webnovel

Moto Keluarga : Kehormatan & Kesetiaan

Rumah tua keluarga Xi belakang rumah orang tua Venom,

Tangan putih berkeriput mengusap pelan gelas kristal dengan hati-hati. Rona wajahnya pucat mirip kertas putih tanpa tulisan.

"Venom, kamu nyakin menginginkan pernikahan ini?"

Asap panas mengudara berikan harum yang samar ketika teko berasal dari tanah liat di tuangkan ke dalam gelas kristal. Betapa tidak sinkron terlihat tetapi nyaman di rasakan.

"Nyonya tua, aku hanya mengikuti kewajiban"

"Kewajiban? Venom, dunia bisa kamu tipu tapi tidak mata tua ini"

"Masa lalu sudah lama pergi, untuk apa nyonya tua masih mengingatnya. Aku hanya mengikuti, dimana letak salahnya?"

"Salah benar tidak ada hubungan dengan keluarga Xi tapi kedudukan harus dan wajib diperhatikan"

"Nyonya tua ingin menyalahkan atau berniat ikut campur?"

"Tidak keduanya"

Venom menarik lepas dasi yang mengikat, nyonya tua memandang wajah cucu berharganya. Bertahun-tahun terpesona dengan segala kepintaran dan kelicikannya, sungguh sial jika bertentangan dengannya.

"Kakek tua mewariskan perusahaan padamu bukan untuk bermain-main"

"Nyonya tua terlalu banyak berfikir"

"Venom, wanita itu tak pantas untuk diingat. Istrimu sekarang, aku banyak berharap"

Suara air dituangkan dengan hati-hati. Keduanya terdiam melihat pemandangan di sekitarnya untuk meredam suara dalam hati yang marah. Pelayan datang meletakan minuman baru untuk keduanya disertai cemilan ringan rendah gula.

"Silahkan nyonya tua"

"Pergilah, siapkan makan siang"

"Baik nyonya tua"

Pelayan pergi, gelas kristal diambil oleh Venom dengan perasaan tidak tenang. Wajah nyonya tua tetap datar sebisa mungkin.

"Nyonya tua, bisakah kali ini melepas"

"Satu tahun, cicit ada depan mata sebelum mati karena tidak senang"

"Negosiasi?"

"5% saham menjadi milik istrimu"

"Ah, murah hati sekali"

"Mae Xi tidak akan membiarkan wanita itu masuk dalam keluarga bahkan menginjakan kakinya di dalam rumah. Ayahmu mempunyai banyak pilihan tetapi 100% mendukung keinginan Mae Xi ibumu"

"Dia bukan ibuku"

"Jauh di lubuk hatinya, dia tetaplah ibumu walau tanpa hubungan darah"

"Nyonya tua, jangan berkata yang seakan menggelikan. Kamu tahu jelas siapa ibuku"

"Ibumu tak pernah pantas masuk dalam keluarga Xi, kamu tahu itu pasti tanpa embel-embel emosional di dalamnya"

"Pantas atau tidak, kalian seharusnya tidak membuang ke rumah sakit jiwa setelah masuk penjara. Ibuku tidak bersalah"

"Bersalah atau tidak, ibumu sudah mengakui dan rela masuk rumah sakit jiwa untuk ketenangan batinnya"

brak!

Gelas kristal hancur di tangan Venom. Air membasahi meja dan tangannya bercampur darah.

"Venom..."

"Nyonya tua ingin mengajarkan pada siapa?"

"Pada siapa? aku juga tak tahu"

"Aku pergi"

Venom beranjak dari duduknya, mengambil serbet di atas meja untuk membersihkan darah di tangan. Nyonya tua menghembuskan nafasnya sebelum berkata, "Ambil kotak" pada pelayan di dekatnya.

"Duduklah, biarkan pelayan mengobati lukamu dulu. Sulit menjelaskan pada wanita itu"

Venom melihat arah tangannya, tersenyum tipis lalu kembali duduk. Tak lama kemudian pelayan datang membawa kotak, nyonya tua menyuruh pelayan mengobati luka Venom.

"Beritahu wanita itu, kehormatan dan kesetiaan di keluarga ini diperhatikan kemanapun dia pergi. Buat anak laki-laki untuk meneruskan keturunan waris agar diakui keluarga Xi"

"Aku suka anak perempuan"

"Anak perempuan dibuang. Kami tidak butuh penerus yang lemah"

"Tradisi harus di ubah"

"Maka kematian yang bisa di terimanya"

Venom terdiam mendengarkan, pelayan wanita merapikan balutan perbannya dengan hati-hati.

