webnovel

TENTANG RASA SEASON 2

Ini merupakan kelanjutan dari novel TENTANG RASA karya aku terdahulu Ini menceritakan salah seorang putri Max dan Arnetta yang bernama Arabella Netta Smith ... Tetap dukung ya... Semoga kalian suka...

Ms_Azr · Urbano
Classificações insuficientes
52 Chs

MELEPASKAN

" Edo!" ucap Bella pelan.

Bella terkejut saat membuka kedua matanya tidak melihat Evan disampingnya, padahal semalam pria itu telah berjanji tidak akan kemana-mana lagi. Dada Bella terasa sesak membayangkan Dania mencumbu Evan di ranjang mereka. Bella bangun dan membungkus tubuh polosnya dengan selimut lalu turun dari ranjangnya.

" Auchhhhh!" teriak Bella merasakan kakinya yang lemas dan bagian intimnya yang terasa perih.

" Sayang!" panggil Evan yang berdiri di pintu kamar Bella.

Bella menoleh ke arah datangnya suara, airmatanya tanpa terasa menggenangi pelupuk matanya lalu terjatuh di kedua pipi mulusnya.

" Kamu kenapa?" tanya Evan yang terkejut mendengar teriakan Bella dan melihat wanitanya duduk bersimpuh di lantai.

Evan yang membawa nampan segera meletakkannya di meja dan berlari mendekati Bella.

" Sak...kit!" rintih bella.

" Maaf! Apa karena aku yang tidak melepasmu semalaman hingga tadi pagi?" tanya Evan sedih.

Wajah Bella memerah mendengar pertanyaan Evan, dia merasa malu dan kesal pada Evan. Dasar pria mesum! Apa istrinya tidak pernah merasa seperti ini setelah mereka berhubungan? tanya batin Bella cemburu.

" Kenapa kamu menangis?" tanya Evan lagi, dia menangkup wajah Bella dan pipi mulus itu diusapnya dengan kedua iu jarinya.

" Aku kira kamu....pergi!" ucap Bella sedih, airmatanya kembali jatuh.

" Sshhh! Tentu saja tidak! Aku hanya membuatkan kita makan siang! Bukankah aku sudah berjanji tidak akan meninggalkan kalian? Apa kamu meragukanku?" tanya Evan dengan perasaan kecewa karena Bella yang meragukan kesungguhannya. Tapi dengan penuh kelembutan dia mengecup kening Bella.

Wanita itu memejamkan kedua matanya saat merasakan bibir hangat Evan menyentuh keningnya. Tubuhnya berdesir merasakan kehangatan bibir Evan yang lembut.

" Maaf! Aku hanya takut!" balas Bella memeluk tubuh Evan.

" Ayo mandi!" kata Evan yang langsung mengangkat tubuh Bella.

" Aaaaa!" teriak Bella terkejut.

" Kenapa kamu teriak? Aku hanya memiliki 2 telinga!" goda Evan yang melihat rona merah di kedua pipi Bella.

" Aku terkejut!" jawab Bella yang menyembunyikan wajahnya di dada Evan.

" Istriku manis sekali!" goda Evan lagi.

" Kapan aku jadi istrimu?" tanya Bella kesal.

" Segera!" jawab Evan lalu berjalan ke arah kamar mandi dan mendudukkan Bella di atas kursi lalu dia menyalakan kran air untuk mengisi bathtub.

" Apa kamu ingin aku mandikan?" tanya Evan tanpa rasa malu.

" Ti...tidak usah! Ak...aku bisa sendiri!" jawab Bella.

Otaknya sudah berkelana kemana-mana membayangkan benda keras berotot itu memasuki dirinya hingga berkali-kali. Walaupun terasa nikmat, tapi dia malas merasakan tubuhnya yang pasti akan terasa remuk.

" Apa yang kamu pikirkan? Apa kamu memikirkan percintaan kita semalam?" goda Evan sekali lagi.

Astaga! Dia seperti dukun aja udah bisa baca pikiranku! Dasar mesum! batin Bella terkejut. Kedua pipinya semakin merona.

" Dasar mesum!" gumam Bella tapi Evan masih bisa mendengarnya.

" Apa kamu mau tau seberapa besar tingkat kemesuman calon suamimu?" tiba-tiba Evan sudah mengangkat Bella.

" Auuuuuwwww!" teriak Bella kaget.

" Ti...tidak!" sahut Bella takut.

Dia masih membayangkan rasa perih di daerah kewanitaannya akibat kebuasan Evan semalam hingga pagi tadi. Apa miliknya akan mampu menahan sekali lagi bahkan bisa berkali-kali serangan dari junior Evan yang sebesar itu? Bella bergidik membayangkan semua itu.

" Kenapa bahumu bergetar?" tanya Evan menggoda.

Dia tahu jika Bella pasti membayangkan percintaan mereka semalam.

