webnovel

Part 3 - Kebohongan Berikutnya

Kaki Dira bergerak kaku menelusuri rumah megah milik keluarga Anggara. Langkahnya bergerak pelan menuju lantai dua. Perempuan itu diperintahkan oleh Tuan Adam untuk memanggil Nyonya Kate dan Rani yang barada di balkon atas untuk makam malam bersama.

Sebenarnya Dira sudah menolak dengan keras ajakan makan malam itu. Namun dengan sadis Julia, kakak dari Bayu mengancamnya jika ia menolak makan malam bersama, maka Dira dan Bayu akan dinikahkan sekarang juga. Itu ancaman yang mengerikan jika benar-benar terjadi.

Kaki jenjang milik Dira telah berpijak pada tangga terkahir. Dengan gugup ia berjalan melusuri lantai dua rumah itu dan segera menghampiri Rani serta Nyonya Kate.

Tawa milik Rani menyambut kedatangan Dira, tawa yang terdengar sangat riang dan begitu bahagia. Dira melihat Nyonya Kate sedang mengajak Rani bercanda, keduanya sangat akrab. Mereka cocok jadi pasangan nenek dan cucu. Hati Dira sangat tersentuh.

"Rani," panggil Dira pelan.

Nyonya Kate dan Rani menoleh bersamaan. Masih terdengar sisa-sisa tawa Rani yang membuat kebahagian gadis kecil itu terlihat semakin nyata.

"Ayo sini duduk," ajak nyonya Kate.

"Kita harus segera turun, Bu. Bapak menyuruh saya untuk memanggil Ibu dan Rani buat makan malam," jelas Dira.

"Jangan panggil Ibu, panggil aja Mama. Sebentar lagi kamu mau jadi menantu rumah ini," Nyonya Kate balik menjelaskan pada Dira.

"I-i-iya, Ma," sahut Dira gugup.

Nyonya Kate tersenyum paham dengan kecanggungan Dira. Perempuan muda itu masih belum terbiasa. "Ayo duduk dulu di sini. Kita bicara sebentar."

Dira segera menempatkan tubuhnya pada kursi yang dimaksud Nyonya Kate. Dari posisinya sekarang, Dira dapat menikmati pemandangan taman belakang tempat dia dan Bayu bicara berdua tadi. View dari balkon ini benar-benar bagus.

"Mama nggak nyangka lho udah punya cucu sebesar ini," ujar Nyonya Kate bahagia sambil mencubit pipi Rani yang berada dipangkuannya.

"Mama dari dulu ingin sekali gendong cucu. Lihat teman arisan Mama bawa cucu setiap kumpul bersama, Mama selalu iri. Minta dari Julia untuk cepat nikah, anak itu justru bingung sendiri milih calon yang mana. Julia kebanyakan pacar." Nyonya Kate menggeleng-gelengkan kepalanya mengingat kelakuan sang putri.

"Sementara Bayu, setiap mau Mama jodohkan dia selalu nolak. Padahal calon-calonnya dari keluarga terpandang semua. Mungkin dia masih teringat sama kamu kali, ya? Makanya tiap Mama sodorin foto perempuan buat diajak kenalan dia selalu nolak," lanjut Nyonya Kate.

Dira hanya menanggapi cerita nyonya Kate dengan senyuman tipis. Entahlah, dia bingung sendiri harus menanggapinya seperti apalagi. Semua cerita nyonya Kate tidak ada yang Dira mengerti. Ayolah, Dira baru mengenal keluarga ini satu hari. Mana paham Dira mengenai Julia yang punya banyak pacar dan Bayu yang selalu menolak untuk dijodohkan.

"Kapan kamu pertama kali bertemu dengan Bayu?"

Mampus! Pertanyaan apa ini? Sepertinya Dira harus kembali menggunakan bakat mengarangnya lagi.

"Kami bertemu di ... mall, Ma." Ini kebohongan Dira yang pertama.

"Kejadiannya gimana?"

"Kejadian apanya maksud, Mama?" tanya Dira memperjelas.

"Proses pertemuan kalian," jelas Nyonya Kate.

"Waktu itu ... Dira lagi jalan sama teman-teman di-mall. Namanya juga panggilan alam, Dira tiba-tiba kebelet pengen ke toilet. Tapi karena kurang fokus Dira salah masuk toilet, bukannya masuk ke toilet cewek Dira justru masuk ke toilet cowok. Dan ya, kebetulan di dalam toilet itu ada Bayu yang lagi ...." Dira pura-pura ragu untuk melanjutkan cerita bohongannya mengenai apa yang sedang dilakukan Bayu di dalam toilet. You know-lah.

"Terus?" tanya Nyonya Kate penasaran.

