webnovel

The Scent of Life (1)

Oh Man Se, seorang gadis yatim piatu yang diangkat anak oleh keluarga Kang. Dia jatuh cinta pada Kang Min Hyuk, kakak angkatnya sendiri. Ada banyak halangan cinta menghadang mereka. Apakah Oh Man Se sanggup untuk bertahan?

Maria_Ispri · Urbano
Classificações insuficientes
27 Chs

BAB 20 SIAPA OH MAN SE?

Hye Bin sedang membersihkan meja ketika Hae Won memanggilnya. Hye Bin diminta membuatkan kopi untuk Hyeo Jin. Hye Bin lalu membuatkan kopi dan mengantarnya ke ruangan bosnya. Hye Bin mengetuk pintu dan terdengar suara menyuruhnya masuk. Laki-laki itu sedang membaca sesuatu di meja kerjanya ketika Hye Bin masuk. Hye Bin menaruh cangkir kopi di meja dan berlalu dari situ.

"Kamu ... tunggu di situ, jangan pergi dulu sampai aku selesai membaca dokumen. Aku perlu bantuanmu," ujar Hyeo Jin menyuruh Hye Bin tinggal.

Hye Bin berhenti, lalu duduk dengan gusar di sofa di dalam ruangan Hyeo Jin.

Detik-detik waktu berlalu membuat Hye Bin makin tak sabaran. Kakinya digerak-gerakkan dan matanya memandang ke sana ke mari melihat kondisi ruangan yang sudah didekorasi ulang. Apalagi Hyeo Jin hanya diam saja, tetap tekun membaca dokumen-dokumen.

"Bos, kopi Anda sudah dingin," ujar Hye Bin memberanikan diri.

Hyeo Jin memandang Hye Bin dalam diam, membuat Hye Bin salah tingkah. Hyeo Jin berdiri dan berjalan mendekat ke arah Hye Bin. Semakin mendekat, semakin mendekat, hingga membuat Hye Bin merasa khawatir akan terjadi sesuatu. Lalu Hyeo Jin membungkukkan badannya dengan wajah dekat berhadapan dengan wajah Hye Bin. Hye Bin gugup. Lalu tangan Hyeo Jin menyentuh kepala Hye Bin.

"Ada sesuatu di rambutmu," ucap Hyeo Jin sambil mengambil sesuatu dari rambut Hye Bin dan membuangnya ke lantai. Tiba-tiba hilang rasa khawatir dan gugup Hye Bin. Hyeo Jin berdiri tegak di depan Hye Bin lalu menarik tangan perempuan itu agar berdiri dan mengikutinya.

"Ikut aku, bantu aku membersihkan gudang, bantu aku mencari sesuatu."

Hye Bin diam dan menurut saja ketika Hyeo Jin menarik tangannya berjalan ke luar ruangan menuju gudang yang sekarang digunakan sebagai kamar oleh Shahib.

***

Mereka berdua masuk ke ruangan itu. Gudang yang cukup luas dengan lemari-lemari besar berisi album-album dan barang-barang. Di pojokan ada dua ruangan lagi untuk menyimpan bahan-bahan makanan, dan sebuah ruang tempat Shahib tinggal.

"Ayo, bantu aku membongkar arsip album. Dokter Hyun sepertinya tidak pernah mengklasifikasikan memori dan foto-foto kenangan pengunjung secara tahunan dan bulanan. Hmm ... Si tua itu benar-benar merepotkan," keluh Hyeo Jin.

Hye Bin membulatkan matanya merasa aneh bosnya memanggil Dokter Hyun dengan Si Tua.

"Mengapa Anda memanggil Dokter Hyun dengan Si Tua?" protes Hye Bin.

Hyeo Jin memandang Hye Bin, lalu tersenyum.

"Bukan Dokter Hyun, tapi ayahku," ujar Hyeo Jin.

"Ayo bantu aku membongkar lemari-lemari itu. Dua puluh tahun berlalu pasti banyak yang perlu disusun ulang sesuai tanggal dan tahun. Bantu aku mengklasifikasikan dan mencari foto album pertama kafe ini," cetus Hyeo Jin.

Tanpa banyak bicara mereka membuka dan membongkar kotak-kotak kardus berisi album-album foto dan lembaran-lembaran tempelan dalam lemari. Hye Bin masih penasaran apa kaitan ayah Hyeo Jin dengan kafe ini.

"Ayahku, Kang Min Hyuk. Dia pemilik kafe ini. Dia mempersembahkan kafe ini untuk kekasihnya yang bernama Oh Man Se. Tapi aku tak tahu bagaimana wajah perempuan itu. Hal itu membuat aku penasaran. Siapa dan bagaimana Oh Man Se, karena ayahku sedang mencari di mana keberadaan perempuan itu yang menghilang dua puluh tahun yang lalu," jelas Hyeo Jin.

