Pagi yang cerah, membawa sinar hangat sang mentari menyelimuti kota yang sudah memulai aktivitasnya. Kebisingan sudah terdengar di setiap penjuru tempat. Aktivitas masyarakat pun sudah terlihat berlalu lalang di semua sudut kota. Begitu juga gedung-gedung sekolah yang sudah dipenuhi oleh para siswa yang siap menimba ilmu.
Di tempat Illona bersekolah, dua anak laki-laki yang bertemu di depan gerbang berjalan bersama. Tidak lain mereka adalah Andre dan Hugo. Kedua sahabat itu selalu saling menunggu di gerbang agar bisa masuk ke sekolah bersamaan.
"Kamu bawa uangnya?" tanya Andre. Ia sebenarnya tidak setuju kalau Hugo menukar ponsel yang rusak, tetapi sahabatnya itu sangat dipenuhi rasa tanggungjawab, terlebih karena kesalahan yang ia buat.
"Bawa," jawab Hugo singkat.
"Lalu bagaimana kamu memintanya dari orang tuamu?" Andre kembali bertanya karena penasaran. "Tidak dengan uang sakumu 'kan?" tanyanya lagi untuk memastikan.
"Tidak, enak saja pakai uang jajanku!" Hugo tertawa. "Aku bilang kalau tidak sengaja menjatuhkan ponsel teman dan temanku meminta ganti rugi. Sudah, aku hanya bilang begitu, lalu dikasih uang," jelas Hugo.
Mendengar hal itu Andre merasa lega. Namun, laki-laki itu sudah berniat akan menyokong uang jajan Hugo kalau-kalau sahabatnya memakai uang sakunya sendiri untuk mengganti rugi.
Perbincangan mereka terus berlanjut hingga tiba di lorong areal ruang kelas keduanya. Namun, langkah Hugo tiba-tiba terhenti dan membuat Andre juga menghentikan langkahnya.
"Ada apa?" tanya Andre. Karena laki-laki itu melihat mata sahabatnya menatap lurus, ia pun ikut melihat ke arah yang Hugo lihat. "Wah! Gila! Apa itu Illona? Cantik sekali!" seru Andre. Ia melihat Illona mengikat rambutnya dengan gaya ponytail dan juga melihat poni gadis itu yang disibakkan ke atas.
Meski Illona sering mengikat satu rambutnya, tetapi gadis itu biasanya mengikat di bawah. Ia tidak pernah mengikat rambutnya di atas seperti yang dilakukannya saat ini.
Berbeda dengan Andre yang fokus pada gaya rambut Illona, Hugo justru fokus pada hal lain. Pandangannya tertuju pada seorang laki-laki yang terlihat malu-malu berbincang dengan Illona. Pemandangan itu membuatnya kesal. Ia tidak suka ada laki-laki lain yang mendekati Illona terlebih lagi, saat ini terlihat jelas di matanya kalau laki-laki itu hendak meminta nomor telepon sang gadis karena sudah menyodorkan ponsel.
"Hei Hugo!" teriak Andre ketika mendapati sahabatnya berjalan dengan cepat meninggalkannya.
Teriakan Andre membuat Illona dan laki-laki yang tengah memegang ponsel menoleh. Gadis itu lantas tersenyum melihat kedatangan Hugo. Ia bahkan menyerukan nama laki-laki yang tengah berjalan hingga membuat laki-laki yang ada di hadapannya kembali menatapnya.
"Selamat pagi, Hugo!" sapa Illona begitu Hugo berdiri di sampingnya. Ia juga tersenyum lebar hingga melihat itu Hugo tersipu malu.
"Pagi, Illona!" jawab Hugo dengan ramah. Berbeda dengan ekspresi yang diperlihatkan kepada gadis itu, kini Hugo menatap pria di hadapan Illona dengan tajam. "Ada perlu apa?"
Suara dingin, tatapan tajam, membuat laki-laki itu bergidik takut. Ia lantas pergi begitu saja setelah merasa hidupnya tidak aman.
Illona sempat menoleh menatap kepergian laki-laki itu. Namun, hanya karena dia terkejut. Sebab gadis itu memang tidak berniat untuk memberikan nomor ponsel miliknya.
"Kamu mengenalnya?" tanya Hugo. Suara laki-laki itu membuat Illona menoleh ke arahnya.