"Terjadi adegan teriak-teriakan. Masalahnya gak sampai situ, Bayu minta nomor hape Dira sebagai pertanggungjawaban. Entah pertanggungjawaban apa yang dimaksud Bayu, padahal waktu itu Dira sama sekali gak tidur dengannya. Dan setelah itu, komunikasi diantara kami terjalin begitu saja," jelas Dira penuh kebohongan.

Nyonya Kate tertawa ringan dan menampilkan deretan giginya yang rapi. "Ceritanya mirip sama cerita ftv yang Mama tonton kemarin."

Tentu saja mirip! Karena cerita pertemuan antara Dira dan Bayu memang Dira dapat dari ftv yang kemarin juga ia tonton. Hohoho.

"Ma, turun yuk. Pasti yang lain udah lama nungguin kita," ajak Dira. Ini adalah tipu muslihat untuk mengalihkan pembicaraan. Pandai sekali, Dira benar-benar penipu yang ahli.

"Iya. Rani juga kayaknya udah lapar. Iya kan, sayang?" tanya Nyonya Kate pada Rani yang berada di pangkuannya dan dibalas anggukan mantap oleh gadis kecil itu.

Mereka bertiga berjalan beriringan layaknya keluarga menuju lantai bawah. Dira mencoba tenang menjawab Nyonya Kate yang sesekali mengajaknya berkomunikasi. Wanita setengah baya itu sangat welcome akan kehadiran Dira dan juga Rani. Mungkin kalau dia tahu semua yang terucap dari bibir Dira adalah kebohongan, kekecewaan akan menghampirinya.

Tidak ada manusia yang suka dibohongi. Kejujuran memang menyakitkan, tetapi tidak mematikan. Kebohongan memang menyenangkan, tetapi tidak akan mampu menyumbuhkan luka saat kebohongan terbit ke permukaan. Tidak ada gunanya kebahagiaan bila didasari dengan dusta dan kepalsuan.

~000~

Ruang makan keluarga Anggara bergaya kontemporer modern merupakan hasil dekorasi Nyonya Kate sendiri. Nyonya rumah itu memilih kursi bergaya Victoria dengan warna stripe atau garis-garis untuk mempercantik ruang makannya. Lampu kecil tergantung di langit-langit dan didampingi dengan sebuah lampu gantung kristal. Sebuah lukisan berbingkai ukir tergantung indah di dinding ruang makan itu untuk mempertahankan kesan klasik.

Suasana makan malam di ruang makan mewah itu sangat khidmat. Hanya suara sendok-garpu yang beradu dengan piring memenuhi ruangan tersebut. Hidangan-hidangan restoran bintang lima tersaji dengan anggun di atas meja.

Tuan Adam, Nyonya Kate, Julia, dan Bayu menyantapnya dengan gaya ala bangsawan. Hanya Dira yang terlihat sungkan, sementara Rani makan dengan gaya khas anak kecil.

Tuan Adam meletakkan sendok dan garpu miliknya pertanda dia sudah selesai. Pria itu meraih serbet dan membersihkan sudut bibirnya.

Seorang pelayan datang menghampiri Tuan Adam dan menyajikan obat-obatan pada pria setengah baya itu. Dira menebak itu adalah obat untuk penderita penyakit jantung, biasalah penyakit orang kaya pada umumnya.

"Jadi, bisa kita bicara sebentar sebelum bubar?" tanya Tuan Adam pada seluruh keluarga yang baru selesai dengan acara makan mereka. Dia meraih gelas berisi air putih yang ada di sisi kanannya. Dan menyesap cairan bening itu dengan pelan sebelum memulai pembicaraan. "Menurut Papa, sebaiknya Dira dan Rani tinggal di sini.

"Enggak!" Dira spontan berteriak untuk menolak permintaan Tuan Adam. Seluruh keluarga kini menatapnya dengan aneh.

"Ma-maksud Di-Dir ..." siapa nama perempuan ini, pikir Bayu.

"Maksud Di ... Dira itu gak perlu, Pa. Takutnya nanti muncul gosip yang gak enak," Bayu segera menjelaskan pada seluruh keluarga agar tidak ada yang curiga.

"Kamu lebih mikirin gosip daripada anakmu sendiri?" tanya Nyonya Kate merasa tidak senang.

Bayu meringis saat Ibunya menyebut kata anak dengan jelas. Terasa sangat aneh didengar. Belum menikah, belum punya istri, belum begituan, eh sudah langsung punya anak aja.

"Mama sama Papa gak peka nih," ujar Julia tiba-tiba. "Tau gak sih, maksud dari Bayu gak kasih izin buat Dira sama Rani tinggal di sini? Ayolah Ma, Pa peka dong. Mereka mau tinggal bersama," Julia menjelaskan dengan tampang sok tahu. Hebat sekali pemikiran playgril yang satu ini.

