"Silahkan masuk menantu, ayah sudah lama menunggu kedatanganmu, sekarang duduklah ayah akan memanggilkan calon istrimu dulu." ajak ayah Jeslin yang menunjuk ke arah kursinya, kemudian dia ayah Jeslin masuk ke dalam kamar putrinya setelah melihat Daffa sudah duduk.
Tok tok tok
"Jeslin buka pintunya nak, ada calon suamimu yang datang kau temuilah dia mungkin ada yang mau diucapkan." kata ayah Jeslin dengan lantang sehingga Daffa yang sedang berada di ruang tamu mendengar ucapannya.
Ceklek
Jeslin membuka pintu kamarnya dan melihat ayahnya yang berdiri di luar dengan senyum bahagianya.
"Ayah tidak membohongi Jeslin kan ayah! mas Daffa benar-benar ada di rumah sekarang." ucap Jeslin yang masih tidak mempercayai perkataan ayahnya.
"Benar Nak, ayah tidak membohongimu sama sekali coba kau katakan apa keuntungan ayah berbohong? sekarang cepalah mandi dan bersiap-siap lalu temuilah calon suamimu itu di ruang tamu." pinta ayah Jeslin yang mengusap kepala putrinya yang sedang hamil itu.
"Aah ayah, kenapa tidak bilang dari awal kalau mas Daffa beneran ada di depan? Jeslin kira ayah hanya menggoda saja ayah tolong beri tahu mas Daffa tunggu sebentar Jeslin mandi dulu dan janji nggak akan lama." ungkap Jeslin yang bergegas masuk kembali ke dalam kamarnya.
Ayah Jeslin yang melihat putrinya menghilang dari balik kamarnya hanya tersenyum saja, lalu dia memutar badan kembali ke ruang depan menemui Daffa lagi dan di ruang tamu dia melihat Daffa sedang duduk sambil memainkan handphonenya.
"Maaf ya Nak Daffa telah menunggu lama, Jeslin sedang bersiap-siap dulu nanti kalau Jeslin sudah datang Nak Daffa baru boleh mengatakan semua yang ingin Nak Daffa sampaikan." jelas ayah Jeslin ketika dia duduk di ujung kursi dekat Daffa.
"Baiklah Pak, saya akan menunggu sampai Jeslin selesai bersiap-siap, tapi saya tidak bisa menunggu terlalu lama karena masih banyak yang harus saya kerjakan di kantor." papar Daffa dengan wajah dinginnya.
Beberapa menit kemudian datanglah Jeslin yang memakai baju daster lengan pendeknya, dia kelihatan sangat cantik dengan baju motif bunga sakura itu.
"Maaf mas, Jeslin baru selesai bersiap-siap, apa mas Daffa baru sudah lama menunggunya? mas sih nggak bilang sama Jeslin dulu kalau mau ke sini coba mas Daffa bilang pasti Jeslin akan bersiap dari tadi." ungkap Jeslin, dia duduk di samping Daffa yang belum menanggapi ucapannya sama sekali.
"Ada apa menantu katakanlah tujuanmu datang kemari? apa menantu perlu bicara dengan ayah atau dengan Jeslin berdua saja? ayah bisa meninggalkan kalian berdua sekarang kalau menantu butuh bicara dengan Jeslin saja." ucap ayah Jeslin sambil menatap wajah Daffa yang tidak tersenyum sama sekali.
"Jangan pergi karena saya butuh bicara dengan kalian berdua, kenapa anda datang ke rumah saya dan mengancam kedua orang tua saya? apa tuan tidak tahu dengan perbuatan yang sudah anda lakukan pada keluargaku? kau sudah merusak kebahagiaanku dan kau juga sudah membuat hubunganku dengan istriku hancur." bentak Daffa dengan murka.
"Aku melakukannya karena tidak ada kejelasan yang pasti darimu, sedangkan perut putriku bertambah besar, kapan kau akan menikahi putriku? aku tidak mau menunggu terlalu lama lagi." tegas ayah Jeslin yang bicara pada Daffa.
"Baiklah kalau itu maumu dan kau nona pasti sudah tahu siapa ayah dari bayi yang kau kandung? tetapi karena kau telah memiihku jadi kau harus terima konsenkuensinya, sekarang kau harus tanda tangani surat pernikahan kontrak ini, dan kalau kau setuju maka nanti malam aku akan segera menikahimu." ucap Daffa sambil menyerahkan map yang berisi surat pernikahan kontrak beserta penanya.
