Srakk
Tiba-tiba ada sepasang tangan menarik tubuh Kaila membuat perempuan itu terbangun. Dia melihat samar-samar soso yang menarik tubuhnya terkejut sekaligus kesakitan karena tubuh dia membentur lantai.
"Kenapa ada Richard di sini?" gumam Kaila.
Kaila berusaha menggerakkan tubuhnya, tapi tubuh dia ditahan oleh Richard.
"Richard, please jangan lakukan ini padaku," mohon Kaila terengah-engah. Dia sangat takut.
Kaila melirik ke samping. Di mendapati Theodor masih terlelap dan seperti tidak mendengar suara dia.
"Tubuhmu sangat indah, Kaila. Baru saja aku mau jadi pria satu-satunya yang memilikimu, tapi karena Theodor aku jadi gagal. Tapi tak apa, sekarang aku bisa menjadikanmu milikku," kata Theodor terkekeh.
"Kalian berdua adalah pria sakit jiwa. Cuma bisanya mementingkan perasaan kalian saja. Sialan, lepasin aku!" teriak Kaila memberontak.
Kaila mengamuk dan meronta-ronta, tapi tenaga di tidak sebanding dengan tenaga Richard.
Puk puk puk
"Kaila, bangun. Ada apa?" tanya Theodor menepuk-nepuk pipi Kaila.
Mata Kaila terbuka. Napas dia menderu karena mimpi itu terlihat nyata. Kaila langsung memeluk Theodor erat dan menangis tersedu-sedu.
"Aku takut, Theo. Dia akan menyentuhku hiks ... hiks," kata Kaila.
"Itu cuma mimpi, Kaila. Tidak akan ada yang menyentuhmu. Aku akan memotong tangan mereka kalau itu terjadi," balas Theo mengecup kening Kaila.
"Theo jangan pergi ninggalin aku. Aku takut," rengek Kaila.
"Kalau kamu menurut padaku, aku tidak akan ninggalin kamu, Sayang," balas Theodor mengangkat dagu Kaila hinggamenghadap ke wajahnya.
Kaila menatap mata Theodor yang selalu menghipnotis dia.
Cup
Bibir mereka saling menempel. Theodor membawa Kaila ke atas pangkuannya. Suara decapan lidah mereka menggema di kamar itu.
"Eughh!" teriak Kaila terasa menggelitik di telinga Theodor.
Milik Theodor terasa mengeras saat ini ketika diduduki oleh Kaila membuat Kaila yang merasakan bagian bawah milik Theodor seperti tongkat besi mengeras terkejut.
"Kamu merasakan dia sepertinya," kata Theodor ketika tautan bibir mereka sudah terlepas.
Theodor menangkup wajah Kaila. Dia mengendus leher Kaila membuat Kaila yang merasakan napas hangat Theodor bulu kuduknya dia langsung berdiri.
Kaila baru ingat dia tidak berbusana saat ini dan hanya memakai selimut yang terlilit di tubuhnya mengeratkan selimut itu.
"Theo, terima kasih sudah menolong aku hari ini," kata Kaila.
"Itu kewajibanku, Sayang, selalu menjaga kamu apa pun yang terjadi," balas Theodor.
Theodor memeluk tubuh Kaila. Dia bisa merasakan kulit mulus Kaila.
Hap
"Aww! Kamu ngapain gigit bahu aku!" teriak Kaila.
"Kamu ngegemesin," balas Theodor terkekeh.
Tangan Theodor menyibak selimut yang digunakan oleh Kaila hingga tubuh Kaila terpampang polos di hadapannya. Dia meneguk salivanya saat melihat puncak bukit kembar Kaila yang mencuat indah karena godaan intens darinya. Dia sangat yakin Kaila juga tergoda.
"Boleh ya, Sayang? Aku ingin kamu melupakan sentuhan si sialan Richard itu," kata Theodor dengan penekanan.
Kaila menganggukkan kepalanya. Dia selalu lemah di hadapan Theoodor dan memang dari dulu dia selalu bergantung pada Theodor.
"Terima kasih," kata Theodor.
Theodor menarik tubuh Kaila hingga mendekat. Perlahan dia menurunkan kepalanya lalu mensejajarkan dengan puncak bukit kembar Kaila.
Cup
Dia menggoda di sana dengan lidahnya yang terjulur membuat Kaila reflek langsung melingkarkan tangan dia di leher Theodor. Dia melihat bagaimana Theodor menggoda tubuhnya saat ini menggigit bibirnya berusaha menahan suara-suara kenikmatan yang akan keluar. Dia enggak mau jadi memalukan.
"Aku selalu menyukaimu, Kaila," gumam Theodor.