"Oh ...," hanya itu yang terucap dari Hye Bin.

Hyeo Jin tersenyum.

"Tidakkah kau juga penasaran dengan gadis yang bernama Man Se itu? Misterius. Hmm ... Sudahlah, bantu klasifikasikan per tahun," ujar Hyeo Jin.

"Ya," jawab Hye Bin.

Mereka berdua bekerja sampai larut malam. Tiba-tiba Hyeo Jin mendapat telepon dari seseorang lalu minta izin turun ke bawah. Hye Bin menguap karena mengantuk. Hari sudah larut tapi pekerjaan mereka belum selesai. Hye Bin meletakkan kepalanya di atas tumpukan kardus besar sekadar melepas lelah. Tak lama kemudian dia terlelap.

Shahib masuk ke gudang untuk kembali ke kamarnya. Dia melihat Hye Bin yang sedang tertidur lelap berbantal kardus. Dipandanginya wajah gadis itu, Shahib tersenyum. Diambilnya sebuah selimut dari kamarnya lalu diselimutkannya di atas badan Hye Bin yang terlelap. Lalu ditinggalkannya gadis itu sendirian tertidur di antara berkas-berkas dan kardus-kardus yang berserakan.

Tak lama kemudian Hyeo Jin datang sambil membawa makanan dan kopi. Dia tertegun begitu melihat Hye Bin tertidur. Hyeo Jin memandang wajah gadis manis itu dengan seksama. Hyeo Jin tersenyum penuh arti, lalu timbul sifat usil Hyeo Jin. Diambilnya spidol lalu dicorat-coretnya wajah Hye Bin seperti seekor kucing. Hyeo Jin menahan tawa sampai wajahnya merah. Mendengar suara aneh Hye Bin pun terbangun. Hye Bin terkejut ada Hyeo Jin yang menyodorkan segelas kopi untuknya.

"Ini minumlah ... sudah larut malam. Ayo kuantar pulang. Esok saja kita lanjutkan mencari album pertama kafe ini," ujar Hyeo Jin menyodorkan kopi kepada Hye Bin.

Hye Bin dengan polosnya meminum kopi itu tanpa menyadari wajahnya coreng moreng spidol hasil keusilan Bosnya. Hyeo Jin ingin tertawa tapi ditahannya dan bertingkah seakan tak terjadi apa-apa. Hye Bin merasa aneh dengan tingkah Hyeo Jin tapi dia berusaha menepis kecurigaannya.

***

Selesai makan, mereka turun ke bawah. Kafe sudah tutup. Hyeo Jin menunggu Hye Bin di dalam mobil. Hye Bin masih berganti baju di ruang ganti. Tak lama kemudian mereka sudah meluncur di jalanan kota Seoul. Sebuah kota yang tak pernah mati.

"Anda lama tinggal di Eropa? Bahasa asing Anda pasti bagus. Anda beruntung," ujar Hye Bin membuka pembicaraan sambil mencari-cari suara radio di mobil Hyeo Jin.

"Sejak lulus sekolah menengah aku ke Eropa belajar manajemen dan masak-memasak," jelas Hyeo Jin

"Ayah Anda seorang pengusaha yang terkenal. Kupikir Anda pasti juga akan menjadi seorang pengusaha yang andal."

Hyeo Jin tersenyum sambil tetap fokus berkendara.

"Kau sendiri? Aku baca di berkas karyawan, kau sudah lama bekerja paruh waktu di kafe kami. Kalau tak salah kita dulu pernah juga bertemu di wisma lansia. Apakah kamu juga bekerja di situ? Kau tak ingin kuliah?" tanya Hyeo Jin.

"Impianku ingin menjadi Dokter, dan sekarang aku masih berusaha keras untuk menggapainya. Dokter Hyun banyak membantuku. Kami bertemu ketika Eomma mencari pekerjaan di Seoul. Aku hanya tinggal bersama ibuku yang membuka kedai sup nasi. Tak mudah bagi kami pada awalnya, tapi sekarang sudah lebih baik. Aku yakin aku bisa mandiri," cerita Hye Bin.

Kemudian pikirannya menerawang jauh ke masa lampau bagaimana dia bersama ibunya dan adik-adik dari ibunya pindah ke Seoul. Ibu Hye Bin bekerja sebagai tukang masak di keluarga Dokter Hyun. Sampai akhirnya atas kebaikan sang Dokter, ibunya bisa membuka usahanya sendiri.

Hye Bin membuka-buka dashboard mobil Hyeo Jin. Lalu dia menemukan sebuah foto masa kecil Hyeo Jin yang gemuk dan lucu sedang di pangku oleh seorang perempuan. Ditatapnya wajah perempuan itu, Hye Bin merasa tak asing dengan wajah perempuan itu.

