Pada saat jam makan siang selesai Gina baru sampai di kantor, ia terlambat tiga puluh menit karena sempat mengalami kesulitan mencari alamat terakhir yang ternyata berada di dalam sebuah gang sempit di daerah pinggiran Barcelona yang sulit dijangkau.
Ketika Gina tiba di kantor semua orang menatapnya tajam dan hal itu membuat Gina bingung, ia tak mengerti kenapa teman-temannya nampak tak bersahabat dengannya. Sampai akhirnya saat Gina masuk kedalam kantor untuk melaporkan pekerjaannya hari ini barulah ia sadar ada sesuatu yang tak beres sudah terjadi, hal itu terbukti dengan tatapan dingin Andres sang manajer yang ternyata penyuka sesama itu pada Gina. Padahal sebelumnya ia sangat ramah pada Gina yang menggunakan identitas Gabriel pada saat bekerja.
"Selama kantor ini beroperasi bertahun-tahun belum pernah kami mendapatkan komplain dari pelanggan, baru kali ini kami mendapatkan komplain yang sangat fatal ini, Gabriel,"ucap Andres dingin dengan suara meninggi.
Gina memasukkan sarung tangannya kedalam saku bajunya. "Komplain? Apa aku mendapatkan komplain?"tanya Gina bingung.
"Ya, kau yang mendapatkan komplain dan itu mencoreng nama baik perusahaan ekspedisi kita!"sahut Andres kembali penuh emosi.
"Apa kesalahan yang aku perbuat memangnya?"tanya Gina bingung, Gina merasa tak melakukan kesalahan apapun hari ini. Karena itu ia tak mengerti atas dasar apa ia dituduh sudah membuat nama baik perusahaan jelek.
Alih-alih menjawab pertanyaan Gina dengan sangat tidak sopan Andres melempar secarik kertas ke arah Gina. "Baca itu!"
Dilempar kertas dengan kasar tak membuat Gina marah, ia justru tersenyum dan meraih kertas yang tak sempat mengenai wajahnya itu untuk dibaca. Kedua mata Gina menyipit membaca komplain yang ada form ketidakpuasan konsumen itu.
"Nyonya Claire Parker adalah pelanggan tetap kita, beliau sering menggunakan jasa pengiriman melalui kantor kita selama hampir 5 tahun dan beliau adalah salah satu pelanggan yang loyal pada kita. Karena itu kami terkejut sekali ketika beliau sampai menulis laporan komplain seperti ini, Gabriel,"ucap Sara pelan.
Gina tersenyum dan wajahnya menatap Sara yang berdiri disamping Andres. "Nyonya Claire Parker yang memiliki kebun anggur itu?"
"Iya, nyonya Claire yang itu,"jawab Sara kembali.
"Sudahlah nona, pecat saja kurir tak tahu diri ini. Baru bekerja dua minggu saja sudah membuat masalah, jangan sampai kita kehilangan semua pelanggan kita karena kurir tak becus ini." Andres yang sudah kesal sekali kepada Gina memprovokasi Sara sang putri direktur untuk memecatnya.
"Jangan ikut campur Andres, aku yang punya keputusan. Kau diam!!"hardik Sara dengan suara meninggi.
Wajah Andres pun pucat seketika, ia langsung menundukkan wajahnya menghindari tatapan Sara. Para kurir lain yang sebelumnya ikut bicara dan memanas-manasi Andres serta Sara untuk memecat Gina pun ikut menutup rapat mulutnya.
"Aku adalah pemilik perusahaan ini, akulah yang berhak menentukan siapa yang bisa dan tidak bekerja di sini. Jadi jangan pernah ada orang yang berani mengguruiku apalagi memerintahku, termasuk kau Andres,"ucap Sara kembali dengan keras.
"Maafkan kami Nona Sara,"jawab sekitar sepuluh orang kurir secara hampir bersamaan.
Pandangan Sara pun tertuju pada Gina kembali yang terlihat sangat tenang tanpa rasa bersalah.
"Jadi apa yang ingin kau jelaskan pada kami, Gabriel?"tanya Sara pelan pada Gina.
Gina tersenyum dan memberikan kertas yang ada di tangannya pada Sara. "Sebagai atasan saya rasa anda memiliki kebijaksanaan sendiri, jadi saya akan menerima konsekuensi yang ada berikan Nona."
"Meskipun seandainya kau dipecat, kau tak masalah?"
"Kalau itu sudah menjadi keputusan anda maka saya tak bisa bicara apa-apa lagi,"jawab Gina pelan sambil tersenyum.
"Baiklah, mulai besok kau tak usah datang kembali ke kantor. Hari ini kau resmi diberhentikan dari semua tugasmu,"ucap Sara lantang. "Nanti bagian human resource yang akan membayar sisa gaji berdasarkan kontrak yang sudah disepakati kemarin."
"Saya terima keputusan anda dan terima kasih atas kesempatan yang anda berikan pada saya, kalau begitu saya permisi dan selamat siang,"jawab Gina datar tanpa ekspresi.
Sesuai perkataan Sara sebelumnya Gina pun memutuskan untuk pergi menuju ruangan human resource untuk mengembalikan ID card, kunci loker dan rompi yang ia kenakan untuk bekerja. Ketika Gina datang sang manager human resource sepertinya sudah siap, ia langsung menyodorkan kertas pada Gina untuk ditandatangani tepat setelah Gina mengembalikan barang-barang perusahaan.
"Di amplop ini ada sisa gajimu, sebelum pergi kau bisa menghitungnya terlebih dahulu Gabriel,"ucap sang manager human resource pada Gina.
Gina tersenyum dan memasukkan amplop itu ke dalam saku bajunya. "Tidak usah, saya percaya pada anda."
Karena sudah tak memiliki kepentingan di kantor, Gina pun memutuskan untuk pergi meninggalkan kantor secepatnya. Gina yang merasa tak memiliki kewajiban di kantor itu langsung pergi begitu saja menuju sepeda motornya, tanpa berpamitan lagi kepada Sara yang masih menatapnya tanpa berkedip. Gina pun memacu sepeda motor kesayangannya kembali dengan kecepatan tinggi, Gina lupa kalau sampai saat ini belum makan siang. Difitnah sudah melakukan pelecehan kepada seorang wanita paruh baya membuat Gina kesal.
"Ck, dasar gila. Memangnya aku perempuan apa? Aku masih normal, aku masih suka laki-laki. Oppa-oppa Korea kesayanganku saja masih lebih enak dilihat daripada wanita tua tadi, benar-benar dunia makin gila saja,"ucap Gina dalam hati saat menambah laju kecepatan sepeda motornya.
Sementara itu di depan kamar apartemen Gina saat ini sudah nampak banyak orang yang berdiri, mereka nampak mengelilingi beberapa orang penting yang sedang duduk di kursi kecil yang berada di depan kamar Gina.
"Kau yakin kita tidak salah?"
Bersambung