webnovel

Swords Of Resistance: Endless War [Indonesia]

Sebuah kisah fantasi di Alam Semesta paralel tentang pertarungan politik dari para Raja dan Penguasa. Dimulai dari peperangan, intrik politik, hingga drama kehidupan. Cerita ini hanya fiksi belaka. Kesamaan nama tokoh, tempat, kejadian, dan sebagainya hanyalah kebetulan dan atau terinspirasi dari hal-hal tersebut.

VLADSYARIF · Fantasia
Classificações insuficientes
99 Chs

Bab 55, Operasi Hagimus

Empat orang lelaki dan seorang perempuan tengah duduk melingkar dengan senapan AK-47 di sampingnya. Mereka berkumpul di sebuah puing-puing bangunan di Kota Donetsk. Antonia menaruh ponselnya di tengah-tengah dan dari ponsel tersebut, tampil hologram seorang Lelaki berambut pirang kecokelatan dan bermata merah darah. Dia adalah pemimpin dari Burgmann Groups, yaitu Brigadir Jenderal Vladimir Frederick Albert Ludwig Romanovich von Hohenzollern, adik dari Stadtholder Nikolaus.

"Selamat sore, Saudara-saudaraku. Aku harap kalian baik-baik saja," sapa Brigadir Jenderal Vladimir. "Terima kasih karena kalian telah berkumpul di sini, karena kalian berlima adalah yang terpilih. Mungkin ini terkesan mendadak, namun aku mendapatkan pesan dari Duta Besar Prussia di Russia. Dia meminta kalian untuk mensabotase instalasi listrik yang ada di Kota Pokrovsk. Hancurkan itu dan mereka akan mengalami krisis listrik. Sepertinya meskipun kalian baik-baik saja, namun aku rasa waktu yang tepat bagi kalian adalah besok malam. Baiklah, selamat bertugas dan kembalilah dengan selamat."

"Siap," mereka berlima memberikan hormat kepada Brigadir Jenderal Vladimir.

Brigadir Jenderal Vladimir tersenyum melihat ekspresi wajah keberanian dari para Tentaranya. Hologram itu segera menghilang dan mereka menurunkan posisi tangan hormatnya.

"Sepertinya Berlin ingin bergerak dalam bayangan. Kalau dilakukan secara terang-terangan, bisa memperkeruh suasana, mengingat Russia mungkin tidak setuju akan sabotase ini. Terlebih sebagai Prajurit Bayaran, kita melakukan apa yang seharusnya tidak dilakukan oleh Prajurit Reguler," kata Antonia.

"Tidak masalah kita bergerak di dalam bayangan. Aku lebih suka berbuat kekacauan di saat sepi," kata seorang Perempuan Indo yang merupakan blasteran Jerman-Melayu. Dia adalah Tamara Kohler, mantan Guru Olahraga yang dipenjara karena difitnah berselingkuh dengan Kepala Sekolah.

"Siap, Frau Tamara," kata si kembar secara bersamaan. Mereka adalah si kembar Biron, yaitu Albert Ludwig Biron dan Ernest Francois Biron. Mereka dulunya adalah Polisi dan Detektif. Namun mereka diajak Brigadir Jenderal Vladimir untuk bergabung dengan Burgmann Groups.

Perempuan berambut panjang lurus berwarna hitam, dengan kulit putih yang mulus dan bermata biru itu hanya menatap si kembar dengan ekspresi wajah yang kesal. Sementara Matthias hanya terkekeh pelan.

"Frau Tamara jangan cemberut. Nanti murid-murid jadi takut," goda Matthias dengan suara cempreng khas anak kecil.

Si kembar tertawa keras melihat cara Matthias menggodanya, sementara Antonia bangkit dari tempatnya, dan berdiri dengan melipat kedua tangannya pada dadanya, "Baiklah semua, misi akan kita mulai jam delapan malam."

Tamara segera pergi meninggalkan keepat rekannya dengan ekspresi wajah yang kesal, namun bagi Matthias, Tamara terlihat sangat cantik dengan ekspresi wajahnya jika sedang kesal.

