webnovel

The Dark Side of The Family

Sebuah kehilangan yang sangat mendalam untuk keluarga Syalendra. Tidak pernah dibayangkan sebelumnya, kematian sang kakak laki-laki satu-satunya tepat di hari ulang tahun sang kakak. Disaat semua mata tertuju pada sosok yang sedang memotong kue ulang tahunnya, tiba-tiba sebuah dentuman senjata api menggelegar menghebohkan acara yang sedang berlangsung, semua orang panik melihat sosok yang terkulai lemah bersimbuh darah. Satu tahun menunggu hasil yang tidak pasti mengenai siapa yang telah membunuh sang kakak, Miska Aluna Syalendra bertekat untuk mencari tahu sendiri siapa yang telah membunuh kakaknya. Bahkan polisi sudah menutup kasus kematian sang kakak tanpa mengetahui siapa dalang dari kasus kematian sang kakak. Mencari bukti-bukti apakah selama ini kakaknya memiliki musuh, Miska melihat riwayat panggilan telepon kakaknya berharap ia mendapatkan bukti. Ditengah pencarian pelaku penembakan kakaknya, Miska di culik oleh orang bayaran yang menembak sang kakak. Berusaha mencari pertolongan, akhirnya ia bisa mengambil salah satu ponsel orang yang menyekapnya. Miska berusaha menghubungi keluarganya tetapi tidak ada satu panggilan pun yang terjawab, alhasil ia menghubungi kantor polisi untuk menyelamatkannya dari kawanan penculik tersebut. Ditengah proses penyelamatan, Miska merasakan perasaan yang tidak wajar saat melihat sosok polisi yang dengan hebatnya melawan kawanan penculik. Miska berusaha untuk membuang perasaannya terhadap sosok polisi yang menyelamatkannya yang ia ketahui bernama Randy Pramono, akhirnya ia berusaha menjelaskan kepada Randy agar dapat membantunya untuk mengungkapkan kematian kakaknya. Disisi lain Randy yang bertugas sebagai polisi ingin sekali membantu gadis berambut hitam panjang tersebut, tetapi dari instansi kepolisian melarangnya untuk membuka kembali kasus kematian lelaki yang menjadi korban penembakan itu, entah apa yang di tutupi para tertinggi kepolisian tersebut, membuatnya semakin penasaran untuk membantu Miska.

Putrrr · História
Classificações insuficientes
15 Chs

Chapter 4

Membuka mata perlahan, Miska melihat sekitarnya gelap tanpa pencahayaan, hanya setitik pencahayaan dari lobang kecil atap saja yang terlihat.

"Dimana ini, kenapa tidak ada cahaya sama sekali." Pikirannya mulai menginggat kejadian sebelum ia pergi dari kantor, ia mengingat saat ia berada di taman tidak ada satu pun orang disana, lalu bagaimana sekarang ia bisa berada di tempat gelap seperti ini.

"Tolong….tolong." jeritnya saat menyadari bahwa tangan dan kakinya diikat di penyanggah kayu.

Mendengar ada suara di dalam ruangan, empat lelaki bertubuh kekar berpakaian serba hitam segera memasuki ruangan tersebut.

"Siapa kalian? Kenapa kalian membawa ku ditempat seperti ini." Teriak Miska meronta-ronta berharap agar tali dipergelangan tangannya terbuka.

"Apa yang kalian mau dariku, lepaskan aku brengsek." Miska berteriak dengan suara lantang.

"Diamlah, kau membuat telinga kami sakit." Ujar salah satu laki-laki dengan postur tubuh yang lebih kecil daripada ketiga temannya itu.

"Kau suruh aku diam hah? Bagaimana aku bisa diam jika aku berada disini, lepaskan aku. Kalian bisa ku masukkan ke penjara." Ucap Miska dengan lantang sambil terus meronta-ronta.

"Tutup mulutnya, kau awasi dia disini." Ucap pria berkepala botak menunjuk temannya yang berkumis.

Ketiga pria tersebut pergi entah kemana meninggalkan satu lelaki berusia lima puluhan dengan kumis lebat di wajahnya.

"Tolong lepaskan aku, aku akan memberimu berapapun yang kau mau." Ujar Miska kepada lelaki tersebut agar membebaskannya dengan iming-iming uang.

"Kau tahu uangku saat ini sudah cukup untuk kebutuhan keluargaku, aku tidak butuh uangmu lagi. Tapi…jika kau memberi tubuhmu akan ku pertimbangkan tawaranmu." Ucap lelaki berkumis tersebut dengan sudut bibir menyungging.

