"Terlebih dia perempuan, ayah tidak akan kesepian lagi jika kalian berdua keluar hutan nantinya." ucap Yewan membuat Jiruo terdiam, tidak banyak merespon.
"Bukankah dengan begini aku akan merasakan rasanya menjadi Kakak? Ini akan sangat menarik!" ucap Shuai dengan begitu semangat. Sejak dulu dia ingin memiliki adik, namun sang ibu telah berpulang sejak dia kecil.
.......
Shuai sedang berada di dalam kamar untuk melihat gadis yang telah dia selamatkan. Gadis yang sebentar lagi menjadi adik perempuannya. Dia terkejut saat melihat jemari gadis itu bergerak pelan.
Dia tidak sempat berpikiran untuk memanggil ayahnya karena gadis itu kini sudah membuka mata dan sedang menatapnya dengan tatapan lurus.
"Siapa?" suara serak itu terdengar menyapa Indra pendengaran Shuai. Namun dia belum memberi reaksi yang berarti selain mematung.
Cklek
"Sudah sadar?"
Shuai dan gadis itu menoleh saat mendengar suara seseorang. Dan ini membuat Shuai sedikit terkejut saat melihat ternyata itu adalah Jiruo, kemana ayahnya?
"Bagaimana perasaanmu? Kakak sangat khawatir denganmu Li'er." Jiruo meletakkan nampan yang dia bawa ke meja lalu duduk di kursi tepi peraduan.
"Kau siapa?" gadis itu mengeluarkan suaranya lagi, namun kali ini sudah tidak serak seperti sebelumnya.
"Li'er tidak mengingat kakakmu ini?" Jiruo menampilkan ekspresi terkejut saat mengatakan ini, hal tersebut membuat Shuai sedikit menahan senyum.
Apa-apaan kakaknya itu? Ekspresi yang Jiruo tunjukkan terlihat menggelikan di mata Shuai yang jarang melihat kakaknya memasang ekspresi berlebihan seperti itu.
"Kakak?" gadis itu bergumam pelan seraya menundukkan pandangan.
"Kau ingat siapa namamu?" akhirnya setelah sekian lama, Shuai membuka suara membuat seluruh pasang mata teralih padanya.
Hanya gelegang pelan yang Shuai dapatkan dari gadis itu. Jiruo dan Shuai saling menatap melihatnya, lalu Jiruo mengangguk singkat.
"Huft, kalau sudah begini mau bagaimana lagi? Aku kakak pertamamu, namaku Xiao Jiruo. Dia kakak keduamu, namanya Xiao Shuai. Dan namamu adalah Xiao Lian."
***
Qin Xinjiang, dia merasa aneh dengan dunianya. Bingung sekali ketika orang yang menyapanya memakai pakaian yang begitu kuno.
Dia merasa kalau dunianya saat ini berbeda dengan dunianya yang dulu. Xinjiang berusaha mengingat-ingat apa yang telah terjadi. Namun nihil, tak ada yang dapat dia ingat selain ingatannya di dunia pertamanya dulu.
Yang Xinjiang tahu, saat ini namanya adalah Lian. Sesuai yang diucapkan oleh seseorang yang mengaku sebagai kakaknya di Dunia ini.
Dia merasa perasannya begitu kacau, antara senang karena ternyata memiliki keluarga, juga juga bimbang yang teramat. Dia mereka ada yang salah, namun dia tidak tahu apa itu.
Saat ini dia tampak sedang duduk di peraduannya, menatap lurus keluar jendela rumah kayu yang sederhana. Melihat pemandangan hijau nan asri di luar.
Kriet
"Li'er, kenapa tidak istirahat lagi?" sosok yang tiba-tiba masuk ini adalah Jiruo, dia tampak membawa nampan yang terdapat makanan.
"Hanya bosan." jawab Xinjiang yang kini menjadi Lian, dia masih bingung untuk bersikap kepada Jiruo.
Notes: "Mulai sekarang nama Xinjiang akan diganti menjadi Lian. Diharap pembaca tidak bingung."
