webnovel

Swords Of Resistance: Endless War [Indonesia]

Sebuah kisah fantasi di Alam Semesta paralel tentang pertarungan politik dari para Raja dan Penguasa. Dimulai dari peperangan, intrik politik, hingga drama kehidupan. Cerita ini hanya fiksi belaka. Kesamaan nama tokoh, tempat, kejadian, dan sebagainya hanyalah kebetulan dan atau terinspirasi dari hal-hal tersebut.

VLADSYARIF · Fantasia
Classificações insuficientes
99 Chs

Bab 98, Donbass Semakin Membara

Presiden Polandia, Andrzej Mokronowski mengadakan kunjungan kerja ke Kiev, Ukraina. Presiden Ukraina, Yitzhak Shkolnik menyambut kedatangan sahabatnya tersebut.

"Walaupun kita memiliki beberapa perbedaan. Tetapi kita memiliki sejarah yang sama. Bahwa Rakyat kita ditindas dan menjadi korban diskriminasi dari kekuatan jahat yang besar," ujar Presiden Andrej Mokorowski. "Atas dasar kesamaan nasib dan sejarah yang kelam. Polandia dan Ukraina harus menjalin hubungan yang lebih baik untuk kebaikan seluruh Rakyatnya."

"Hubungan baik antara Polandia dan Ukraina akan semakin lebih baik lagi. Apalagi di tengah situasi yang begitu mencekam pada masa kini. Di mana kedua belah pihak sama-sama berada dalam ancaman dari kekuatan jahat," balas Presiden Yitzhak Shkolnik.

Kedua Presiden berdarah Yahudi itu menandatangani sebuah berkas, bertukar berkas yang telah ditandatangani, dan saling berjabat tangan.

Mereka berdua menunjukkan begitu eratnya persahabatan antara kedua Pemimpin negara yang juga bisa diartikan bahwa persahabatan antara Rakyat Polandia dengan Rakyat Ukraina sangatlah baik.

.

.

Brigadir Jenderal Vladimir yang merupakan adik dari Stadtholder Nikolaus mengadakan kunjungan kerja ke Moskow, Russia. Dia disambut secara langsung oleh Presiden Vladislav Putin. Kunjungan Brigadir Jenderal Vladimir tergolong cukup fenomenal, mengingat dia merupakan satu-satunya seorang Brigadir Jenderal yang melakukan kunjungan resmi kepada seorang Kepala Negara.

"Tuan Presiden. Aku meminta restu dan izin untuk menjadi seorang 'Viceroy' di wilayah Ukraina berbahasa Russia. Dengan demikian, CSO bisa memperkuat posisinya dalam percaturan politik, khususnya di Eurasia."

"Tentu saja kami sangat senang. Apalagi dalam tubuh Pangeran Vladimir dan para saudara kandungnya yang memiliki darah Romanov. Jelas, kami mendukung itu," balas Presiden Vladislav Putin.

"Sebagai perwakilan dari Klan Romanov. Kami sangat bersyukur atas respon positif dari Tuan Presiden. Bagaimanapun juga, itu akan membawa kebaikan bagi kita semua. Apalagi Ukraina telah melanggar hukum dengan bergabung ke pihak North Atlantic Alliance (NAA)," kata Pangeran Vladimir.

"Bagaimanapun juga kalian adalah bagian dari kami. Walaupun terpisah oleh tempat, kalian akan selalu berada di hati kami. Ini adalah cara terbaik bagi kita untuk menyelamatkan Ukraina dari kehancuran."

Di saat Ukraina bersama Polandia secara bersamaan mengganggu stabilitas Prussia. Dengan perantara Russia, Prussia membalas apa yang dilakukan kedua negara tersebut. Di mana Prussia mendukung secara penuh pemberontakan orang-orang dari etnis Russia yang tinggal di wilayah Ukraina Timur, seperti Donetsk, dan Luhansk.

Kebijakan Presiden Yitzhak Shkolnik yang membatasi Bahasa Russia membuat kecewa orang-orang di Donetsk dan Luhansk. Apalagi Pemerintah Ukraina bertindak keras dalam menghadapi aksi-aksi di Donetsk dan Luhansk. Sehingga membuat orang-orang di kedua wilayah tersebut memutuskan untuk angkat senjata.