"Tidak," jawabnya singkat. Setelah itu Illona mengalihkan pembicaraan. Ia juga menyapa Andre yang kini sudah berdiri di samping Hugo.
"Kamu ganti gaya rambut, Illona? Tapi seperti ini lebih bagus loh, cocok untukmu!" ucap Andre.
Tidak hanya laki-laki itu yang berpikir demikian, anak lain yang berjalan melintas juga tidak sedikit yang menatap ke arah Illona. Hal itu membuat Hugo tidak nyaman. Bahkan saat Illona tengah sibuk berbincang dengan sahabatnya, ia justru sibuk menatap para siswa yang melirik ke arah gadis cantik di hadapannya.
"Benarkah? Cocok untukku?" tanya Illona. Andre pun mengangguk menjawabnya. "Sebenarnya Hugo yang menyarankannya. Aku sendiri masih tidak percaya diri tampil seperti ini," ucap Illona malu-malu.
Mendengar hal itu, Andre seketika menggoda Hugo dan Illona. Keduanya pun sama-sama tersipu dan meminta laki-laki itu untuk diam. Namun, karena Andre tidak mendengarkannya, Hugo pun menyikut perut sahabatnya itu.
"Sudah, Illona, jangan dengarkan dia," ucap Hugo. "Kembalilah ke kelas, pelajaran akan segera dimulai," imbuh Hugo sembari memegangi bahu Illona.
Gadis itu mengangguk. Ia melambaikan tangan kepada dua laki-laki itu dan meninggalkan mereka yang tengah berdiri di lorong. Tidak lupa Illona juga berkata akan menemui Hugo saat jam istirahat, seperti biasanya.
Begitu masuk kelas, Illona menjadi pusat perhatian teman-temannya. Ada yang sibuk memuji, ada yang bertanya-tanya kenapa gadis itu berubah, dan ada pula yang hanya diam mengabaikan sekitar. Namun, berbeda dengan respon positif yang ada, Clara dan teman-temannya justru mencibir gadis itu.
Mereka bilang Illona berdandan atau mengubah penampilannya untuk menggoda para lelaki. Ia bahkan meminta para siswa di kelasnya untuk berhati-hati terhadap Illona. Memang, Clara sudah berhenti merundung secara fisik, tetapi gadis itu masih tidak rela jika harus berhenti mengganggu Illona. Alhasil, Clara hanya bermain kata-kata untuk menyakiti Illona.
Sayangnya, gadis yang mulai tumbuh kuat mengabaikan semua perkataan Clara. Ia justru merasa kasihan pada gadis itu karena harus bersikap menyedihkan dan membuatnya semakin dibenci banyak orang.
Selama pelajaran dimulai, makin banyak mata yang menatap Illona. Kecantikannya yang selama ini tersembunyi di balik poni, benar-benar membuat banyak anak penasaran. Kesempatan seperti belajar pun menjadi waktu yang tepat untuk menatap gadis yang tengah fokus.
Setelah melewati waktu belajar yang diiringi berbagai tatapan untuk Illona, gadis yang sejak tadi tidak memedulikan sekitar pun bangkit dari duduknya. Ia hendak keluar kelas karena waktu istirahat memang sudah tiba.
"Hugo!" panggil Illona setelah keluar dari ruang kelasnya. Gadis itu tidak malu-malu memanggil nama laki-laki itu meski di lorong sedang banyak siswa lain yang keluar untuk menikmati jam istirahat.
Hugo tersenyum membalas sapaan Illona. Ia bahkan meminta gadis itu untuk segera menghampirinya. Hugo senang Illona memanggilnya, hingga laki-laki lain yang sejak tadi memandang gadis itu bisa bungkam dan mengalihkan pandangan.
"Bagaimana belajarmu? Lancar?" tanya Hugo dengan lembut begitu Illona berdiri di sampingnya. Gadis itu mengangguk menjawab pertanyaan laki-laki itu. Sedangkan Andre dan beberapa teman mereka yang berjalan bersama, mulai menggoda Hugo yang bersikap manis. Hal itu pun membuat Hugo maupun Illona tersipu malu.
"Sudah-sudah, ayo kita ke kantin saja," ucap Hugo mengalihkan pembicaraan. Ia bahkan berjalan dengan cepat meninggalkan teman-temannya dan juga Illona.
"Wah, teman kita ini sedang malu rupanya," ucap salah seorang teman Hugo. Saat dia sedang berbicara, saat itu juga Illona lebih dulu menyusul Hugo.