webnovel

Swords Of Resistance: Endless War [Indonesia]

Sebuah kisah fantasi di Alam Semesta paralel tentang pertarungan politik dari para Raja dan Penguasa. Dimulai dari peperangan, intrik politik, hingga drama kehidupan. Cerita ini hanya fiksi belaka. Kesamaan nama tokoh, tempat, kejadian, dan sebagainya hanyalah kebetulan dan atau terinspirasi dari hal-hal tersebut.

VLADSYARIF · Fantasy
Not enough ratings
97 Chs

Bab 97, Penyergapan Di Tengah Hutan

Polandia telah menarik mundur Tentaranya dari perbatasan Prussia sejauh satu mil. Pemerintah Polandia juga tidak memberikan informasi terkait penarikan mundur Tentaranya. Bahkan mereka masih berstatus perang dengan Prussia.

"Sepertinya ini waktu yang tepat untuk masuk ke sana," kata seorang Tentara perempuan Prussia yang bernama Rodica bat Tshuva.

"Tapi tidak ada perintah untuk ke sana," balas Idit bat Yarach.

"Sebenarnya apa yang dipikirkan atasan kita. Mengingat ini kesempatan bagus untuk mengalahkan Polandia," kata Rodica bat Tshuva.

"Mungkin mereka ingin berdamai dengan kita. Mengingat hari ini musuh, besok bisa jadi teman," balas Idit bat Yarach.

.

.

Raja Inggris, George Charles tengah berkunjung ke Kota Lwow, Polandia. Pemerintah Prussia menghentikan serangan mereka terhadap setiap objek militer Polandia ketika Raja George Charles ingin berkunjung Kota Lwow. Polandia menarik mundur Tentaranya dari garis perbatasan sejauh satu kilometer.

Sebelum kunjungannya ke Polandia. Raja George Charles mengirimkan pesan rahasia ke Prussia untuk gencatan senjata dan Prussia menuruti pesan tersebut.

Para Tentara Polandia berjalan dengan ekspresi wajah yang kesal.

"Kenapa kita harus mundur segala? Padahal kita habis diserang oleh mereka!" seru Yitro Tschkenow.

"Ini adalah perintah dari pusat. Sebagai Prajurit yang baik. Kita patuhi saja perintah dari Presiden dan Perdana Menteri," jawa Kolonel Petruso Vakhromeyev.

Presiden Andrzej Mokronowski tengah berbicara dengan Raja George Charles yang tengah mengadakan kunjungan kerja ke Polandia. Mungkin karena kunjungan sang Raja Inggris inilah, membuat kedua belah pihak yang tengah berkonflik memutuskan untuk gencatan senjata.

"Kalian berhak mendapatkan apa yang kalian inginkan. Kami akan membantu kalian. Bahkan mungkin perang skala besar bisa terjadi. Mengingat baik Polandia maupun Ukraina berada di bawah bayang-bayang dan ancaman dari kedua tetangga raksasanya," ujar Raja George Charles.

"Jelas sekali, Yang Mulia. Kami hanya ingin mendapatkan tanah kami kembali. Apapun yang terjadi, kami harus mendapatkannya," balas Presiden Andrzej Mokronowski.

"Karena situasi saat ini sedang dalam gencatan senjata. Kami akan mengirimkan peralatan tempur dan juga para Prajurit Bayaran dari wilayah seberang lautan kami di Afrika dan India," kata Raja George Charles. "Perang suci ini harus kalian menangkan untuk mendapatkan wilayah kalian kembali. Ingatlah bahwa Tuhan bersama kalian."

"Tentu saja, Yang Mulia. Apalagi aku berencana untuk mengadakan kunjungan kerja ke Roma dan bertemu dengan Sri Baginda Paus Zdizslaw."

.

.

"Perang antara Prussia dengan Polandia ini bisa berujung ke arah perang agama. Mengingat mayoritas dari kita adalah Kristen Protestant, sementara mereka Katolik. Apalagi yang duduk di tahta suci Vatikan adalah Paus Zdizslaw yang berasal dari Polandia," ujar Laksamana Madya Wilhelm Ludwig Peter Alexander von Oranien-Nassau, Pemimpin dari Armada Neu Seeland.

"Sudah pasti Paus akan ikut menyalakan api, layaknya para Ulama Wahabi yang mengajak Muslim untuk berperang di Afghanistan hingga Suriah," balas Laksamana Muda Muhammad Khairuddin Laodang.

"Sudah dipastikan hal itu akan terjadi dan Europa akan kembali ke era kegelapan. Di mana agama digunakan sebagai motif politik yang busuk."

"Tapi dengan banyaknya hal-hal aneh dan menyimpang di Europa dengan dalih kebebasan berekspresi. Maka Europa sebenarnya telah jatuh ke dalam Jaman Kegelapan,"

"Itu adalah fakta dan sungguh miris akan kenyataan ini. Orang-orang Timur seperti kalian sebenarnya jauh lebih beradab daripada kami. Kalian masih memegang teguh ajaran agama dan juga ajaran nenek moyang. Sementara di sana, mereka kembali kepada jaman gelap."

