webnovel

The Secret #2

Ketika ia tengah sibuk membaca beberapa dokumen dan mengetik sesuatu didalam laptopnya, tiba-tiba seseorang mengetuk pintunya dan masuk sebelum dia mempersilahkan si pengetuk pintu untuk masuk kedalam ruangannya.

"Welcome back, Sasa."ucap seorang pria sambil membawa secangkir teh di salah satu tangannya dan menaruhnya di atas meja Rissa yang tengah menatapnya marah.

"Evan! Please! Knock the door when you want to entry! You shocked me!"marah Rissa sambil menaruh berkas yang tadi dia baca dengan kasar.

"I'm sorry about that. Hey! Don't mad at me, Sa."bujuk Revan yang kini tengah duduk berhadapan dengan Rissa.

"Oh come on Revan! Aku sedang membaca dan mengerjakan laporan tentang misi tadi sebelum aku serahkan kepada Mark! Don't you know that?!"kesal Rissa yang kembali fokus mengerjakan dokumen-dokumen yang sempat berhenti akibat kedatangan Revan tadi.

"Sasa!"panggil Revan mencoba untuk mendapatkan perhatian dari Rissa yang tak dihiraukan sama sekali oleh Rissa.

"Sasa!"panggil Revan lagi yang kali ini berhasil mengambil alih perhatian Rissa.

"What?!"kesal Rissa yang kini menatap mata Revan penuh dengan kekesalan.

"I just, you know...I have a bad feeling about us. Maybe, aku terlalu memikirkan tentang 'dia' mengingat sejak beberapa minggu yang lalu dia terus melakukan pergerakan. Dan lagi aku memiliki perasaan buruk tentang kita."ucap Revan sambil melihat kedua mata Rissa hangat namun terdapat pancaran getir dari mata Revan.

"Hei! Look me up! Jangan bicara tentang 'dia' lagi. Itu udah lama, jangan ungkit-ungkit hal itu. Lagi pula kita masih hidup bukan sekarang walaupun tanpa 'dia' lagi."hibur Rissa sambil menggenggam kedua tangan Revan lembut.

"Kamu tak perlu mengkhawatirkan aku Sa. Justru aku disini yang khawatir soal keadaan kamu nantinya."ucap Revan misterius yang membuat Rissa ingin bertanya namun ia urungkan ketika seseorang datang dan masuk tanpa izin keruangannya.

"Loha! Disini masih ada orang kali!"teriak seorang pemuda yang baru saja masuk tanpa izin ke ruangan kerja milik Rissa.

"Nathan! You have a bad attitude! Now, what’s wrong?!”bentak Rissa sambil menggebrak meja kerjanya.

"It's me! I don't really fucking care about attitude or something like that. Gue kesini gara-gara si Mark suruh buat ngasih ini ke lo dan lo disuruh dateng ke ruangannya. Katanya ada yang pingin dia bicarain tuh!"jawab Nathan sambil menaruh beberapa dokumen yang tadi dia bawa dan setelah itu meminum teh yang ada dimeja sahabatnya itu.

"Udah-udah! Nathan jangan ganggu Rissa dan Rissa jangan peduliin Nathan. Anggep aja dia ikan yang perlu asupan."lerai Revan sambil terkekah diakhir kalimat.

"Sialan lo Van!"umpat Nathan sambil melempar bantal yang berada di sofa ruangan Rissa.

"Mark sialan! Tugas satu belum selesai dikasih tugas lainnya! Buat apa dia suruh gue dateng keruangannya?"tanya Rissa penasaran sambil mebali duduk dikursinya dan melihat-lihat dokumen yang beru saja dikasih oleh Nathan.

"Kalau gue tau ya udah gue kasih tau duluan lah lo!"jawab Nathan cuek sambil memainkan ponsel hitamnya.

"Lebih baik kamu temuin dulu aja si Mark, nanti aku bantu ngerjain dokumen-dokumen kamu itu."ucap Revan lembut sambil melihat Rissa yang sudah sangat kesal dengan atasannya itu.

"I love you Evan! I'll back soon!"ucap Rissa girang sambil mengecup singkat bibir Revan sebelum melenggang pergi dari ruangannya.

"Kalian berdua aneh! Udah tau saling cinta sama umbar-umbar kemesraan didepan umum tapi belum juga taken-taken!"cibir Nathan yang mendengar percakapan keduanya yang masih setia bermain ponselnya

"Liat aja nanti."jawab Revan datar sebelum mengerjakan dokumen-dokumen Rissa yang baru saja diberikan oleh Nathan yang membuat Nathan mengerutkan keningnya dalam mendengar jawaban dari Revan.