Jeslin menerima map itu dibuka lalu dibacanya dengan seksama semua tulisan yng ada di dalam surat itu, ayah Jeslin mendekati putrinya dan ikut membaca kata demi perkata dari surat itu.
"Apa-apaan ini Daffa? kau anggap apa putriku ini? kau sama sekali tidak menghargainya sedikitpun, kurang ajar kau sudah menghamilinya tetapi tidak mau bertanggup jawab." murka ayah Jeslin yang akan berdiri dan memukul Daffa, namun dicegah oleh putrinya.
"Jangan lakukan apapun pada mas Daffa, ayah karena dia laki-laki yang mau menikahiku, akku tidak mempermasalahkan dia mau membuat pernikahan kontrak atau pernikahan siri sekalipun yang penting mas Daffa mau menikahiku itu sudah lebih dari cukup." cegah Jeslin yang mengatakan keputusannya.
"Anakmu saja mengerti dan tahu berterima kasih tidak seperti kau yang selalu mengharapkan lebih, karena masih untung aku mau menikahi putrimu bahkan aku sampai mempertaruhkan kebahagiaan istri dan anak yang masih di dalam kandungannya hanya untuk bayi yang tidak jelas asal usulnya itu, sekarang cepat tanda tangani segera, karena aku tidak memiliki banyak waktu lebih untuk maslah ini saja." perintah Daffa pada wanita yang sedang menatapnya itu.
Jeslin yang mendengar suara Daffa yang lantang menjadi terkejut dan dia menjawabnya sampai terbata-bata."Iya mas akan Jeslin tanda tangani sekarang juga."
"Bagus satu lagi, walaupun kita sudah menikah tetapi tidur tetap di kamar berbeda itu juga kalau aku pulang ke tempatmu, dan jangan berharap lebih soal hubungan suami istri, karena aku sudah mau menikahimu saja itu sudah cukup." putus Daffa sambil menatap Jeslin yang sedang menanda tangani surat pernikahan kontrak itu.
"Sudah selesai mas Daffa, Jeslin sudah menanda tangani semua surat ini dan Jeslin juga mengerti jadi mas Daffa tenang saja, karena Jeslin tidak akan mengharapkan sesuatu yang lebih lagi." jelas Jeslin, dia kemudian menyerahkan map yang berisi surat perjanjian itu pada Daffa.
"Aku harap kau menepati janji yang telah kau ucapkan dan jangan pernah kau mengganggu ketenanganku, istri serta keluargaku, aku pergi dulu nanti sore akan ada yang menjemputmu jadi bersiaplah." putus Daffa yang langsung pergi meninggalkan rumah Jeslin, setelah dia mengambil map yang berisi surat pernikahan kontrak.
"Apa yang sudah kau lakukan Nak? kenapa kau terima dan tanda tangani surat pernikahan kontrak itu? kita bisa mendapatkan yang lebih kalau kau bertahan sedikit lagi dan dengan ancaman juga." usul ayah Jeslin dengan ketidakpuasannya.
"Jeslin tidak mau apa-apa lagi ayah, mas Daffa mau menikahi Jeslin saja itu sudah cukup, karena yang Jeslin buttuhkan saat ini hanya seorang ayah untuk anak yang ada di dalam kandunganku selain itu aku tidak membutuhkan apapun lagi ayah." papar Jeslin dengan sangat yakin, sedangkan ayah Jeslin yang mendengarkan keputusan mantap dari putrinya hanya bisa menarik nafas kasar saja.
"Baiklah kalau itu sudah menjadi keputusanmu dan ingat yang ingin ayah katakan padamu ini Nak, ayah tidak bisa selamanya mengikutimu apa lagi setelah kau menikah jadi, ayah berharap kau bisa menjaga dirimu sendiri dan juga anak yang kau kandung, tetapi ayah akan tetap membelamu apapun masalahmu, oleh karena itu jangan takut untuk mengatakan pada ayah apapun masalah yang tidak bisa kau atasi sendiri." pesan ayah Jeslin pada putrinya, sedangkan Jeslin yang terharu mendengar ucapan ayahanya segera memeluk ayahnya dengan erat.