"In your dream bastard, kasihan sekali istrimu mempunyai suami berotak udang sepertimu." Ucap Miska meludahi pria berkumis tersebut.

Dengan gerakan cepat, tiba-tiba pria tersebut sudah berada di depan wajah Miska menarik dagunya agar menghadap pria berkumis tersebut.

"Kau…beraninya kau membawa-bawa nama istriku." Dicengkranmnya kuat dagu Miska hingga kulit tangannya memucat.

Dengan tergesa-gesa pria berkumis tersebut berusaha membuka kancing baju Miska.

"Lepaskan aku bajingan." Ucap Miska berusaha menendang pria berkumis tersebut.

"Tolong…tolong." Jerit Miska sekuat tenaga saat bibirnya akan dicium pria tua berkumis tersebut.

Tiba-tiba pintu terbuka, sekitar enam orang pria berbaju serba hitam masuk dengan satu pria berjas hitam memimpin mereka.

"Sedang apa kau bajingan." Ucap pria yang diyakini Miska sebagai pemimpin mereka, lelaki tersebut menghajar pria tua tersebut hingga wajahnya babak belur.

Perasaan Miska perlahan mulai tenang, hampir saja ia diperkosa oleh lelaki tua tidak tahu diri tersebut. Tapi disisi lain ia juga mencemaskan keadaanya, saat ini dia berada dikandang serigala-serigala buas, apa yang mereka inginkan hingga menyekap Miska disini.

"Kalian urus bajingan itu, bakar dia hiddup-hidup." Ucap pemimpin mereka.

Miska merasa ketakutan saat mendengar ancaman dari lelaki yang didugannya sebagai pemimpin bajingan itu, matanya melotot saat tiba-tiba saja pria tersebut menembak kaki pria tua berkumis itu. Apakah nasibnya akan sama dengan pria tua itu, apakah ia juga akan dibunuh seperti dia. Miska sangat ketakutan hingga tubuhnya bergetar, perlahan cairan bening keluar dari matanya.

"Tenanglah kau baik-baik saja." Ucap pria tersebut sambil berlutut dihadapan Miska, tangannya membenarkan pakaian Miska dikarenakan tangan Miska sedang diikat, ia tidak mungkin membuka tali ikatan tersebut, bisa saja perempuan itu kabur nanti.

Dengan tubuh masih bergetar, Miska memberontak hingga menendang pemimpin penculik tersebut.

"Sial…sudah baik aku tidak membiarkanmu di perkosa bajingan itu." Ucapnya marah sambil berdiri berjalan kearah pintu.

"Kalian urus dia, jangan sampai kejadian seperti tadi terulang lagi." Ucapnya sambil berlalu pergi.

Sementara menyisakan dua laki-laki didalam ruangan tersebut berusaha untuk menutup mulut Miska dengan menggunakan lakban. Salah satu pria tersebut berlutut mendekati Miska untuk menutup mulutnya, saat mulut Miska di tutup menggunakan lakban tiba-tiba ia menendang kaki pria tersebut hingga tersungkur ke lantai. Ponsel di saku belakang pria tersebut jatuh di dekat kaki Miska, buru-buru ia menggeser letak ponsel tersebut ke arah kakinya dan segera menyembunyikan ponsel tersebut.

Pria yang terjatuh tadi pun berdiri membersihkan pakaiannya tanpa menyadari bahwa ponselnya telah terjatuh, mereka berdua segera pergi dan menutup pintu dengan kencang.

"Bagaimana ini dengan apa aku membuka tali ini." Batin Miska memandangi sekeliling ruangan gelap yang telah dinyalakan lampu oleh para penculik tadi.

Hingga malam tiba, tali ikatan Miska belum terbuka, tidak ada ruang gerak sama sekali. Ia tidak tahu harus menggunakan apa untuk membuka tali tersebut. Dua orang lelaki mengenakan kaos hitam bertubuh tegap masuk membawa makanan dan minuman yang akan diberikan kepada Miska.

"Habiskan makan ini, tiga puluh menit lagi bos akan datang menemui mu, jika kau tidak menghabiskan makananmu maka kau yang akan dihabiskannya." Ucap lelaki tersebut menggerakkan jari telunjuk ke arah leher, seolah sedang mengarahkan pisau ke leher.

"Bagaimana aku bisa makan jika tanganku kalian ikat." Ucap Miska menolehkan kepalanya kesamping memberitahu bahwa tangannya masih diikat.