Tiga unit tank T-72 Ukraina dengan sekitar enam orang yang duduk pada setiap tank tersebut tengah bergerak di sebuah pedesaan di wilayah Donetsk. Beberapa Tentara Ukraina yang memberontak dan bergabung ke dalam Tentara Rakyat Donetsk tengah bersiaga untuk memberikan sebuah kejutan.

Salah seorang Tentara muncul dari balik sebuah rumah dan menembakkan roketnya. Roket tersebut langsung menghancurkan tank tersebut dan membunuh enam orang Tentara di atasnya dan tiga orang kru pada tank tersebut.

Dia segera berlari dengan cepat setelah menghancurkan tank tersebut. Sementara kedua belas Tentara Ukraina yang ada segera mengejarnya. Ada dua orang Tentara Ukraina yang langsung mati setelah ditembak oleh Sniper pemberontak.

Kedua tank itu segera bergerak berpencar. Namun, tank yang berada di belakang langsung hancur setelah dihantam roket oleh pemberontak. Sementara tank yang di tengah bergerak dengan cepat menuju ke arah timur.

Kelima Tentara Ukraina yang tengah mengejar salah seorang pemberontak segera menyebar menjadi kelompok yang terdiri dari dua orang.

"Ke mana perginya dia?" tanya Dagan ben Ovadia.

"Barusan aku dengar suara ledakan. Sepertinya mereka bersembunyi di dalam rumah-rumah penduduk. Mengingat di sini sepi sekali," jawab Ovid Kantorowitsch.

Dari dalam semak-semak. Seorang Sniper tengah bersiaga untuk menjatuhkan kedua Tentara Ukraina itu. Kseniya Yevhenivna Kondratenko menarik pelatuknya dan peluru yang dia tembakkan langsung menembus leher Dagan dan Ovid.

Kedua Tentara Ukraina itu jatuh dengan kondisi yang sangat tersiksa. Rasa sakit yang luar biasa dirasakan oleh mereka berdua hingga akhirnya mereka mati dalam keadaan kekuarangan darah.

Serhij Vyacheslavovych Mazurenko dan Artur Myronovych Marchuk menendang pintu sebuah rumah. Mereka berdua langsung mati setelah diberondong oleh Jedediah Heilbron yang telah bersiaga di dalam rumah tersebut.

Jedediah Heilbron segera pergi meninggalkan rumah tersebut setelah membunuh kedua Tentara Ukraina.

Kini hanya tersisa enam orang Tentara Ukraina di Desa tersebut. Sementara tank T-72 yang kabur itu tengah menjadi mangsa salah seorang pemberontak yang tengah bersiaga dengan misil anti-tank miliknya. Yevdokim Vasilievich Puzakov tengah bersiaga dengan perangkat rudal anti-tank tipe 9M133 Kornet miliknya. Dia menembakkan misil anti-tank tersebut. Misil anti-tank itu bergerak dengan cepat mengikuti hawa panas yang terpancar dari tank tersebut dan menghancurkan tersebut hingga turretnya terbang ke atas.

"Yeah!" seru Yevdokim Puzakov.

Keenam Tentara Ukraina yang tersisa melakukan penembakan secara acak untuk memancing para pemberontak.

"Keluar kalian semua, bajingan!" teriak Serhij Vyacheslavovych Mazurenko.

Salah seorang werewolf dalam mode serigalanya segera menerjang mereka berdua dari arah samping. Werewolf itu menggigit leher Serhij Mazurenko, hingga langsung membuatnya mati seketika. Sementara itu, Borys Yevhenovych Fedorenko hanya bisa terdiam melihat temannya mati diterkam oleh werewolf tersebut.

Serigala berukuran besar itu menatap Borys Federonko yang terduduk jatuh ketakutan dan langsung mencakar lehernya hingga membuat sebuah luka yang cukup fatal dan langsung membunuhnya.

Alexei Artyomov dalam wujud serigalanya segera pergi meninggalkan tempat tersebut.