Dan disinilah Rissa berada, duduk dihadapan atasannya tanpa memberi hormat terlebih dahulu. Memang hubungan Rissa dengan atasannya bisa dikatakan cukup baik layaknya kakak dan adik mengingat ayah dari atasannya kini merupakan penyelamatnya.

"Jadi ada masalah apa?"tanya Rissa to the point kepada Mark atasannya yang berada dihadapannya.

"Watch you’re attitude please! Astaga kamu buat saya sakit kepala saja! Memang seperti ini caramu menyapa atasanmu? Aku disini sebagai atasanmu, bukan kakakmu!"kesal Mark kepada Rissa yang tidak menghormatinya sebagai atasannya.

"To the point!"balas Rissa malas tanpa mendengarkan ocehan dari Mark yang merupakan salah satu keluarga angkatnya di Jerman.

"Ok! Jadi kamau dan ke-lima belas rekan timmu akan saya pindahkan ke markas kita yang berada di New York. Saya telah mendapat laporan dari mata-mata kita jika 'mereka' telah mengincar keluargamu mengingat disini kamu dan Revan yang menjadi incaran 'mereka'. Dan saya juga akan memberi kalian libur selama 2 bulan. Untuk berkas-berkas yang saya berikan kepadamu tadi, segera selesaikan dan saya telah mendengar hasil dari introgasi rekanmu terhadap salah satu polisi yang telah berkhianat. Segera selesaikan laporan tentang kejadian ini."jelas Mark dengan nada serius sambil menatap ke-dua bola mata Rissa penuh dengan keseriusan dna ketegasan di dalamnya.

"Bener libur? Kok gue gak yakin ya?"ucap Rissa retoris sambil menatap Mark menyelidik mengingat apa yang baru saja Mark ucapkan itu.

"Terserahlah, kamu mau apa terserah. Untung bentar lagi kamu udah gak ditugasin disini."ujar Mark kesal sambil kembali melihat dokumen-dokumen yang tadi sempat tertunda.

"Baiklah kalau gak ada hal yang ingin di bicarakan lagi! Gue mau beres beres dulu! Mark lo urus yang lainnya dan bye ma brother!"ucap Rissa sambil terkekeh melihat wajah kesal,marah,dan frustasi milik Mark akan tingkahnya itu.

“Untung dia adikku! Kalau bukan udah ku jadikan sasaran tembak dia!”dengus Mark kesal dengan tingkah sang adik angkat yang telah menemaninya selama beberaoa tahun ke belakang.

***

Dua hari setelah mendapat perintah itu, Rissa kini telah berada di bandara dengan ditemani oleh kedua sahabatnya yang tak lain Revan dan Nathan.

"AKHIRNYA GUE BISA PULANG!"teriak Rissa senang, yang kontan membuat semua orang yang berada di bandara menoleh ke arah mereka bertiga terganggu.

"Aish...lo bisa gak sih gak malu-maluin kita!"protes Nathan kepada Rissa sambil memalingkan wajahnya dari sahabat perempuannya itu.

"Bodo! Ah...gue bakal kangen banget sama Jerman. Dan tentunya, gue juga bakal kangen berat sama kalian berdua."ucap Rissa yang diakhiri oleh pelukan erat kepada keduanya.

"Kita berdua juga bakal kangen sama kamu."balas Revan sambil membalas pelukan Rissa yang tentu saja mendapat anggukkan setuju oleh Nathan.

“Disana nanti jangan lupa makan sama istirahat! Jangan terus-terus begadang sampai lupa waktu cuman gara-gara buat laporan misi ataupun rencana misi nantinya! Jangan lupa juga buat jaga diri karena nantinya disana kamu pastinya akan dijadikan incaran oleh para musuh-musuh mengingat kedudukanmu kini!”ingat Revan sambil memegang kedua sisi wajah Rissa yang mampu membuat wajah serta telinga Rissa memerah dibuatnya.

___________________

Pin berdasarkan gambar :

1. Burung Merpati = informasi dan teknologi

2. Burung Gagak = pengintai/mata-mata

3. Burung Beo = penyusun strategi

4. Burung Elang = penyerang

5. Burung Rajawali = pemilik tiga keahlian

6. Burung Garuda = pemilik empat keahlian

Pin berdasarkan warna pada burung :

1. Hijau = pemula

2. Biru = senior

3. Merah = pro-senior

4. Coklat = ketua tim

5. Hitam = petinggi

6. Biru Dongker = atasan tertinggi (hanya ada 5)



Pemberian pin :

1. Memiliki 2 keahlian = 2 pin yang dipasang di kerah kanan dan kiri