webnovel

The Secret #3

“Iya Evan! Kamu gak perlu khawatir. Aku disanakan gak sendiri. Masih ada Alzra dan lainnya. Kalo perlu aku akan beri kamu laporan sesaat sebelum aku tidur. Gimana?”jawab Rissa dengan senyum indah merekah di setiap sudut bibirnya sambil membalas tatapan Revan yang penuh kasih dengan kedua tangannya yang juga turut memegang ke-dua sisi wajah Revan yang membuat keduanya dalam posisi yang sangat intens.

Nathan yang melihat adegan romantis di depannya yang memang sangat sering di tampilkan oleh kedua sahabatnya hanya mampu di buat jengkel karenanya. Namun di sisi lain dia sangat berharap jika kisah keduanya akaj berakhir dengan bahagia

“Gak perlu. Aku percaya kok sama kamu. Jangan lupa juga kabarin kalo kamu ada kesulitan disana!”jawab Revan yang mampu membuat kening Rissa berkerut bingung dibuatnya. “Emang kamu mau langsung terbang kalau aku kasih tahu kamu tentang semua kesulitanku nantinya disana?"

“Enggak! Kata siapa aku langsung terbang? Aku cuman mau bilang kalau kamu sampai kesulitan disana, siap-siap aja nanti file-file pentung punya Alzra hilang dari tempatnya!”jawab Revan penuh dengan rasa bangga sambil memamerkan senyum manis miliknya.

“Aish! Kirain kamu bakal langsung terbang kesana!”kesal Rissa sambil melepaskan pegangannya di kedua sisi wajah Revan secara kasar sambil memalingkan wajahnya ke arah lain yang otomatis membuat pegangan Revan di kedua sisi wajah Rissa terlepas seketika.

“Udah dong jangan marah. Aku juga gak bisa terbang ke sana mengingat pekerjaan yang terus menumpuk di meja kerjaku.Dan lagi aku yakin kalau kamu akan bisa meng-handle semua pekerjaan kamu tanpa kesulitan sedikitpun.”ucap Revan berusaha membujuk Rissa agar tidak marah karenanya.

“Aish! Bisa gak sih kalian berdua berhenti romantis-romantisan di depan seorang jomblo macam gue! Hargailah perasaan kaum jomblo macam gue ini!”celetuk Nathan kesal sambil menatap keduanya sinis dan penuh aura membunuhnya yang sangatlah amat kentara.

'Pemberitahuan untuk penumpang maskapai LH 410 dengan tujuan JFK New York diharap segera memasuki pesawat! Karena dalam waktu 10 menit pesawat akan lepas landas! Sekali lagi....'

“Sudahlah! Kamu pergi gih! Udah dipanggil itu, masa iya seorang Clarissa Nathaniel Devon telat masuk pesawat gara-gara lagi marah sama aku.”goda Revan kepada Rissa yang kini sudah mulai mempersiapkan pasport serta tiket pesawatnya.

“Ngusir nih ceritanya?”dengus Rissa kesal sambil menatap sinis Revan. “Enggak tuh! Perasaan kamu aja kali! Aku cuman ingetin doang kok!”

“Sasa!”panggil Revan dengan nada yang sangat berbeda dengan sebelumnya. “Ap-“

Pertanyaan Rissa terpotong ketika dengan tiba-tiba Revan mencium bibir Rissa dengan lembut dan penuh dengan segala rasa sedih dan tak ingin melepas kepergian Rissa ke negara asalnya.

Ciuman itu selesai ketika dirasa keduanya membutuhkan asupan udara namun masih dengan kedua dahi yang saling bersentuhan dan nafas yang memburu pasokan udara.

“Aku akan sangat merindukanmu nantinya Sasa.”ucap Revan lirih dengan tatapan tak rela yang terpancar jelas di kedua bola matanya.

“Aku juga akan amat sangat merindukanmu Evan. Jika kamu memiliki waktu senggang, kunjungilah aku. Aku sama sekali tak tahu kapan berakhirnya misi ini. Tapi yang ku tahu waktunya akan sangat amat lama dibanding dengan misi-misi sebelumnya.”jawab Rissa sambil membalas tatapan mata Revan yang seolah-olah menyedot dirinya ke dalam dunia sang pemilik manik mata hijau itu.

“Ehm! Pesawat lo dah mau take off itu! Lo gak jadi berangkat?”sela Nathan mengingatkan keduanya sambil memalingkan wajahnya ke arah lain.