Keempat Tentara Ukraina yang tersisa segera menjatuhkan senjata mereka ketika dikepung oleh Tentara Rakyat Donetsk yang bersenjata lengkap di tempat terpisah.

"Sepertinya menyerah bukanlah keputusan yang buruk," ujar Oleksandr Lytvyn.

.

.

Kedua Pangeran yang merupakan kakak-beradik itu tengah bersantai di sebuah taman yang berada di komplek Reichstag. Mereka berdialog santai, tapi serius, dan berbobot.

"Aksi pemberontakan di Donbass semakin membesar semenjak kunjungan Vladimir ke Moskow. Walaupun dia tidak mungkin menjadi Penguasa apalagi 'Viceroy' di sana. Setidaknya dia bisa menguasai konsesi batubara di Donbass. Terlebih mertuanya juga mendukung aksi tersebut," ujar Kanselir Leopold. "Walaupun Klan Hannover akan ada perbedaan terkait Ukraina. Tetapi mertuanya tetap berada dalam posisi aman."

"Vladimir memang ambisius. Tetapi dia sadar diri dan lebih suka bermain aman. Dia tidak mungkin menciptakan negara monarki, mengingat dia seorang Protestant. Sementara Rakyat Donbass mayoritas Orthodox Russia/Timur dan ingin kembali bernostalgia dengan komunisme. Kata 'Viceroy' yang sering dia ucapkan itu bermakna pemilik perusahaan. Karena dalam perusahaan miliknya. Vladimir selalu menjabat sebagai 'Viceroy," balas Brigadir Jenderal Frederick Edward. "Sedangkan untuk Klan Hannover. Mereka hanya ingin mencari untung di tengah kolam yang keruh."

"Sepertinya kau sangat mengenal Vladimir lebih jauh," kata Kanselir Leopold kepada adiknya.

"Aku tidak seperti kalian yang merupakan sahabat rasa saudara kandung," ujar Brigadir Jenderal Vladimir. "Biar bagaimanapun dia adalah rival terberatku. Aku harus mengetahui dan mengenalnya lebih dalam daripada yang lain!" balas Brigadir Jenderal Frederick Edward. Nada bicaranya berapi-api ketika sudah membahas Vladimir. Mengingat mereka berdua ditakdirkan untuk menjadi rival sekaligus sahabat. Tidak seperti Stadtholder Nikolaus dan Kanselir Leopold yang merupakan sahabat rasa saudara kandung.

"Menurutmu. Apa yang menyebabkan Polandia mengajukan gencatan senjata dengan kita dan semakin mempererat hubungannya dengan Ukraina dan Bavaria?" tanya Kanselir Leopold.

"Bagi Polandia, mereka menganggap Ukraina adalah vassal. Daripada harus kalah dalam perang terbuka melawan Prussia. Lebih baik menancapkan pengaruh di Ukraina juga Baltik. Dengan begitu, mereka masih bisa berdiri dengan tegap. Meskipun mereka juga vassal dari Inggris, Perancis, dan Amerika Utara," jawab Brigadir Jenderal Frederick Edward.

"Timur Tengah dan Eropa Timur akan menjadi medan perang kekuatan besar. Akan semakin banyak nyawa melayang di sana," ungkap Kanselir Leopold.

"Sudah pasti hal itu akan terjadi. Mengingat istrinya Vladimir bilang bahwa Inggris akan mengirimkan sukarelawan India untuk berperang di sana," balas Brigadir Jenderal Vladimir.

"Sudah jelas, sih. Mengingat sesama penyembah berhala harus saling menolong satu sama lain," balas Kanselir Leopold dengan nada sinis.

.

.

Para pemuda-pemudi tengah memadu kasih mereka di Taman Kota Donetsk, Tentara & Polisi yang berjaga juga berpatroli keliling kota, anak-anak tengah bermain di lapangan, dan para orang dewasa tengah berkumpul sambil membahas beberapa hal juga saling berbagi cerita tentang masa lalu mereka. Walaupun Donbass tengah bergejolak. Akan tetapi suasana di Kota Donetsk terasa begitu damai dan menenangkan.