"Ini ibu Anda?" tanya Hye Bin.

"Ya,'" jawab Hyeo Jin.

"Rasanya tak asing dengan wajahnya. Tapi di mana aku pernah bertemu?" gumam Hye Bin sambil mengingat.

"Ingatanmu payah. Tidakkah ibuku pernah datang ketika acara amal di rumah lansia?" ujar Hyeo Jin mengingatkan.

"Aaah yaaa ...," ujar Hye Bin. "Berarti Anda ke sana untuk mengantar ibu Anda?" tanya Hye Bin.

"Ya ... sekalian menjenguk nenekku, Nyonya Kang. Bukankah kamu yang merawat beliau?" ujar Hyeo Jin.

"Anda cucu Nyonya Kang?" tanya Hye Bin seakan tak percaya.

"Eheem ... kau memang lambat nyambung. Tidakkah aku tak sengaja menabrakmu waktu itu?" ujar Hyeo Jin mengingatkan kembali.

"Ya, benar," ujar Hye Bin.

"Aku kecewa kau melupakan momen berharga ketika kita pertama kali bertemu," ujar Hyeo Jin sedikit cemberut.

"Momen itu tak kulupakan. Hanya saja waktu itu aku tak begitu memperhatikan wajah Anda. Maaf," ujar Hye Bin, "Aaah, di situ saja saya turun, nanti biar saya jalan kaki saja!" ujar Hye Bin ketika ia melihat tepi jalan yang sudah cukup dekat dengan rumahnya.

Hyeo Jin menepikan mobil. Hye Bin siap-siap memasang tasnya lalu berkaca di jendela mobil. Sontak Hye Bin berteriak nyaring melihat wajahnya yang coreng-moreng. Tawa Hyeo Jin pun meledak. Hye Bin pun melototkan matanya sambil memukul-mukuli Hyeo Jin. Hyeo Jin masih tertawa lepas sambil menangkis pukulan-pukulan Hye Bin.

"Dasar Bos usil!" teriak Hye Bin.

Hyeo Jin menangkap pergelangan tangan Hye Bin agar berhenti memukulinya. Hye Bin pun berhenti memukul dan tawa mereka mereda, lalu semua hening ketika mata mereka saling beradu pandang. Sadar ada sesuatu yang mendebarkan di antara mereka, Hye Bin lalu menarik tangannya dari pegangan Hyeo Jin.

"Selamat malam," ucap Hye Bin bergegas keluar mobil sambil berusaha membersihkan wajahnya.

"Tunggu!" teriak Hyeo Jin lalu mengambil sapu tangannya. Hyeo Jin menyusul Hye Bin yang sudah berjalan menjauh. Hyeo Jin menarik tangan Hye Bin. Gadis itu membalikkan badannya menghadap Hyeo Jin. Hyeo Jin menatap lembut Hye Bin. Lalu dengan perlahan mengusap lembut wajah Hye Bin dengan sapu tangan agar bekas spidol hilang dari wajah Hye Bin.

"Maaf," ucap Hyeo Jin.

"Tak apa-apa," ucap Hye Bin mengambil sapu tangan dari tangan Hyeo Jin untuk membersihkan wajahnya sendiri.

"Terima kasih. Kau rawat nenekku dengan baik selama ini," ucap Hyeo Jin.

Hye Bin diam dan merasa terharu.

"Aku minta jaga nenekku baik-baik. Dia membutuhkan seseorang yang sepertimu. Nyonya Cha memberitahuku semuanya. Makanya aku bilang padamu. Aku mengenalmu tapi kau tak mengenalku ketika pertama kali bertemu. Nenek memanggilmu dengan nama asing. Oh Man Se. Entah mengapa nenek memanggilmu dengan nama perempuan itu. Nama yang dirindukan oleh ayahku, tapi dibenci ibuku. Awalnya kukira Man Se itu selingkuhan ayahku, tapi Sekretaris Park pernah bilang padaku bahwa dia perempuan kekasih ayahku sebelum menikah dengan ibuku. Apakah wajahmu mirip dengan Oh Man Se? Aku benar-benar penasaran. Makanya esok bantu aku lagi mencari foto perempuan itu. Siapa tahu ada tersimpan di berkas-berkas kenangan Kafe PM."

Hye Bin memandang bosnya dalam diam.

"Ya saya akan bantu Anda mencari lagi besok," ucap Hye Bin lalu membungkukkan badan dan beranjak pergi.

Hyeo Jin memandang Hye Bin pergi menjauh dan menghilang di tikungan. Hyeo Jin menghela napas panjang lalu pulang dengan mengendarai mobilnya.