Puncak bukti kembar itu dihisap berganti-gantian oleh Theodor seperti bayi yang kehausan. Dia tersenyum senang saat melihat tampang Kaila yang benar-benar seperti gadis yang haus akan sentuhannya. Ini yang diharapkan oleh Theodor. Kaila tunduk di bawahnya walaupun harus menggunakan cara seperti ini.
"Ahh, Theodor!" teriak Kaila yang sudah tidak tertahan.
Selain menggunakan bibir dan lidah, Theodor dengan lihai memainkan puncak itu dengan jarinya.
"Enak, Sayang?" tanya Theodor.
Plopp
Suara bibir Theodor melepaskan puncak Kaila terdengar.
"Eumm, enak," jawab Kaila malu-malu dengan wajah yang bersemu merah.
"Kamu sangat manis, Kaila. Kenapa kamu begitu menggemaskan, hmm?" tanya Theodor.
"Aku enggak tahu," jawab Kaila.
"Aku kan sudah biasa memuaskan milik kamu, Kaila, kapan kamu bisa memuaskan milikku?" tanya Theodor.
"Aku belum mau kegadisan aku buat kamu. Nanti ajah ya saat kita menikah," pinta Kaila.
"Bukan itu, Sayang, aku masih bisa menunggu untuk itu. Apakah bibir ini tidak bisa melakukannya?" tanya Theodor.
Kaila tampak ragu. Dia belum pernah melakukan hal itu walaupun dia terkadang terlihat liar.
"Tenang, Sayang. Aku akan membimbing kamu, oke," kata Theodor gemas dengan tatapan polos Kaila.
Theodor memindahkan tubuh Kaila di atas ranjang, lalu dia melepaskan celananya hingga terpampang benda berbentuk seperti tongkat bisbol mengacung membuat Kaila terkejut.
"Tergoda, Sayang?" tanya Theodor.
Kaila meneguk salivanya. Dia tiba-tiba membayangkan bagaimana benda itu akan menerobos masuk saat pernikahan mereka. Dia bisa-bisa tidak bisa berjalan. Sekarang saja Theodor terus-menerus membuat dia tergila-gila dengan sentuhannya.
"Aku tidak bisa menjamin bahwa setelah menikah aku bisa bekerja, yang ada bekerja di ranjang," gumam Kaila.
Theodor mengambil tangan Kaila agar membelai miliknya. Kaila mulai memegang benda itu perlahan. Bahkan di tangannya saja Kaila bisa melihat betapa mungil tangannya membuat dia menggigit bibirnya.
"Euhmm, Kaila bibirmu," kata Theodor.
Kaila yang mengerti mengecup milik Theodor. Theodor memejamkan mata dia, berusaha menahan sensasi yang dilakukan kekasih polos dia di hadapannya.
"Masukan, Sayang," perintah Theodor.
Kaila memasukkan benda itu ke dalam mulutnya, tapi cuma muat setengah. Kaila bingung harus bagaimana, dia menjulurkan lidah di sana dan menjilati benda keras itu. Dia merasakan rasa aneh, tapi dia tidak mau mengecewakan Theodor. Diambah dia amatir.
"Apa Theo pernah melakukan ini bersama perempuan lain?" gumam Kaila.
tamgan Theodor mengumpulkan satu gulungan rambut panjang Kaila lalu menarik rambut Kaila dan melesakkan miliknya ke dalam bibir Kaila.
Plop plop plop
Bunyi mulut Kaila yang maju mundur memberikan pelayanan untuk kekasihnya.
"Sayang, sangat nikmat," kata Theodor.
Kaila dengan semangat mempercepat gerakannya. Dia sangat tahu Theodor sudah mau keluar.
"Kamu memang pintar," puji Theodor.
Theodor menggeram ketika melihat Kaila sudah bergerak cepat. Dia menarik rambut Kaila hingga mulutnya terlepas dari miliknya.
"Kenapa?" tanya Kaila bingung.
"Berbaring dan buka kakimu, Sayang," perintah Theodor.
Kaila membuka kakinya sesuai perintah kekasihnya. Theodor bisa melihat milik Kaila yang merah merekah dan basah.
"Kamu sudah basah, Sayang," kata Theodor.
"Tapi aku belum buat kamu enak," balas Kaila.
"Bisa kok, kita sama-sama," balas Theodor.
"Bagaimana caranya?" tanya Kaila.
"Kamu dengan bibirmu, aku akan menggunakan jariku di sana. Bagaimana? Kamu mau kan?" tanya Theodor sambil jarinya menyentuh titik sensitif milik Kaila membuat Kaila tersentak dan hanya bisa mengangguk.
"Seperti ini terus, Sayang. Menurutlah padaku makan akan aku buat kamu menggilai aku. Kaila, aku tidak akan tergila-gila sendiri kali ini. Jika kamu berani melakukan hal seperti ini dengan pria lain aku akan menghukummu. Entah dengan kenikmatan atau rasa sakit," gumam Theodor.