webnovel

37. Menemukan surat cerai

Daffa: Bunda katakan kenapa istriku bisa pergi? Bukankah semalam hubungan kami baik-baik saja, bahkan kami bisa berhubungan intim dengan sangat puas, dan nikmat

Bunda Felicia: Kau ini dalam keadaan bersedih masih bisa menceritakan hal semacam itu dengan Bunda, ya sudah Bunda tutup dulu. Kau cari saja istrimu sendiri, karena Bunda sudah lelah mencari, tapi tidak ketemu juga

Daffa: Baiklah Daffa akan mencari istriku, bunda tenang saja, dan kalau sudah ketemu aku akan mengabari bunda secepatnya

Bunda Felicia: Okay, Bunda tutup dulu ya, bye ...

Setelah bunda Felicia mengakhiri panggilannya, Daffa menyandarkan tubuhnya di sofa itu sambil memejamkan matanya. Dia pusing, dan bingung dengan kejadian hilangnya sang istri secara mendadak itu.

"Kemana istriku pergi? Kenapa tiba-tiba sekali? Bahkan tanpa mengabari, dan meninggalkan jejak sedikitpun. Tidak mungkin diculik," gumam Daffa.

"Aku menginap di sini saja dulu malam ini, besok pagi baru aku akan mencarinya. Kemana kau, sayang? Kenapa kejadian seperti ini harus terulang lagi?" batin Daffa lalu dia melangkah ke arah kamar istrinya.

Begitu membuka kamar itu, Daffa masih teringat gerakan, erangan, dan tingkah laku istrinya di malam itu. Dia tidak bisa membayangkan, kalau sang istri akan meninggalkannya setelah percintaan panasnya itu. Daffa terus melangkah mendekati ranjang yang menjadi saksi bisu kejadia malam itu.

"Semua masih terasa sama, bahkan aroma tubuh istriku masih membekas di seluruh kamar ini," ucap Daffa, dia menghempaskan tubuhnya di ranjang tempat biasa sang istri tidur, ketika tubuhnya sudah terbaring sempurna di ranjang itu, dia seperti merasakan istrinya memeluknya dengan sangat mesra sampai Daffa tidak bisa menahan kantuknya hingga akhirnya diapun tertidur dengan sangat lelap.

"Tuan! ada telpon dari asisten anda yang bernama Roy, Tuan ...," panggil bik Nam yang terus mengetuk-ngetuk pintu kamar sang majikan.

Daffa yang tertidur lelap pun terusik hingga akhirnya dia bangun, dengan mata setengah terbuka Daffa membuka pintu kamarnya, dan menyandarkan tubuhnya di dinding, kemudian berkata,

"Ada apa Bik? Pagi-pagi begini sudah menggangguku."

"Maaf Tuan, tapi ini sudah jam 10 bukan pagi lagi," sahut bik Nam.

"Apa! Astaga, aku kesiangan datang ke kantor, apa yang meneleponku itu Roy, Bik?" tanya Daffa yang baru menyadari kalau dia bangun kesiangan.

"Iya, Tuan," jawab bik Nam.

"Ya sudah katakan saja padanya kalau aku akan meneleponnya, Bik," sahut Daffa.

"Baik, Tuan akan Bibik sampaikan segera, kalau begitu Bibik permisi dulu," pamit bik Nam lalu dia turun ke bawah untuk menyampaikan pesan dari sang majikan.

Daffa yang sudah menyadari kalau dia kesiangan bergegas mandi, dan Daffa hanya membutuhkan wktu 20 menit saja untuk mandi, kemudian dia melangkah ke arah wardrobe sang istri mencari pakaiannya karena dia yakin pernah meninggalkan pakaiannnya di rumah ini.

"DI mana pakaianku? Tidak mungkin dibawanya'kan. Aku yakin pasti ada pakaian kerjaku di sini, nah ... akhirnya ketemu, kenapa dari tadi aku tidak melihatmu pakaian? Padahal kau sudah ada di depan mataku sendiri," cicit Daffa sambil memakai pakaiannya.

Setelah selesai memakai pakaiannya, Daffa mengambil handphonenya lalu menelepon Roy sambil melangkah ke arah sofa, dan duduk di sana.

Roy: Tuan ada di mana? Kenapa tidak mengabari saya kalau tidak datang ke kantor? Apa Tuan baik-baik saja?

