webnovel

9. Siapa wanita itu?

"Apa yang kamu rasakan sayang? apa masih mual dan pusing juga?" tanya Daffa ketika melihat istrinya sudah sadar.

"Mau minum Mas haus," suaminya segera mengambil air minum dan memberikan kepada istrinya.

"Sarapan bubur dulu ya sayang," Daffa mengambil mangkok bubur dan mulai menyuapi istrinya.

"Hueek ... mual Mas nggak mau makan mau pulang saja di sini bau Mas bawa Mei pulang di sini nggak enak," Daffa langsung meletakkan mangkok bubur itu dan memeluk istrinya.

"Iya nanti kita pulang, tapi sayang harus dirawat dulu biar sayangku dan babynya sehat dan kuat Mas tidak tega melihat sayang muntah-muntah terus sampai lemas begini sekarang makan lagi ya tidak apa-apa sedikit-sedikit biar perutnya ada isinya, kalau sayangku kelaparan baby-nya juga pasti kelaparan sayangku tidak mau kan baby kita kenapa-kenapa," ucap Daffa.

Daffa lalu mengambil mangkok bubur dan mulai menyuapi istrinya lagi, "Iya deh, tapi sedikit saja ya Mas tidak enak makanan rumah sakit Mei mau makan makanan yang dimasak chef restoran kita," Meisya menyandarkan kepala di dada suaminya.

"Sayang kepala Mei pusing, apa boleh Mei tidur lagi?" tanya Meisya lalu ia memejamkan matanya, tapi tetap dalam posisi bersandar di dada suaminya.

Baru saja Meisya mau memejamkan matanya, dia sudah terbangun lagi karena suara keributan di luar kamar perawatannya," Daffa keluar kamu harus bertanggung jawab cepat nikahi anak saya kalau tidak aku akan menguburmu hidup-hidup,"

Terdengar sangat keras suara itu sampai membuat Meisya terbangun dan sangat marah, "Apa maksud ucapan orang itu Mas? dia meminta Mas menikahi anaknya, apa Mas sudah menghamilinya? apa Mas sudah berselingkuh dibelakangku?" tanya Meisya pada suaminya dan dia terlihat sangat murka.

"Sayang kau percaya kan sama Mas sebelum menikah kita sudah 2 tahun pacaran kau tahu betul bagaimana sifat Mas? Mas tidak pernah membohongimu," Daffa mencoba meyakinkan istrinya walau apapun hasilnya.

"Mas bilang tidak pernah membohongiku, tapi buktinya Mas tidak pernah cerita kalau pernah kenal dan pacaran sama Mama sekarang di depan sudah ada orang yang minta pertanggung jawaban Mas dan meminta Mas menikahi anaknya," Meisya membuka paksa jarum infus yang masih menempel sehingga menyebabkan darah segar banyak yang keluar, kemudian dia keluar dari ruang perawatan itu.

"Sayang tunggu kamu mau ke mana? ini hanya salah paham sayang, kamu harus percaya sama mas" Daffa mengikuti istrinya keluar tapi dia malah dicegah oleh seorang bapak dan seorang wanita yang sedang hamil kira-kira usia kandungannya sudah lima bulan.

"Mau kemana kau? karena kau sudah menghamili anak saya jadi, kau harus menikahinya," ucap bapak itu, tapi Daffa tidak memperdulikannya, dia hanya terus mengikuti istrinya yang mulai menjauh.

"Jangan pergi sayang, Mas tidak pernah menghamilinya kau harus percaya," Daffa berhasil mencekal tangan istrinya dan memeluknya erat.

"Lepaskan aku Mas, aku mau pergi saja aku tidak mau lagi melihat Mas, aku benci sama Mas Daffa, aku juga tidak mau hidup sama laki-laki penghianat dan suka selingkuh seperti Ma" Meisya berusaha melepaskan diri dari pelukan suaminya, tapi Daffa tetap mengeratkan pelukannya, dia tidak akan membiarkan istrinya pergi lagi.

"Roy, kau urus mereka dan lakukan tes DNA pada anak yang dikandung wanita itu dan untuk kalian berdua, kalau sampai aku bisa membuktikan aku tidak bersalah maka kalian akan menanggung akibatnya karena telah membuat istriku salah paham," ucap Daffa lalu dia mengangkat istrinya ala bridal style dan membawanya keluar dari rumah sakit itu.

"Lepas aku tidak mau bersama Mas, aku mau pergi saja aku benci sama Mas Daffa, " Meisya terus saja memberontak dia sudah benar-benar sangat marah pada suaminya.