.

.

Berjalan dengan aura membunuh yang begitu besar menembus gelapnya malam, dan melewati kawasan hutan yang lebat dengan pohon-pohon yang menjulang tinggi. Suara-suara serangga malam beserta suara lolongan serigala membuat suasana terasa mencekam. Para Tentara itu berjalan dengan santainya memasuki wilayah Ukraina yang dijaga oleh beberapa Tentara yang selalu siaga.

Lima orang Tentara dari Burgmann Groups menapakkan kaki mereka di sebuah Kota kecil yang bernama Pokrosk, yang terletak di sebelah barat Kota Donetsk. Mereka berjalan mengendap-endap mengingat ada beberapa Tentara Ukraina yang tengah berjaga.

Antonia memberikan instruksi kepada keempat rekannya untuk bergerak secara terpisah dan hati-hati. Mereka semua bergerak dengan cepat tanpa menimbulkan suara layaknya para Ninja yang akan membunuh targetnya.

Para Tentara Ukraina terlihat begitu santainya. Mereka dibuat terlena oleh suasana yang santai, sehingga membuat mereka lupa dan tidak merasakan akan adanya sebuah ancaman yang tengah mengintai mereka.

Antonia menarik belati-nya dan segera membekap mulut seorang musuh dengan tangan kirinya lalu menusuk leher musuhnya dengan belati. Setelah membunuh musuhnya, Antonia segera pergi meninggalkan jasad musuhnya. Keempat rekannya juga telah membunuh target mereka masing-masing dan beberapa dari mereka tengah bersembunyi di atas atap bangunan atau sisi gelap sebuah bangunan. Antonia mengambil beberapa paku yang berukuran lima belas centimeter dan melemparkan paku-paku tersebut ke arah dua orang Tentara Ukraina yang tengah patroli. Paku-paku berukuran besar itu melayang dengan sangat cepat dan menancap pada kepala musuhnya.

Salah seorang Tentara Ukraina berpapasan dengan salah seorang Tentara Burgmann Groups. Si Tentara Ukraina ini begitu kaget, namun dia tidak sempat menembak musuhnya, keburu salah seorang Tentara Burgmann Groups membunuhnya dengan memotong kedua tangan dan menebas lehernya, sehingga jasadnya terpisah dengan kepala dan sepasang tangannya.

"Hampir saja aku mati," ucap seorang bersuara Perempuan dengan penuh rasa syukur.

Melihat ada salah seorang rekannya yang mati, salah seorang Tentara Ukraina menembakkan senjatanya ke udara, sebagai kode bahwa ada penyusup, namun Tentara itu segera dibunuh oleh Matthias dengan cara melempar sebuah kapak sehingga kapak tersebut tertancap pada kepalanya. Para Tentara Ukraina, segera bergerak dengan cepat untuk memburu para penyusup.

Antonia muncul dari balik dinding sebuah bangunan dan dia segera memberondong empat orang Tentara Ukraina yang dia lihat. Keempat rekannya membunuh para Tentara Ukraina dengan begitu mudahnya. Bagi mereka berlima, membunuh orang itu ibarat seperti sedang bermain Gun Gale Online.

Kelima Tentara berpakaian serba hitam itu segera pergi meninggalkan puluhan mayat Tentara Ukraina yang bergelatakan di jalan setelah mereka memungut senjata dan amunisi yang mereka tinggalkan.

Mereka segera bergerak menuju arah gardu listrik setelah mereka membersihkan sebagian Tentara musuh yang ada di Kota. Sebuah Tank TR-85 menghadang mereka di perempatan jalan. Tank tersebut memberondong Antonia dengan senapan mesin yang ada di bagian turetnya. Bisa saja sang Komandan Tank memerintahkan menembakkan turet, namun itu tidak ada gunanya. Antonia berlari dengan cepat menghindari berondongan dari senapan mesin musuh. Dia berlari menuju ke sebuah rumah dan memasukinya secara paksa dengan loncat ke arah jendela. Kacapun pecah menjadi berkeping-keping. Antonia memasuki rumah tersebut hanya ingin mencari kulkas. Dia membuka dan meminum sekotak susu yang ada di dalamnya.

