3 Chapter 3

Satu tahun Miska bekerja di Syalendra Company sebagai karyawan biasa, dikarenakan ia ingin mempelajari semua tentang perusahaanya mulai dari bawah, ia tidak ingin langsung menjabat sebagai CEO sementara ia belum mengenali dasar bisnis yang harus ia jalankan. Ia tidak begitu menyukai lingkungan pekerjaannya, menurutnya semua orang yang ada di dekatnya palsu, pura-pura membantu semua hal yang dikerjakannya, padahal Miska merasa cukup mampu hanya untuk memfotocopy kertas-kertas tidak memerlukan jasa orang lain. Ia sadar semua rekan kerjanya merasa takut jika melakukan senioritas kepadanya, tapi ia juga risih jika harus dipandang berbeda dengan yang lain, ia ingin mereka menganggapnya sama dengan karyawan yang lainnya.

Sementara selama satu tahun ini neneknya yang memimpin perusahaan. Sarah cukup puas dengan kinerja Miska selama ini, maka mulai saat ini Miska resmi diangkat sebagai pemimpin Syalendra Company.

Miska memasuki ruang kerja Michael yang saat ini menjadi ruang kerjanya, melihat-lihat setiap sudut ruangan kakaknya. Selama satu tahun sejak kepergian Michael semuanya berubah, tidak ada lagi warna di hidup keluarganya. Satu tahun tanpa kepastian yang jelas mengenai kasus kematian Michael, polisi menyerah dan menutup kasus penembakan Michael dikarenakan tidak adanya bukti kuat.

Miska belum menyerah pada keadaan, ia akan berusaha sendiri untuk mencari bukti kenapa kakaknya bisa dibunuh, apakah selama ini kakaknya itu memiliki musuh. Memasuki ruangan Michael ia langsung menuju ke meja kerjanya, ia melihat-lihat laci meja kerjanya . saat sudut matanya melihat laci meja terbawah yang terkunci, ia mencari dimana letak kunci laci tersebut. Mencari di setiap sudut ruangan, akhirnya Miska menemukan tumpukan kunci di laci lemari buku paling atas. Kemudian Miska membuka laci tersebut, saat tangannya menyusuri kedalam sudut laci ia menemukan sebuah handphone yang tertutupi beberapa dokumen didalam laci tersebut.

"Berapa banyak ponsel yang kak Michael miliki? Setahu ku ia hanya memiliki dua ponsel yang selalu dibawanya kema-mana, tapi yang ini aku tidak pernah melihatnya. Apakah kak Michael memiliki simpanan? OMG aku tidak menyangka kakaku seperti itu." Ucap Miska pada diri sendiri sambil berusaha membuka pin ponsel tersebut.

"Bagaimana ini, aku tidak bisa membuka kata sandi ponselnya. Ah yeah aku harus menghubungi pihak IT siapa tahu mereka bisa membukanya." Ujar Miska memegang gagang telepon untuk menguhubungi sekretaris barunya. Baru saja ingin memencet tombol, sekretarisnya sudah mucul di balik pintu mengagetkannya.

"Huh kau buat kaget saja." Keluh Miska pada Dina Sekretarisnya.

"Maaf bu, tadi saya ingin bertanya apakah ibu mengalami kesulitan." Jawab Dina sambil menundukkan kepala.

"Uhmm… tidak, tapi aku mau bertanya padamu, apakah kau tahu kata sandi ponsel kakak ku?" tanya Miska ragu-ragu, ia merasa bodoh bertanya mengenai kata sandi ponsel kakaknya kepada sekretarisnya, jelas sekretarisnya itu tidak tahu, kecuali mereka berbagi rahasia.

"Maaf bu, saya tidak tahu. Tapi saya bisa memanggilkan orang yang bisa membuka ponsel itu." Jawab Dina menunjuk ponsel yang ada ditangan Miska.

"Baiklah, tolong kau hubungi ya. Aku penasaran kenapa kakak ku memiliki banyak handphone, tidak mungkin dia berselingkuhkan?" selidik Miska dari raut wajah sekretarisnya, ia takut kalau Michael selingkuh dengan sekretarisnya sendiri seperti di film-film.

"Tidak mungkin bu, Pak Michael orang yang sangat setia kepada istrinya, tidak mungkin beliau melirik wanita lain." Ucap Dina dengan pandangan tertuju pada bingkai foto Michael.