"Ah, baiklah...mungkin ini perpisahan kita. Sampai ketemu lagi guys! Gue bakal kangen kalian. I Love you so much ma boys."ucap Rissa sebelum melenggang pergi menuju terminal keberangkatan yang dituju dengan lambaian tangan ke arah kedua sahabatnya yang tentunya mendapatkan balasan dari keduanya.

‘Aku harap kamu akan baik-baik saja disana, meskipun nantinya diantara kita bertiga kamu akan sendirian nantinya. Aku harap keputusanku untuk membiarkan kamu pergi adalah keputusan terbaikku. Maaf sudah buat keputusan egois ini tanpa meminta persetujuan terlebih dahulu darimu. Aku berjanji, setelah semua urusanku selesai dengannya, aku akan segera menyusulmu meskipun kemungkinan itu sangatlah tipis.’batin seseorang sambil menatap punggung gadis yang ia cintai perlahan menghilang di tengah kerumunan orang-orang.

***

Dan setelah menempuh perjalan udara kurang lebih 8 jam menggunakan maskapai LH 410 tanpa transit dari Flughafen Munchen menuju Jhon F. Kennedy International Airport kini Rissa telah sampai dan duduk sambil memanikan ponselnya menunggu seseorang yang menjemputnya datang.

Kini jam telah menunjukkan pukul 4 sore yang mana perbedaan waktu antara Jerman dan New York adalah 6 jam lebih lambat dari Jerman. Berarti ia telah menunggu selama 35 menit dibandara menunggu si penjemput tiba.

"Ish! Lama banget sih!"kesal Rissa sambil mengurut kepalanya lantaran jet lag yang ia alami karena perbedaan waktu antara New York dan Jerman.

"SASA!!!"teriak seseorang yang langsung membuat Rissa berdiri sambil berkacak pinggang dan dengan tiba-tiba limbung akibat pelukan dari orang yang sejak tadi ia tunggu kedatangannya.

"Lama banget sih! Aku udah nungguin kamu dari jam setengah empat dan kamu baru datang tiga puluh menit lebih! Kamu tau gak sih orang jet lag kayak gimana?!"Kesal Rissa dengan wajah memerah menahan kesal dan marah dalam satu waktu sambil berkacak pinggang setelah pelukan mereka terlepas.

"I am sorry my twins! Tadi aku baru aja pulang sekolah. Kamu tau kan gimana ketatnya peraturan disekolah sekarang?"jelas Kelvin yang merupakan saudara kembar Rissa dengan tatapan sekasihan mungkin.

"Ok! Permintaan maaf mu aku terima-"ucap Rissa menggantung sambil menunjukkan senyum miring andalannya.

"Perasaan gue gak enak nih!"gerutu Kelvin sambil menatap Rissa curiga.

"-tapi ada syaratnya."ucap Rissa masih dengan senyum miringnya itu.

"Apa syaratnya?"tanya Kelvin antara penasaran dan curiga dengan syarat yang akan diucapkan oleh Rissa.

"Elvi harus turutin apa pun permintaan Sasa dalam waktu 1 bulan non-stop. Deal?"ucap Rissa puas dengan senyum miringnya yang masih terpatri diwajah cantiknya itu.

"Deal deh! Apa pun untuk ma twins!"ucap Kelvin menyetujui tanpa berpikir panjang.

Setelah mendapat jawaban dari saudara kembarnya itu, Rissa segera berjalan mendahului saudaranya itu. Namun, sebelum pergi Rissa sempat membisikkan sesuatu yang membuat Kelvin merinding dibuatnya.

"Welcome to the hell my twins Elvi."ucap Rissa sembari mencium pipi kanan Kelvin yang membuat batin Kelvin menebak-nebak apa maksud dari saudara kembarnya itu sambil menarik koper milik Rissa.

Setelah itu, mereka berangkat untuk pulang tetapi sebelum pulang, Rissa menyuruh Kelvin untuk mengantarnya ke salah satu mall guna membeli keperluan nya untuk sekolah besok.

"Kamu yakin mau beli ini?"tanya Kelvin sambil menunjuk barang barang yang akan Rissa beli dengan ragu-ragu.

"Ya yakin lah! Kalo gak yakin ya mana mungkin aku beli barang barang ini."jawab Rissa santai sambil membawanya ke kasir guna dibayar.

"Kamu yang bayarin ya."ucap Rissa sambil tersenyum kearah Kelvin yang dijawab dengan mengulurkan kartu platinumnya kepada kasir toko yang mereka beli.