Kedua Perwira Tinggi Angkatan Laut Prussia itu kemudian melanjutkan aktifitas bermain kartunya di dalam sebuah Kapal Frigat.

.

.

Beberapa orang tengah berpesta di sebuah rumah yang cukup besar di Desa Grudki, negara bagian Bialystok, Federasi Prussia. Walaupun terlihat sedang berpesta. Sebenarnya segerombolan orang berbahasa Ukraina itu tengah merencanakan sebuah konspirasi jahat untuk memerangi Prussia. Desa Grudki merupakan satu dari beberapa Desa berbahasa Ukraina di sepanjang perbatasan Prussia-Ukraina.

"Suasana gencatan senjata ini merupakan kesempatan emas bagi kita untuk melakukan serangan. Orang-orang terpinggirkan seperti kita harus membersihkan para Polandia maupun Jerman itu. Mereka yang menindas kita, harus kita bunuh sebagai bentuk untuk menegakkan harga diri kita sebagai Bangsa Cossack yang tangguh dan pemberani!" Pidato yang disampaikan oleh Izaak Borisovich yang merupakan Tuan Rumah.

"Tentu jelas sekali, Tuan Izaak," kata Ivan Yakovich Kozlov.

"Kita akan melakukan serangan terhadap orang-orang Polandia, Tartar, dan Jerman," ujar

Yurij Sorkin. "Target kita adalah Masjid dan Gereja mereka."

"Serangan ini kita persembahkan untuk rekan seperjuangan kita, Vladyslav Leontijovych Pinchuk. Yang dibunuh secara keji oleh rezim junta militer Hohenzollern," kata Valentyn Maksymovych Chernenko.

"Jayalah Ukraina!" seru Izaak Borisovich.

"Jayalah para pahlawan!" seru beberapa orang yang lainnya.

Atmosfer perlawanan begitu terasa di rumah yang berada di pinggiran Prussia tersebut.

Sebuah roket ditembakkan dari sebuah tempat yang gelap. Roket itu meluncur ke rumah di mana orang-orang Ukraina itu tengah berkumpul. Beruntungnya rumah tersebut dilapisi oleh sebuah perisai sihir sehingga melindungi rumah tersebut dari serangan roket.

"Sepertinya musuh menggunakan perisai sihir," ujar Abraham Gilon van Kracht.

"Lagian perisai tersebut tidak akan bertahan lama. Kalau orang yang di dalamnya keluar, maka perisai itu akan hilang dengan sendirinya," ujar Ludwig Clemens Streckenbach.

"Kalian semua, menyerahlah! Kalian semuanya sudah dikepung!" seru Pangeran Michael Carol Georg Radu von Hohenzollern-Sigmaringen dengan pengeras suara.

"Berapa jumlah musuh?" tanya Ivan Yakovich Kozlov.

"Sekitar dua puluh orang," jawab seorang perempuan wizard Yahudi-Ukraina yang bernama Nurit Kobler.

"Serahkan saja mereka padaku," ujar seorang perempuan wizard Yahudi-Ukraina yang bernama Shira Jakubowicz. Dia membacakan mantera-mantera Yahudi kuno untuk menciptakan sebuah golem.

Dari hutan, batu-batu saling bertumpuk satu sama lain, dan membentuk sesosok makhluk tipe humanoid yang disebut sebagai golem dengan tinggi badan mencapai sepuluh meter.

Golem itu berjalan dengan langkah kakinya yang menimbulkan getaran, sehingga mengalihkan perhatian para Tentara Prussia yang tengah mengepung para kriminal tersebut. Golem tersebut menarik sebuah pohon dan melemparnya ke arah beberapa Tentara Prussia. Lemparan pohon itu membunuh salah seorang Tentara Prussia yang badannya langsung hancur-lebur tertimpa pohon yang dilempar oleh golem tersebut.

Golem itu mengamuk dan membuat beberapa Tentara Prussia panik. Dua orang Tentara Prussia langsung mati seketika dengan kondisi tubuh yang hancur-berantakan diinjak oleh golem.

Keenam kriminal itu masih bersembunyi di dalam rumah mereka dan tengah menjalin komunikasi dengan Dinas Intelijen Ukraina.

"Mungkin kami sial karena mereka berhasil mengepung kita. Tapi kini mereka tengah berhadapan dengan golem buatan Shira," ujar Izaak Borisovich yang tengah bertelepon dengan seorang dar Dinas Intelijen Ukraina.

"Tetap lakukan yang terbaik. Mengingat kalian adalah dua pasang trisula," balas seseorang dari pihak Dinas Intelijen Ukraina.

Tentara Prussia yang kocar-kocir hanya mati konyol diinjak oleh golem yang tengah mengamuk tersebut. Amukan golem itu telah membunuh sekitar sebelas Tentara Prussia.

Radu berusaha untuk tetap tenang. Di mana dia tengah mengarahkan pemandu rudal ke arah golem yang tengah mengamuk dari balik pepohonan.