"Jalan pak kita pulang ke villa saja," Daffa masuk mobil dengan tetap memeluk istrinya ke dalam pangkuannya dia baru sadar kalau tangan istrinya masih mengeluarkan banyak darah, lalu ia pun menekan tangan Meisya yang mengeluarkan banyak darah itu agar darahnya berhenti mengalir.

"Mas kepalaku pusing sekali," kata Meisya lalu Daffa mengusap rambut dan mencium kening istrinya.

"Tidurlah sayang kalau sudah sampai akan Mas bangunkan," lalu Meisya memejamkan matanya karena kondisinya memang masih lemah dan ditambah lagi mengeluarkan banyak darah.

Setelah istrinya tercinta tertidur Daffa menelepon asistennya.

[Iya tuan]

"Roy telpon Dokter dan panggil salah satu koki dari restoran kita ke villa saya sementara ini akan tinggal di sana Dokter dan kokinya juga harus sudah ada saat saya sampai di sana apa kau mengerti?" ucap Daffa.

[Siap Tuan akan segera saya laksanakan]

"Terima kasih Roy kamu memang bisa diandalkan,"

[Sama-sama Tuan apapun akan saya lakukan untuk kebahagiaan Tuan Daffa kalau begitu saya tutup dulu Tuan.]

Lalu panggilan pun berakhir

Selama dua jam perjalanan lamanya Meisya tertidur dipangkuan suaminya,"Berapa lama lagi kita sampai pak? Wajah istri saya sudah pucat sekali, saya takut terjadi sesuatu padanya." tanya Daffa pada sopirnya.

"Kurang lebih 100 meter lagi kita sampai Tuan." ucap sopirnya.

"Kalau begitu bisa dipercepat Pak, kondisi istri saya sudah sangat lemah," kata Daffa lagi pada sopirnya.

"Baik Tuan," lalu sopir yang memeng sangat handal itu melajukan mobilnya dengan sangat cepat dan tidak butuh waktu lama mereka sudah sampai di villa pribadi Daffa Villa yang terletak di dekat pantai.

Pantai dan villa ini milik Daffa pribadi jadi, tidak ada seorang pun yang ada di pantai ini selain mereka setelah sampai Daffa segera membawa istrinya turun mobil dan masuk ke dalam villa, "Selamat datang Tuan Daffa." ucap penjaga dan pengurus villa tidak ketinggalan koki dan asisten koki, Dokter dan perawatnya sepuluh orang pelayan, dan dua puluh orang pengawal menyambut kedatangan Daffa dan Meisya.

"Apa kamar utama sudah disiapkan?" tanya daffa pada pengurus villa.

"Sudah Tuan," lalu Daffa membawa istrinya masuk ke kamar utama yang ada di lantai atas Daffa membaringkan istrinya di tempat tidur dan menyelimutinya lalu dia keluar lagi menemui koki Dokter untuk memberi tugas-tugasnya.

"Untuk koki tugasmu buatlah masakan yang sehat dan bergizi untuk istri saya dan kau harus siap kapan saja dibutuhkan untuk Dokter tugasmu pantau dan rawat kesehatan istriku apalagi selama dia mengandung, dan yang lainnya lakukan pekerjaan kalian sesuai keahlian masing-masing apa kalian mengerti?" ucap Daffa.

"Siap kami mengerti Tuan," kata mereka serempak.

"Bagus sekarang kerjakan," lalu Daffa masuk lagi ke kamar dia mulai membersihkan tubuh istrinya yang berlumuran darah kemudian mengganti bajunya.

"Dokter sekarang lakukan tugasmu," ucap Daffa setelah istrinya sudah bersih dan rapi dia memanggil dokter untuk mengecek kondisi istrinya.

"Nona harus dipasang infus lagi tuan, karena kondisinya masih sangat lemah," ujar Dokter.

"Lakukan apapun yang baik menurut Dokter," ucap Daffa.

"Baik tuan, suster segera pasangkan infus ke nona dan pasang dengan sangat hati-hati " kata Dokter itu mengingatkan susternya.

"Baik Dokter akan saya laksanakan" Suster pun mulai melakukan tugasnya, dia memasangkan jarum infus dengan sangat perlahan dan hati-hati.

"Sudah selesai dokter," Dokter itu mengangguk.

"Saya permisi Tuan kalau ada apa-apa panggil saja," Dokter dan perawatnya keluar dari kamar Daffa.

"Di mana aku?" tanya Meisya setelah dia membuka matanya pertama kali.