Orang-orang terlihat ramai berjejer di pintu masuk untuk bergantian menyalami presiden yang tampak menyambut tamu di sana. Beberapa tampak sibuk mengambil foto dan saling menyapa satu sama lain, sedangkan beberapa tamu lainnya sibuk mencari tempat duduk sambil bersenda gurau.

Acara ini merupakan pesta makan malam prasmanan penyambutan yang dikhususkan untuk menjamu para perwakilan antar negara. Meja utama yang berada di tengah-tengah ruangan berbentuk setengah busur yang memiliki panjang kurang lebih 30 meter dan menghadap ke arah panggung utama. Di panggung itu, berbagai pentas kesenian dipertunjukkan untuk menghibur para tamu yang ada. Luas ruangan aula megah tersebut kira-kira 3000 meter persegi dengan 99 buah meja makan bundar yang dapat digunakan oleh para tamu dari berbagai negara tersebut.

Ini pertama kalinya bagi Tong Lu mengikuti acara makan malam semewah itu. Dia tampak mengalungkan tangannya pada lengan Leng Yejin dan memasuki ruangan perjamuan makan tersebut. Telapak tangannya yang berada dalam genggaman tangan Leng Yejin terasa basah berkeringat. Hal itu membuat pria itu menoleh dan melirik dirinya dengan tatapan yang dalam dan terkesan sedikit angkuh.

"Kamu akan tidur di gudang malam ini jika kamu sampai membuatku malu di pesta penting ini!" ancam Leng Yejin pada Tong Lu.

"Tidak… Tidak akan."

"Jangan terus-terusan menoleh ke sana kemari. Bertindaklah elegan sedikit," kata Leng Yejin memperingatkan Tong Lu.

"Baik," balas Tong Lu singkat sambil terdengar sedikit gugup pada nada bicaranya. Dia mengangkat kepalanya dan membusungkan dadanya. Dia belajar mengatur pikirannya agar menganggap bahwa kerumunan orang yang ada di sekitarnya itu hanyalah udara saja. Dengan begitu, dia dapat merasa lebih tenang dan tidak terlalu gugup lagi.

Mata Tong Lu menyapu kerumunan orang yang terlihat di berbagai sisi ruangan. Beberapa pasang pria dan wanita tampak memasuki ruang perjamuan makan malam tersebut dengan anggunnya. 

Dari luar ruangan perjamuan, Shi Yang tiba-tiba menoleh ke belakang. Entah mengapa dia bagaikan melihat sesosok wanita yang tampak familiar bagi dirinya. Namun ketika hendak melihatnya lebih jelas, sosok itu telah menghilang memasuki ruangan pesta perjamuan makan malam tersebut.

"Kak Shi Yang, apa yang sedang kamu lihat?" tanya Tong Juan ketika menyadari Shi Yang tampak sedang menatap sesuatu.

"Aku baru saja melihat seorang wanita. Dari belakang wanita itu terlihat sangat mirip dengan kakakmu," ucap Shi Yang masih berusaha mencari sosok yang dimaksudkannya itu.

"Mustahil. Orang-orang yang dapat memasuki ruangan itu adalah orang-orang kelas atas yang sangat terpandang. Kakakku itu mana mungkin diizinkan untuk masuk. Dia hanyalah seorang sukarelawan biasa saja. Kamu pasti salah lihat," balas Tong Juan dengan nada yang terdengar penuh penghinaan dan merendahkan kakaknya itu.

Shi Yang segera menarik pandangannya dan tersenyum ringan, lalu berkata, "Iya, mungkin aku salah lihat."

Di dalam ruangan perjamuan makan, Tong Lu mengikuti Leng Yejin dan berjalan ke arah meja makan bundar. Pria itu secara pribadi menarik kursi baginya dan mempersilakannya untuk duduk. Sungguh-sungguh mencerminkan kejantanan dan keanggunan yang dilakukan oleh para pria sejati. Dia pun segera duduk dan diam-diam melirik adik iparnya yang duduk di sampingnya. Pria itu jelas merupakan pria yang sanggup menaklukkan hati wanita dengan mudah. Auranya terasa begitu kuat jika dibandingkan dengan pria-pria yang lainnya.