"Ada banyak wanita pengganti jika tak bisa berikan anak laki-laki disini"

"Kehormatan dan kesetiaan mana yang bisa dianggap ketika dipertanyakan anak laki-laki"

"Ibumu tidak keberatan menjadi pengganti Mae Xi. Mengapa tidak dengan wanita itu? ada harga yang harus dibayar setiap dia melangkah masuk dalam keluarga Xi"

"Dimana anak-anak yang dilahirkan Mae?"

"Mati dicekik Mae"

"Aku tidak mengerti mengapa moto keluarga kita seperti itu padahal kalian berdarah dingin"

"Aturan turun temurun sudah dilakukan. Jangan mengubahnya atau kamu akan mendapatkan masalah dari ini"

"Nenek, Venom membutuhkan dia"

Nyonya tua menghentikan gerakannya, menatap sebentar ke arah mata Venom. Ada semacam perasaan getir bahkan sakit hati disana.

"Apa wanita itu layak di perjuangkan?"

"Reina mirip ibu"

"Ibu?"

"Ya, Reina sama seperti ibu. Dia hanya korban keegoisan dan keserakahan orang tuanya. Dia tidak tahu apapun, nenek"

Tangan keriput mengusap pipi Venom pelan, perasaan sayang mengalir keluar berikan perhatian penuh dari Venom.

"Kalau wanita ini begitu berharga, mengapa kamu menikahi dengan cara seenaknya?"

"Aku takut keputusan salah. Nenek tahu betul ibu Mae sulit dikendalikan jika berhubungan denganku"

"Baiklah, nenek coba mengerti dari sudut pandang dari lain tetapi anak laki-laki tetap wajib"

"Nyonya tua tidak punya simpati sedikitpun padaku. Beri aku waktu, masalah anak ini"

"Satu tahun, saham 5% otomatis diberikan saat ini sebagai ucapan hadiah pernikahan untuknya"

"Nyonya tua, kamu benar-benar membuat masalah untukku"

"Kecuali kondisi milikmu tidak sebagus dengan informasi yang diberikan di luar sana"

"Apa maksudnya ini?"

"Video tentangmu terlalu banyak di luar sana bisa dijadikan koleksi. Jangan berpura-pura suci depanku"

"Aku mengerti"

Nyonya tua melanjutkan mengikat perban dengan kuat dan rapi. Venom diam memandangi hasilnya, tidak dipungkiri hatinya sedikit tersentuh.

"Pergilah, wanita itu pasti dalam kesulitan sekarang ini"

"Baik, Nyonya tua. Jaga kesehatan dan jangan begadang melihat tak penting"

Lambaian tangan menutup perkataan Venom selanjutnya, pintu dibuka oleh pelayan nyonya tua dengan sikap hormat.

"Jaga beliau"

"Jangan khawatir tuan muda"

Venom melihat lagi ke arah nyonya tua yang diam mengelus gelas kristal kosong. Terlihat kesepian dan bimbang, "Wanita itu layak Nek terlepas masa lalunya, dia bersih bahkan cenderung sempurna untuk keluarga Xi dibandingkan wanita jalang itu" katanya sebelum pintu tertutup.

Rumah tua terlihat sepi tanpa kegiatan, Venom terus melangkah menuju rumah milik ayahnya. Di sana terlihat kesibukan di beberapa tempat, kakinya mengarah ke ruang makan dimana tadi ditinggalkan Reina disana tetapi kosong.

"Dimana nyonya muda Xi?"

Pelayan yang ditanya sedikit bingung dan takut, "Jawab saja atau tunjuk. Aku tidak akan menyulitkan kamu" kata Venom lagi.

Mendengar itu pelayan cepat berjalan ke arah ruang tamu diikuti Venom dari belakang, tidak ada orangnya disini.

"Tuan muda, nyonya ada di ayunan"

Venom menoleh ke arah ayunan yang diam ditempat, Reina tertidur pulas dengan senyum di wajahnya. Sangat polos.

"Pergilah!"

Pelayan mengangguk hormat sebelum pergi. Venom menghampiri Reina lalu duduk di sampingnya, beruntung ayunan cukup lumayan besar bisa ditempati dua orang.

Kepala Reina dipindahkan ke bahu Venom, tangan melingkari pinggangnya untuk menahan gerakan malas Reina supaya tidak jatuh.

Kehormatan dan kesetiaan keluarga Xi sangat sulit di raih, Venom tahu itu karena ibunya menjadi korban. Orang luar hanya mengenal Mae Xi sebagai nyonya besar sedangkan ibunya hanya dianggap debu di sudut ruangan salah satu rumah ini. Sungguh ironis berkhayal menjadi nyonya besar malah terjerumus dijadikan pengganti rahim.