" Ti...tidak! Aku hanya...takut dingin!" sahut Bella asal.

" Bukankah kamu tahu jika air itu hangat, sayang?" bisik Evan di telinga Bella dan menggigit pelan telinga wanita itu.

Tubuh Bella kembali berdesir mendapatkan perlakuan Evan. Dia membuang wajahnya tidak berani menatap Evan karena malu.

" Aku akan memandikanmu!" bisik Evan lagi dengan senyum smirknya.

" Ap...apa? Nggak usah! Ak...aku bisa sendiri!" kata Bella terbata.

Tapi Evan tetap memaksa membuka selimut Bella dan Bella hanya pasrah saja dengan perlakuan Evan padanya.

" Pelan-pelan!" bisik Bella beberapa saat kemudian, saat mereka berdua telah polos dan akan menyatukan kembali tubuh mereka.

" Iya, babe!" sahut Evan lalu menyatukan juniornya secara perlahan dan bermain sebentar di dalam bathtub. Dan Evan benar-benar melakukannya dengan perlahan dan ritme yang pelan.

" Akhhhhhhh!" lenguhan mereka berdua terdengar merdu di dalam kamar mandi yang hening itu.

Kemudian Evan segera mencabut miliknya perlahan dan mereka berendam dengan saling berhadapan tanpa melakukan apa-apa. Bella merasakan perih pada miliknya sedikit berkurang akibat air hangat yang ada di dalam bathtub. Beberapa menit setelah berendam, Evan memandikan Bella dengan sangat lembut. Bella berkali-kali merona saat Evan menggosok pelan bagian-bagian sensitifnya dengan tangannya sendiri yang seharusnya memakai spon mandi. Bella menahan desahannya dengan menggigit bibirnya karena dia tidak mau sesuatu pada tubuh Evan akan bereaksi jika mendengar desahannya.

" Sudah!" ucap Evan setelah beberapa saat.

" Ap...apa kamu bisa mandi sendiri?" tanya Bella pelan.

Bella tidak mau jika sesuatu terjadi saat dia menggosok bagian sensitif Evan.

" Apa kamu tidak mau memandikanku?" tanya Evan pura-pura kecewa.

" Buk...bukan begitu, aku hanya..."

" Hahaha! Kamu sangat menggemaskan jika sedang bingung! Aku akan mandi sendiri!" ucap Evan lalu mengangkat Bella yang telah memakai bathrobe dengan tubuh polos.

" Aaaaa...Doooo! Ke...kenapa kamu nggak pake apa-apa?" tanya Bella yang menundukkan kepalanya sambil melingkarkan tangannya ke leher Evan.

" Aku belum mandi, sayang!" ucap Evan mengerlingkan matanya.

" Ishhhh! Kenapa kamu sekarang jadi genit gini, sih?" tanya Bella kesal melihat tingkah Evan.

" Aku hanya genit jika ada kamu di sisiku!" kata Evan lembut lalu mendudukkan Bella di kursi meja riasnya.

" Aku mandi dulu!" kata Evan mengecup rambut Bella dan berjalan ke arah kamar mandi. Bella bisa melihat tubuh bagian belakang Evan yang penuh dengan otot dan pantatnya yang....aaaaa! Dasar lo mesum, Bel! batin Bella menundukkan kepalanya.

Mereka berdua telah memakai baju dan duduk di sofa makan sambil menikmati makan siang. Sesekali Evan membersihkan kotoran di ujung bibir Bella.

" Apa...kamu akan pulang?" tanya Bella ragu.

" Aku harus membereskan semuanya, sayang! Lebih cepat lebih baik, atau papa dan kakakmu akan membunuhku!" kata Evan dengan nada bergidik.

" Apa kamu akan tidur dengan dia?" tanya Bella dengan nada sedih dan cemburu.

" Apa kamu mengijinkan?" tanya Evan.

" Tidak! Maksudku...aku..."

" Hahaha! Apa kamu cemburu? Apa Arabella Netta Smith sangat mencintai Evando Bakhtiar?" goda Evan sambil menatap senang pada Bella.

" Tentu saja aku cemburu!" jawab Bella malas.

" Aku akan tidur di kamar lain! Dan kamu bisa VC denganku semalaman!" jawab Evan tersenyum.

" Aku pasti sangat merindukanmu!" kata Bella manja.

" Tahanlah dulu, sayang! Ini demi keutuhan keluarga kecil kita!" kata Evan memegang tangan Bella.

Bella menahan airmatanya, karena membayangkan Evan yang akan tinggal satu rumah dengan Dania, walau itu hanya sekedar menyelesaikan masalah. Evan tahu jika wanitanya itu sedang menahan kesedihan karena rencananya, tapi ini harus dia lakukan karena demi kebersamaannya bersama Bella dan anak mereka.