"Apa kamu pernah mempelajari etika dan tata cara makan perjamuan negara? Apa kamu tahu fungsi tiap peralatan makan ini?" tanya Leng Yejin memecah keheningan sambil melirik ke arah Tong Lu.

Mata Tong Lu secara otomatis menatap ke arah rangkaian peralatan makan porselen berwarna. Kurang lebih ada 30 set jumlahnya. Matanya seketika itu juga tampak terbelalak dan lehernya bagaikan tercekik. Ini pertama kalinya aku menghadiri acara berkelas seperti ini. Aku belum pernah sama sekali mengikuti pelatihan etika tata cara makan sebelumnya. Bagaimana aku dapat mengetahui cara penggunaan setiap set peralatan makan yang jumlahnya begitu banyak ini? Gumamnya dalam hati sambil menggelengkan kepalanya dengan lemas, terlihat penuh dengan perasaan bersalah.

Sebenarnya Leng Yejin telah dapat menerkanya sejak awal. Matanya tampak memandang ke arah gadis yang ada di sebelahnya itu dengan tatapan yang sedikit mengejek, lalu berkata, "Kalau begitu, perhatikan bagaimana cara aku menggunakannya dan ikuti! Awas saja kalau kamu sampai mempermalukanku!" katanya dengan nada mengancam pada Tong Lu.

Tong Lu segera menegakkan postur duduknya dan mengumpulkan segala pikirannya dan berkonsentrasi penuh. Mengikuti perjamuan malam negara seperti ini, entah mengapa jauh lebih menegangkan dibandingkan mengikuti ujian akhir kelulusannya dahulu.

Melihat ekspresi serius di wajah Tong Lu membuat Leng Yejin tersenyum ringan. Namun dengan cepat kembali memasang ekspresi wajahnya yang dingin seperti biasa.

Ketika menoleh, Tong Lu hanya melihat wajah dingin Leng Yejin yang semakin membuatnya tertekan. Namun, dia dapat menghadiri perjamuan makan malam penting seperti ini dan menonton pertunjukan seni sambil menikmati hidangan yang ada di hadapannya, membuat dirinya berpikir bahwa tidak ada sedikit pun penyesalan pada dirinya.

Sebelum pesta perjamuan itu berakhir, Tong Lu telah meninggalkan tempat itu lebih awal dan segera berganti pakaian untuk bergabung dengan tim sukarelawan. Kini dia tampak memegang papan tanda untuk memandu para delegasi ke lobi penjemputan. Tidak lama kemudian, dia telah tampak sibuk kembali dengan tugasnya itu.

Tiba-tiba, sebuah suara yang sangat familiar terdengar di telinga Tong Lu. "Kakak, pasti melelahkan sekali ya?" ucap Tong Juan berjalan di depannya sambil bergelayutan di tangan Shi Yang. "Pertunjukan kembang api malam ini benar-benar indah. Kapan kamu pulang kerja? Mungkin kami dapat mengantarkanmu pulang. Dari sini ke stasiun kereta bawah tanah kan lumayan jauh." Dia berkata dengan nada yang merendahkan.

"Tidak perlu," sahut Tong Lu singkat tanpa berniat menggubris adik tirinya itu.

"Buat apa sungkan begitu. Shi Yang baru saja membeli mobil BMW…" ucap Tong Juan sebelum kalimatnya terhenti ketika melihat barisan Rolls Royce yang super mewah berhenti di depan mereka. Dua pengawal tampak turun dan membuka pintu salah satu mobil. 

Lalu dengan sopan dan penuh hormat, pengawal tersebut berkata kepada Tong Lu, "Nona Tong, silakan masuk ke dalam mobil."