Daffa: Maafkan aku Roy kalau tidak mengabarimu, aku bangun kesiangan makanya tidak memberi kabar dulu, tapi bagaimana dengan perusahaan? Apa semua terkendali?

Roy: Iya Tuan, begitu lewat 30 menit, anda tidak datang saya langsung menghandle semua pekerjaan anda

Daffa: Bagus Roy, kau memang selalu bisa aku andalkan, dan gajimu bulan ini akan aku tambah plus sekalian bonusnya

Roy: Terima kasih banyak Tuan, tapi kenapa Tuan bisa kesiangan? Tidak seperti biasanya, apa sudah terjadi sesuatu yang saya tidak tahu?

Daffa: Aku semalam tidur di rumah bunda, tapi bunda tidak ada, beliau sedang mencari Meisya yang menghilang dari pagi, dan sampai sekarang belum kembali

Roy: Apa! Jadi non Meisya menghilang lagi, tapi Tuan apa hubungannya hilangnya non Meisya dengan anda bangun kesiangan? Bukankah seharusnya anda itu tidak bisa tidur kalau istri anda menghilang bukan malah sebaliknya

Daffa: Aku bangun kesiangan, karena ketika aku berbaring di ranjang yang biasa ditempati istriku ini, aku seperti merasa telah dipeluk olehnya sampai aku tidak menyadari kalau aku telah tertidur, dan jika bik Nam tidak membangunkan aku maka pasti aku masih belum bangun juga

Roy: Astaga Tuan, bisa-bisanya anda tertidur lelap saat istri Tuan masih belum tahu keberadaannya

Daffa: Sudahlah Roy jangan menggodaku lagi, aku siap-siap dulu karena mau berangkat ke kantor nanti kita sambung lagi

Daffa kemudian memutuskan panggilan teleponnya tanpa menunggu jawaban dari sang asisten terlebih dahulu. Dia menyimpan handphonenya di saku jasnya sebelah dalam, tetapi ketika Daffa baru saja akan menarik tangannya tiba-tiba dia menyentuh sebuah kertas yang lumayan tebal.

"Kertas apa ini? Aku tidak ingat pernah menyimpan sebuah kertas di dalam jas ini," ucap Daffa yang langsung menarik kertas itu.

"Surat dari pengadilan, apa maksudnya? Surat pengadilan apa? Agh ... kenapa perasaanku tiba-tiba menjadi tidak enak begini? Jangan sampai yang aku takutkan terjadi," gumam Daffa dalam hati.

Dengan perasaan cemas, dan hati yang tidak menentu Daffa membuka kertas yang dia temukan dalam saku jasnya yang ternyata adalah sebuah surat itu.

"Surat cerai ...," ucap Daffa yang langsung meneteskan air matanya.

"Meisya meninggalkan aku surat gugatan cerai, apa mungkin dia memang telah pergi setelah percintaan terakhir kami malam itu? Jadi, semua memang sudah dia rencanakan untuk membahagiakan aku lebih dulu sebelum akhirnya dia pergi bersama dengan anakku. Apa ini arti dari mimpiku itu? Kenapa kau lakukan semua ini padaku, sayang? Sebesar itu,kah rasa cintamu padaku sampai kau rela mengalah hanya karena tidak mau melihatku bersama wanita lain," ucap Daffa, dia tidak menyangka kalau istrinya benar-benar meninggalkannya.

"Apa yang harus aku lakukan? Di mana aku akan mencarinya? Aku tidak mau berpisah dengannya sampai kapan pun, walaupun ke ujung dunia kau akan tetap aku cari sayang karena aku tidak mau kehilanganmu. Bunda, iya aku harus memberi tahukan tentang surat ini pada bunda," gumam Daffa lalu dia kembali mengambil handphonenya, dan menelepon sang bunda.

Bunda Felicia: Ada apa Daffa? Apa kau mau memberikan kabar kalau kau sudah menemukan istrimu? Di mana dia nak? Ayo berikan handphonenya pada Meisya, sayang! Bunda mau memarahinya, karena bisa-bisanya dia meninggalkan rumah selama itu, dan tidak memberi kabar juga. Daffa, apa yang terjadi, Nak? Kenapa kau menangis seperti itu? Cepat bicara jangan membuat bunda cemas, apa telah terjadi sesuatu dengan Meisya?" tanya bunda Felicia dengan beruntun.