"Lepaskan tangannya, ganti tali itu dengan borgol." Ucap lelaki tersebut menunjuk borgol yang dipegangnya.

"Sial bagaimana ini, borgol lebih sulit untuk dibuka." Batin Miska yang sudah merencanakan sesuatu untuk membukannya dari jeratan penculik tersebut.

Salah satu lelaki tersebut berjalan kearah Miska, dan membuka simpul tali yang mengikat tangan miska kebelakang, kemudian lelaki tersebut memborgol dengan cepat kedua tangan Miska di depan agar ia tetap bisa makan dengan menggunakan tangannya.

"Cepatlah kau makan, dua puluh menit makanan itu sudah harus habis." Lalu mereka berdua segera pergi.

Setelah kepergian kedua lelaki tersebut, Miska segera mengeluarkan ponsel yang ia sembunyikan di bawah paha nya. Segera ia menghubungi nomor keluarganya.

"Mom, ayolah angkat. Kumohon cepat angkat." Ujar Miska dengan suara pelan.

Tut…tut…tut.

Miska melihat layar ponselnya tidak ada jaringan satu pun.

"Sial… bagaimana ini." Ucapnya menggoyangkan tangannya berusaha mendapatkan sinyal. Saat muncul setitik jaringan, dengan cepat ia menghubungi nomor telepon rumahnya, dan lagi-lagi tidak ada satu pun jawaban panggilannya.

"Come on, ya Tuhan ku mohon bebaskan aku dari sini." Miska bedoa agar ia segera bebas dari tempat ini.

Berusaha mengingat nomor siapa lagi yang harus dihubunginya kali ini, akhirnya ia memustuskan untuk menghubungi nomor kantor polisi, ia sudah tidak ada waktu lagi untuk menghubungi keluarganya yang lain.

Dengan mengharapkan sinyal seadanya, akhirnya panggilan tersebut terjawab.

"Hallo, ku mohon bebaskan aku. Aku tidak tahu ini dimana, pak ku mohon bebaskan aku." Ucap Miska saat panggilannya terhubung.

"Hallo, dari pihak kepolisian. Siapa namamu?" tanya seseorang dengan suara perempuan di ujung telepon.

"Namaku Miska, ku mohon cepat bebaskan aku. Saat ini aku diculik oleh orang tidak ku kenal." Ucap Miska dengan suara bergetar.

"Baik, kami sedang melacak nomor anda, usahakan agar ponsel anda tidak dalam keadaan mati, kami akan segera menyelatkanmu." Ucap perempuan tersebut seakan membawa angin segar.

Tiba-tiba panggilan terputus, tidak ada sinyal satu pun. Miska mendengar suara langkah kaki mendekat, buru-buru ia menyimpan kembali ponsel tersebut, tidak lupa ia slient mode ponsel tersebut agar tidak ketahuan.

Sayup-sayup ia dengar suara seseorang sedang mencari sesuatu.

"Aku yakin ponsel ku tertinggal disini." Ucap seseorang dibalik pintu.

"Bodoh cepat kau cari, jangan sampai wanita itu mendapatkan ponselmu, kalau tidak kau akan mati ditangan bos." Ucap lawan bicaranya dengan nada mengancam

Dengan gerakan cepat, Miska membuat ponsel itu ke kolong meja yang ada diruangan tersebut.

Terdengar suara pintu terbuka, langkah kaki mendekati Miska yang sedang terdiam.

"Cepat cari, lihat keseluruh sisi." Ucap seseorang menyuruh bawahannya menggeledah seisi ruangan.

Tiba-tba orang yang diyakini Miska sebagai pemimpin menggeledah tubuh Miska berusaha mencari dimana ponsel tersebut.

"Apa yang kau lakukan, lepaskan aku." Ucap MIska memberontak.

"Diamlah." Ucapnya dengan marah.

Lelaki tersebut kemudian berdiri saat tidak menemukan ponsel yang sedang mereka cari.

"Tidak ada dimanapun bos, sepertinya aku melupakan ponselku disuatu tempat." Ucap seseorang yang kehilangan ponselnya.

Tiba-tiba dengan kasar seorang lelaki yang disapa bawahannya sebagai bos menekan kedua pipi Miska dengan kuat.

"Kau… sudah ku bilang habiskan makananmu." Ucapnya dengan amarah.

"Aku tidak mau memakan makanan itu." Ujar Miska memalingkan wajahnya.

Dengan amarah yang memuncak, akhirnya lelaki tersebut keluar disusul oleh anak buahnya.