Bayu menepuk jidat karena frustasi mendengar perkataan Julia. Kakaknya membuat suasana semakin runyam saja.

Bayu segera menendang kaki milik Dira di bawah meja membuat perempuan itu meringis pelan. Setelah mendapatkan perhatian dari Dira, Bayu kemudian memberi kode pada perempuan itu untuk menyangkal perkataan kakaknya.

"Bukan gitu maksudnya. Lebih baik saya dan Rani tinggal di kos saja sampai menikah. Lagipula rumah ini terlalu jauh dari kampus dan tempat penitipan Rani."

Oke, Dira akui alasannya sangat payah. Hanya alasan bodoh itu yang terlintas dalam pikiran Dira.

"Alasannya kolot banget. Udah Dira kamu tinggal di sini saja. Dijamin gak bakal ada gosip-gosip miring. Lagipula kasihan Rani kalau dititipkan di tempat penitipan anak terus. Selama kamu di kampus Rani bisa dijaga sama Kakak atau Mama," jelas Julia, kali ini perempuan itu menggunakan otaknya dalam menyampaikan pendapat.

"Betul apa kata Julia," Tuan Adam menyetujui pendapat Julia, membuat Dira dan Bayu harus kembali memutar otak untuk menyangkal. Kebohongan ini benar-benar menguras tenaga dan otak.

"Ya ... gitu juga boleh," ujar Bayu sedikit ragu. Dia menyerah. "Rani sama Dira tinggal di sini."

Dira spontan menoleh pada Bayu. Dia memadang laki-laki itu dengan tidak percaya. Ini bencana namanya! Tidak mungkin dia tinggal di sini, di tengah-tengah keluarga yang sama sekali tidak ia kenali. Oh Tuhan, tolong kirim malaikat penyelamat-Mu pada Dira untuk menyelamatkan dirinya dari kebohongan yang ia ciptakan sendiri.

"Bagus! Kalau gitu Mama gak bakal kesepian lagi di rumah karena ada Rani. Kita bakal main lagi setiap hari, iya kan sayang?" seru Nyonya Kate bahagia sambil bertanya dengan nada sumringah pada Rani.

"Rani mau tinggal di sini?" kali ini Julia yang bertanya Rani.

Gadis kecil itu memandang seluruh keluarga secara bergantian dengan tatapan lugu. Jujur, Rani sama sekali tidak mengerti dengan pembicaraan orang dewasa yang ada di sekitarnya. Ayolah, Rani hanya seorang anak kecil yang belum mengerti apapun.

"Rani mau gak tiap hari main sama nenek?" Julia kembali bertanya pada Rani.

Kali ini Rani memfokuskan pandangannya pada Nyonya Kate. Sementara wanita yang disebut sebagai nenek balas menatap Rani dengan pandangan penuh harap.

"Iya, Rani mau main sama Nenek," ujar Rani.

"Bagus! Itu artinya mereka akan tinggal di sini. Ayo sekarang kita angkut barang mereka ke sini," ucap Julia antusias. Dengan gerakan heboh dia bangun dari duduknya, namun segera dihentikan oleh Tuan Adam.

"Besok saja. Ini sudah malam," instruksi Tuan Adam.

"Oke! Kalau gitu ayo kita tidur. Dira ikut Kakak ke kamar."

"Tunggu dulu!" Kali ini Bayu yang menghentikan aksi heboh Julia. "Aku mau bicara sebentar sama Dira."

"Tapi tadi kalian sudah bicara berdua. Besok sajalah! Dira sama Kakak dulu malam ini," debat Julia.

Bayu mendengus kesal. Bola mata birunya memutar malas. Kakaknya tersayang sungguh sangat merepotkan. Siapa saja tolong culik Julia dan bawa dia pergi jauh dari Bayu.

"Kalian bicara besok saja, Bay. Ini sudah malam, biar Dira istirahat. Dan Rani malam ini tidur sama Mama," ujar nyonya Kate.

"Setuju! Mama memang paling ngerti aku," kata Julia penuh kemenangan.

Julia dan sang mama, dua perempuan itu menentang Bayu. Membuat Bayu kalah telak. Sebagai seorang pria sejati Bayu menyerah dan tidak mendebat lagi. Ia hanya bisa mendengus sok sabar.

"Aku ke kamar duluan," pamit Bayu pada seluruh keluarga. Saat melewati kursi Dira dia berhenti sebentar. "Kita bicara besok," bisiknya pelan.

Dira melirik Bayu melalui ekor matanya. Tatapan cowok itu pada Dira sangat tidak bersahabat. Cih, dia pikir Dira senang apa dalam kebohongan ini jika bukan karena Rani? Bayu bertindak seolah Dira memanfaatkannya dan merasa sangat beruntung. Tidak sama sekali!