"Ya aku yakin itu, tidak mungkin kakak ku selingkuh, tapi… apakah kamu tahu kakak ku memiliki musuh?" tanya Miska memicingkan sebelah matanya.

"Musuh? Setahu saya selama Pak Michael hidup ia sama sekali tidak memiliki musuh." Jawab Dina dengan pasti menatap mata Miska.

"Apakah ini berhubungan dengan penembakan Pak Michael, bu?" tanya Dina ragu-ragu.

"Aku masih mencari tahu siapa yang telah menembak kakak ku, jika kau menemukan hal yang mencurigakan tolong katakan padaku." Jawab Miska mengambil minumannya di tepi meja.

"Baik bu, kalau begitu saya permisi." Pamit Dina kembali ke ruang kerjanya.

***

Ponsel yang Miska temukan di laci meja kerjanya saat ini sudah berada ditangan ahli IT karyawannya. Setelah kata sandi ponsel tersebut berhasil dibuka, Miska meminta karyawannya untuk melacak apakah ada panggilan telepon yang mencurigakan, ia berharap dapat menemukan bukti dari ponsel tersbut.

"Semua panggilan terlihat normal bu, tidak ada yang mencurigakan." Ujar pegawai yang melacak handphone Michael sambil menyodorkan laptopnya yang menunjukkan riwayat panggilan telepon tersebut agar bisa dilihat oleh Miska.

"Apakah kau yakin tidak ada yang mencurigakan?" Tanya Miska masih berharap dapat menemukan bukti dari riwayat panggilan telepon Michael.

"Hanya ada beberada panggilan dari luar negeri, saya rasa itu normal karena biasanya Pak Michael selalu meeting dengan beberapa klien asing." Ucap karyawan tersebut meyakinkan Miska bahwa tidak ada yang perlu dicurigai.

"Hmm…oke baiklah, kau boleh pergi." Ucap Miska sambil berjalan menuju meja kerjanya kembali.

Saat Miska sedang memandangi foto Michael yang terpajang besar di dinding, tiba-tiba ponsel Miska berdering nyaring menandakan panggilan masuk. Melihat tidak ada nama penelpon yang tertera dilayar ponselnya, Miska segera menjawab panggilan tersebut ia berharap semoga panggilan itu dari pihak kepolisian yang telah menemukan penjahat yang telah menembak Michael.

"Hallo Ms. Miska." Sapa James kepala kepolisian yang sedang menangani kasus kematian Michael.

"yeah saya sendiri." Jawab Miska yang segera menegakkan posisi duduknya.

"Bisa kah kau ke taman yang berada di ujung kantormu sekarang? Ada yang ingin ku katakan mengenai pelaku penembakan Michael." Jawab James di seberang telepon.

"Baiklah saya akan menuju kesana." Tanpa berpikir Panjang Miska bergegas setelah panggilan terputus.

Mengambil tasnya yang berada diatas meja, Miska segera bergegas keluar ruangan menghampiri meja kerja sekretarisnya.

"Dina, batalkan semua pertemuanku hari ini, aku ada urusan mendadak, thanks." Perintah Miska dan berlari menuju lift.

Sesampainya di basement, Miska berubah pikiran untuk tidak menggunakan mobil pikirnya, tempat janjiannya dengan penelpon tidak jauh dari kantor untuk apa ia menggunakan mobil. Miska Berjalan menuju belakang basement yang langsung menuju kearah taman, sesampainya di taman ia tidak melihat satu orangpun yang berada di taman, ia berniat untuk menguhubungi lagi nomor yang tadi menelponnya. Baru saya ingin menelpon, ponselnya menunjukkan ada panggilan masuk buru-buru ia mengangkat panggilan tersebut.

"Berjalanlah ke arah pohon di sebelah timur." Ucap si penelpon seolah mengetahui keberadaan Miska saat ini.

Miska berjalan sesuai arahan, ia menyusuri jalanan taman menuju ke arah pepohonan yang mirip seperti hutan kecil. Saat ini posisi Miska sudah berada di perbatasan taman dan pohon-pohon, tetapi ia masih belum melihat ada makhluk hidup disekitarannya. Lalu ia memberanikan diri untuk masuk ke dalam jalanan perpohonan, ia berpikir mungkin si penelpon tidak ingin ada yang melihat mereka berbicara.

Tiba-tiba pandangan Miska menggelap, ada seseorang yang menutup mulut dan matanya hingga ia jatuh pingsan.

avataravatar
Next chapter