"Terima kasih, Pemilik Rumah. Kalau Perang ini sudah selesai aku akan membayar sekotak susu dan kerusakan rumahmu," kata Antonia sambil berjalan santai keluar dari rumah tersebut.

Antonia berjalan dengan santai sambil mengeluarkan granat. Dia menendang pintu rumah secara paksa hingga pintu itu rusak. Di depan Antonia terparkir sebuah Tank TR-85 yang baru saja mengejarnya. Tank tersebut mengarahkan turet ke arahnya, namun Antonia masih berdiri tenang tanpa mempedulikan bahwa nyawanya terancam.

Sebuah roket meluncur dengan cepat dari arah barat daya dan segera menghantam turetnya. Antonia segera melompat ke arah samping kiri. Tank TR-85 yang ada di depannya meledak dengan efek ledakannya yang begitu terasa, dan beruntungnya Antonia segera melompat ke samping kiri sehingga dia tidak terkena dampak ledakan. Tank tersebut hancur dan keeempat krunya langsung tewas seketika.

"Maaf, Kapten. Aku tidak tahu kalau kau ada Kapten di sana," teriak Matthias dari jauh.

Kepala Antonia terasa begitu berat. Suara dengungan yang keras terdengar oleh telinganya dengan sensasi kepala yang ingin pecah. Dia mencoba bangkit dan Matthias secara tiba-tiba muncul di sampingnya dan memapah tubuh sang Pangeran.

"Kau baik-baik saja, kawan?" tanya Matthias sambil memapah tubuh Antonia.

Antonia hanya bisa mengangguk karena dia merasakan bahwa kepalanya begitu berat. Matthias berjalan sambil memapah tubuh Antonia menuju ke arah saluran listrik raksasa, di mana ketiga rekannya tengah menginstal perangkat bom. Sambungan kabel telah tesambung dengan baik dan benar. Mereka memasang perangkat bom pada ketiga sisi kuda-kuda dari menara saluran listrik raksasa.

Matthias memencet tombol ledakan dan terjadilah tiga ledakan secara bersamaan. Menara saluran listrik tersebut tumbang ke arah barat laut karena ketiga kuda-kudanya telah hancur. Walaupun menara saluran listrik tersebut terlihat begitu kuat, kokoh dan gagah dengan rancangannya yang menjunjung tinggi. Namun langsung tumbang seketika, sehingga menyebabkan terputusnya arus listrik di kawasan timur Ukraina yang berbatasan dengan Vyatvert.

Dengan terputusnya arus listrik di kawasan Donetsk yang masih dikuasai oleh Ukraina, membuat suasana di Desa-desa yang terletak di kawasan timur Ukraina tersebut menjadi gelap gulita.

Kelima Tentara dari Burgmann Groups itu sujud syukur atas jatuhnya menara saluran listrik.

.

.

Kelima Tentara itu tengah bersantai di markas mereka sambil sarapan dengan berbagai macam makanan yang enak, sehat, lezat, dan bergizi.

"Untungnya penjagaan di Pokrovsk tidak begitu ketat. Sehingga kita bisa menyelesaikan misi ini," kata seorang Perempuan.

"Yang penting kita selamat dan misi diselesaikan dengan baik," balas Antonia.

"Mereka tidak bisa diremehkan, meskipun kita bisa membersihkan mereka dengan baik," kata Matthias. "Aku ingin cepat pulang dan bertemu dengan seratus bidadari."

Keempat rekannya tertawa setelah mendengar kalimat konyol yang dilontarkan barusan. Vampir setengah Manusia itu selalu berkata konyol dikala Teman-temannya merasa jenuh atau kelelahan, dan mereka selalu terhibur dengan gurauan Matthias yang terkesa garing.

Antonia tersenyum tipis sambil menatap langit yang tak berbintang seraya membayangkan Istri dan Anaknya yang akan menyambutnya ketika dia pulang ke rumah.

"Aku kangen kalian," gumam Antonia.