Sebuah rudal tengah meluncur dengan cepat menuju ke arah golem yang tengah mengamuk. Rudal yang itu menghantam dan langsung menghancurkan golem tersebut. Menghantam sesuai dengan titik kordinat yang dipancarkan oleh Pangeran Radu.

Sebuah tank tipe T-72 bergerak menuju ke arah Desa Grudki dan tank tersebut langsung menembakkan pelurunya ke arah rumah di mana keenam kriminal itu bersembunyi. Tembakan peluru tank itu langsung menghancurkan pertahanan dari sihir itu. Mengingat sihir pelindung itu sudah lemah pasca diserang dengan roket.

"Sergey, mereka bersembunyi di lantai dua. Jadi, arahkan turetmu ke lantai dua," ujar Radu melalui panggilan telepon.

"Baiklah, kami akan menghancurkan mereka semua," balas Sergey Friedrich Ludwig von Schleswig-Holstein-Gottorp. "Arahkan turret kita ke lantai dua. Lalu tembak."

"Baik," ujar Clauss Schmidt dan Joachim Alfredson secara bersamaan.

Turret tank T-90M tersebut di arahkan ke lantai dua bangunan. Setelah peluru terisi. Tank T-90M tersebut menembakkan pelurunya dan menghancurkan lantai dua rumah tersebut. Serangannya langsung membunuh keenam kriminal yang bersembunyi di sana.

Dari luar, Radu melihat potongan badan dari beberapa kriminal tersebut yang hancur dan terpental akibat tembakan tank T-90M.

"Aku sudah tidak sabar untuk berhadapan dengan Ukraina," ujar Pangeran Radu.

Hal itu belum berakhir. Tepat sebelum mereka mati dihantam oleh meriam dari tank T-90M Prussia. Keenam kriminal itu membaca sebuah mantra kuno dalam Bahasa Yiddish untuk memanggil dark young shub-nigurrath.

Di hadapan Pangeran Radu keluarlah sebuah portal kegelapan. Di mana dari portal tersebut muncul seekor dark young shub-nigurrath.

Tanpa pikir panjang. Pangeran Radu segera berlari akan kemunculan monster tersebut.

"Gila!" Sergey terkejut akan kemunculan dark young shib-nigurrath dari Desa Grudki. "Kenapa bisa muncul dark young shub-nigurrath di sini?"

Tank T-90M itu segera mundur agar terhindar dari serangan dark young shub-nigurrath yang tengah mengamuk.

Sebuah roket ditembakkan oleh seorang Tentara Prussia. Di mana roket itu menghancurkan salah satu tentakel dari dark young shub-nigurrath.

Dark young shub-nigurrath tersebut segera berlari ke hutan dan menyerang seorang Tentara Prussia bersenjata roket yang barusan menyerangnya, sebelum akhirnya dark young shub-nigurrath memakannya.

Tentara Prussia yang itu berteriak ketakutan ketika tentakel dari dark young shub-nigurrath menangkapnya dan dia berteriak kesakitan ketika perlahan tubuhnya dimakan oleh monster tersebut.

Tank T-90M itu mengarahkan meriamnya menuju ke arah dark young shub-nigurrath. Target sudah dikunci dan tank T-90M tersebut menembakkan meriamnya dan menghantam kepala dari dark young shub-nigurrath.

Monster itu berteriak kesakitan dan segera berbalik menuju ke arah utara.

"Mundur, isi senjata, dan bersiap dalam posisi siaga!" perintah Sergey dengan raut wajah yang tegang.

Tank T-90M itu segera bergerak mundur sambil mengunci target untuk menembak dark young shub-nigurrath.

Suasana di dalam tank T-90M tersebut benar-benar menegangkan. Sergey dan kedua rekannya berada dalam kondisi yang menegangkan. Dia tidak menyangka bahwa berada di dalam kondisi yang begitu menegangkan seperti ini. Walaupun begitu, mereka berusaha untuk tetap tenang.

Dua orang Tentara Prussia menembakkan roket mereka dan mengenai kedua kaki dari dark young shub-nigurrath. Sehingga membuat monster itu jatuh dan kesulitan untuk bergerak. Walaupun dark young shub-nigurrath kesulitan untuk menggerakkan kakinya, tetapi tentakel-tentakelnya bergerak tidak beraturan, dan menangkap salah seorang Tentara Prussia, lalu memakannya. Sehingga membuat suasana menjadi terasa begitu horror.

Pangeran Radu mengambil pelontar granat dan menembakkan beberapa granat ke arah dark young shub-nigurrath yang kesulitan untuk menggerakkan kaki-kakinya.

Tank T-90M tersebut juga memberikan sebuah tembakan yang langsung membunuh monster dari neraka tersebut.

Pangeran Radu dan ketiga rekannya berjalan menghampiri tank T-90M tersebut.

"Terima kasih, Sergey, dan kawan-kawan. Kalau kalian tidak datang tepat waktu. Mungkin kami sudah binasa," ujar Pangeran Radu.

"Kami juga berterima kasih kepada kalian juga," balas Sergey.

Dari dua puluh orang Tentara Prussia yang mengepung sebuah rumah di Desa Gradki. Hanya tersisa empat orang.