webnovel

Tidak Kembali

Labib adalah seorang yang pesimis namun ia memiliki orang orang yang selalu mendukung dan mengkritiknya sehingga ia menjadi kuat perlahan. Tapi bagaimana jika ia kehilangan semuanya? Ayo kita baca "Tidak Kembali" untuk cerita penuhnya

Ghazama · Realista
Classificações insuficientes
31 Chs

Lebih Baik

Sebentar lagi aku akan menjadi lulusan S2, tugas yang harus kuselesaikan menjadi lebih banyak. Sebelum akhirnya lulus menjadi S2, aku menyelesaikannya dengan baik "Berapa IPK yang kamu dapat? Aku mendapat 3.42" Lia bertanya padaku, "3.51" jawabku

Itu sudah besar bagiku, aku juga bisa melanjutkan ke S3 tapi keputusanku sudah matang dan ingin langsung menjadi guru disalah satu sekolah.

Beberapa bulan setelah lulus dan melamar aku diterima disalah satu Sekolah Menengah Pertama di Jakarta. Aku biasa mengajar di banyak bidang seperti Matematika, Bahasa Inggris, Ipa, dan Bidang Konseling.

Tidak sia sia ternyata 4 semester yang kuhabiskan diuniversitas itu. Aku menjadi pandai tidak hanya mengajarkan namun aku juga bisa mendidik siswa siswi ku dikelasku sendiri.

Semua berjalan lancar dalam karirku, dan kembali ke urusan kami. Kebetulan selama pacaran dengan Lia aku sudah mendapatkan restu dan Lia pun telah ku kenalkan kepada ayahku untungnya ayah setuju.

Setelah berkarir menjadi seorang guru dan kerja sampingan selama 2 tahun. Kami menikah diumur 22 Tahun muda sekali bukan. Lia belum ingin memiliki seorang anak dan aku juga belum memaksanya. Lumayan dalam beberapa tahun ini mulai dari kelas satu SMA jadi aku saat ini bisa membeli rumahku sendiri untuk keluarga kecil kami. Istriku menjadi seorang guru sama sepertiku namun, ia berada disekolah yang berbeda, sekolahnya melewati jalan yang sama dari sekolahku jadinya aku bisa mengantarnya setiap pagi. Aku mencoba berdagang banyak barang barang atau makanan secara online maupun langsung. Jujur itu untuk keperluan yang mendadak saja. Tapi syukurlah kebutuhan kami selalu tercukupi karena penghasilanku lumayan besar dari banyak kerja sampinganku seperti siaran radio dan ceramah terkadang aku mendapatkan tip ditambah lagi aku berdagang dengan pembeli yang ramai setiap harinya.

Kami hidup bahagia, awalnya aku tidak berfikir bahwa kami akan hidup didalam satu atap seperti saat ini. Tapi yang maha menetapkan suatu ketetapan menetapkan dia menjadi jodohku walaupun belum ingin memiliki momongan. Wajar, kami masih muda. Masih banyak ilmu yang harus kami dapatkan. Jadi kami sepakat untuk memiliki seorang anak setelah 3 tahun menikah yaitu saat umur kami 25 tahun.

Kami menjadi guru, kerja sampingan dan berdagang dan kami memutuskan untuk melanjutkan ke jenjang S3.

Banyak yang bilang kami adalah pasangan yang berbakat "Kenapa?" tentu saja kami tidak mulai dari D1 kami langsung menjadi S1 karena kepandaian kami. Kami hanya berkuliah 2 tahun langsung menjadi lulusan S2. Andai saja ibuku masih hidup pasti dia akan bangga dengan kemajuanku ini.

Banyak orang juga yang bertanya "Mengapa hanya menjadi guru sedangkan peluang kalian lebih besar dari orang lain melihat kejeniusan kalian?" aku senang mendengarnya hal itu membuatku menjadi lebih bersemangat lagi. Seperti yang sudah ku putuskan sebelumnya aku akan melanjutkan menjadi lulusan S3. Tapi Lia tidak jadi mengikutiku juga "Aku tidak jadi melanjutkannya sayang, aku rasa ini saatnya untuk kamu menjadi lebih baik dariku mulai dari jabatan hingga pendapatan, karena aku ingin dipimpin oleh orang yang lebih baik dariku bukan setara" sungguh ucapan ia selalu membuatku tersadar dan menjadi lebih baik.

Namun, aku merasa ada sesuatu yang mengganjal. Yasudah tidak usah kupikirkan kulanjutkan saja kuliahku.