Embusan sang bayu membelai lembut setiap helai rambut keduanya. Permukaan kulit Sandra dan Bima pun tak luput akan belaiannya. Taman kota adalah tempat yang dipilih oleh Sandara dan Bima untuk mulai berbincang-bincang. Bukan kemauan Sandra, tetapi Bima lah yang menginginkan hal itu, ia datang dan mengusik siang Sandra. Di depan ambang pintu rumahnya, rayuan maut dengan menggunakan ekspresi wajah dan pandangan mata yang pria itu berikan sukses membuat Sandra luluh dan mengikuti semua langkah kaki Bima.
Seperti sebuah rahasia umum, dalam benaknya, Sandra masih menyimpan rasa untuk Bima. Ia belum bisa benar-benar melangkah pergi dari kenangan masa lalu. Semua perasaan itu hanya terpendam dalam, bukan hilang tak ada bekas yang terlihat lagi. Sandra hanya lupa, selebihnya tak ada. Waktu bukan menyembuhkan, waktu hanya membuatnya lupa kadang kala. Ia masih bisa menangis, sebab semesta jahat mengambil pria yang menjadi cinta pertama untuk dirinya.
Apoie seus autores e tradutores favoritos em webnovel.com