"Ingin berjalan-jalan keluar?" ajak Jiruo membuat Lian menatapnya lurus, kemudian mengangguk ragu.
"Kalau begitu ayo ganti dulu pakaianmu agar lebih hangat. Kamu bisa sendiri kan? Kakak akan menunggu di luar."
***
Lian dan Jiruo berjalan beriringan, terlihat Lian yang masih sedikit sakit pada beberapa bagian tubuhnya. Dia berkali-kali meringis membuat Jiruo menawarkan untuk kembali saja, namun gadis itu terus menolak.
"Aku tidak apa-apa." ucap Lian seraya menatap lurus pada sosok di depan sana yang sedang latihan pedang, Lian tahu kalau itu adalah kakak keduanya yang bernama Xiao Shuai.
"Kak, bolehkah aku bertanya?" Lian berucap ragu, tatapannya teralih pada sang kakak yang berada di sebelahnya. Menatap penuh ragu dan penasaran.
"Tanyakan saja."
"Emm kenapa aku tidak bisa mengingat apa pun? Apa yang telah terjadi sebelumnya?" Lian menatap sang kakak dengan penuh harap, berharap jawaban Jiruo nanti dapat memuaskan rasa penasarannya.
Mendengar pertanyaan Lian, Jiruo terhenyak. Namun dia berusaha menetralkan ekspresi wajahnya, dia sudah menduga bahwa cepat atau lambat gadis di sampingnya akan bertanya demikian.
"Kamu itu gadis nakal yang tidak mau mendengarkan kata-kata kakakmu ini. Sudah berkali-kali kakak bilang untuk tidak main terlalu jauh ke dalam hutan. Lihat! Siapa yang salah kalau jatuh dan terguling ke dasar jurang. Beruntung Shuai dengan cepat menyelamatkanmu." ucap Jiruo setengah mengomel, cara dia berucap sungguh cepat membuat Lian meringis dalam hati.
"Jadi begitu ceritanya..."
***
Sedangkan jauh menuju arah Utara sana, Raja Feng telah memerintahkan ribuan prajuritnya untuk mencari keberadaan Putri Xinjiang yang menghilang sejak kemarin malam.
Raja Feng benar-benar frustasi saat mendengar kalau Putri Xinjiang menghilang. Dia merasa gagal menjalankan permintaan terakhir adiknya.
"Wei'er, maafkan aku." gumamnya pelan seraya mengusap wajah kasar, dia kembali menatap ke depan.
Saat ini dia berada di balkon kediamannya, menatap langit malam yang tampak begitu cerah dengan bintang yang menguarkan pijar.
"Yang mulia, udara mulai dingin, tidak baik untuk kesehatan anda jika terus berada di luar saat malam hari."
Raja Feng menoleh saat mendengar suara dari arah dalam, itu adalah Ratunya. Ratu Yu Shin, tampan mengulas senyumnya begitu mendapati sang suami menatap ke arahnya.
"Anda masih memikirkan keberadaan Putri Xinjiang?" tanya Ratu Yu Shin seraya mendekat dan mengusap lengan Raja Feng. Ini membuat Raja Feng menghela nafas.
"Bagaimana mungkin aku tidak memikirkan keponakanku yang saat ini tidak aku ketahui keberadaannya? Sebentar lagi Yaoshang akan segera kembali dari Akademi." ucap Raja Feng dengan memijit pangkal hidungnya pelan, kemudian dia kembali menatap ke arah langit.
"Kau tahu kan, hanya Yaoshang yang benar-benar menerima Xinjiang." lanjut Raja Feng tanpa sedikitpun mengalihkan fokusnya dari langit yang indah itu.
Bahkan benar-benar tidak menyadari seulas senyum tipis yang terluas di bibir Ratunya itu. Senyum yang sarat akan makna yang dalam. Entah apa yang ada dalam pikiran Ratu Yu Shin.
"Anda benar yang mulia, maka hanya perlu tiga orang lagi saja. Dan semuanya akan sempurna."
TBC
Bogor 12 Juni 2022