Dari tepi timur Sungai Dnipro. Para Tentara Ukraina tengah mempersiapkan rudal jarak jauh HIMARS untuk ditembakkan ke wilayah pemberontak.

"Target kita adalah Kota Donetsk," ujar Letnan Kolonel Eliaz Daniel Lemberg. "Tembakkan rudal itu ke sana untuk memberikan kejutan bagi para pemberontak sialan itu," perintahnya kepada para Tentaranya.

"Siap, Komandan."

"Ini merupakan kesempatan yang bagus bagi kita. Mengingat sebagai anggota baru NAA, kita sudah mendapatkan perlengkapan militer yang canggih seperti HIMARS. Bahkan anggota NAA yang lainnya masih belum mendapatkan senjata canggih seperti ini dan kita akan lengsung melakukan uji coba dengan target Kota Donetsk," kata Letnan Kolonel Eliaz Daniel Lemberg.

Rudal HIMARS di arahkan ke kordinat yang sesuai agar rudal tersebut langsung menghantam Kota Donetsk.

"Dengan kordinat seperti ini. HIMARS ini akan memberikan serangan yang besar terhadap target," ujar Israel Jabotinsky.

"Kami sudah siap, Komandan," ujar Volodymyr Ihorovich Shevchenko.

"Tembak!" perintah Letnan Kolonel Eliaz Daniel Lemberg.

Rudal HIMARS itu meluncur dengan cepat menuju ke arah timur, tepatnya ke Kota Donetsk.

Suasana yang damai dan begitu tenang itu rusak ketika sebuah rudal HIMARS jatuh di Pusat Kota Donetsk. Para Warga Sipil yang terdiri dari anak-anak, orang dewasa, hingga orang tua pada mati akibat serangan tersebut. Tubuh mereka hancur dan terbakar. Potongan organ tubuh, tulang-belulang, dan darah mengotori beberapa tempat di Kota Donetsk. Total ada ratusan Warga Sipil yang mati akibat serangan tersebut dan belasan Tentara juga Polisi.

HIMARS tersebut ditembakkan oleh Tentara Ukraina ke Kota Donetsk yang merupakan ibu kota dari Republik Sosialis Donetsk Soviet, setelah mereka mendapatkan bantuan HIMARS dari Amerika Utara.

Teriakan kesakitan dan tangisan haru penuh pilu memecah keheningan Kota Donetsk. Selama satu bulan Konflik Donbass berjalan. Intensitas konflik hanya terjadi berupa pertempuran-pertempuran berskala kecil di beberapa titik di Donetsk dan Luhansk.

Kini, Pemerintah Ukraina menunjukkan keseriusannya dalam memberantas pemberontakan di Donbass. Tidak tanggung-tanggung, aksi yang dilakukan oleh Pemerintah Ukraina ini masuk ke ranah kejahatan perang.

Di mana mereka melakukan serangan brutal terhadap para Warga Sipil.

"Tiada maaf bagi para pemberontak. Mereka semua harus dibersihkan untuk membersihkan segala dosa akan penghianatan yang telah mereka lakukan terhadap Tanah Air Ukraina dan para Pahlawan yang telah gugur di tanah Ukraina yang subur," kata Presiden Yitzhak Shkolnik dalam Pidatonya di Gedung Putih Amerika Utara. "Kami mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya atas dukungan Amerika Utara kepada Bangsa Ukraina. Kami berterima kasih juga karena telah menerima Bangsa kami di NAA, sehingga membuat kami merasa aman, dan terlindungi dari ancaman Russia, Belarusia, dan Prussia."

Para hadirin di Gedung Putih bertepuk tangan dengan keras mengapresiasi pidato dari Presiden Yitzhak Shkolnik. Mereka mengibarkan bendera biru-kuning dan juga bendera merah-hitam.

Teriakan "Slava Ukraina" dan "Heroiam slava!" menggema di Gedung Putih.

Presiden Yitzhak Shkolnik merasa senang akan sambutan hangat dan positif dari para hadirin di Gedung Putih. Dia merasa bahwa Ukraina sanggup untuk mengalahkan para pemberontak dan mengklaim wilayahnya yang dikuasai oleh Russia, seperti Kuban, dan Krimea.