webnovel

Bab7. Tatapan Tak Suka

Nada berjalan memasuki kantor yang dipilihkan Wira, perjalanannya benar-benar dikawal oleh keenam orang itu, Nada sebenarnya risih dengan keberadaan mereka, tapi mau bagaimana lagi karena Nada juga malas berdebat dengan Wira dan Delina.

Mereka tampak menghentikan langkahnya saat melihat kedatangan Nada, tentu saja sosok Nada baru pertama mereka lihat, dan saat pertamanya itu mereka merasa kalau Nada berlebihan, karena sampai dikawal banyak orang seperti itu.

"Orang baru ya?"

"Mungkin."

"Banyak gaya sekali, sampai pakai pengawal segala."

"Mungkin dia anak sultan."

Bisikan demi bisikan mampu menembus gendang telinga Nada, Nada menghentikan langkahnya dan melihat mereka semua.

Nada membuka kacamata hitamnya dan memasukannya ke dalam tas, Nada mengangkat sebelah alishnya meneliti mereka yang sejak tadi memperhatikannya.

"Sombong sekali tatapannya."

"Mungkin dia termasuk orang tidak tahu etika."

Nada mengangguk dan berjalan elegan menghampiri mereka, bukannya mereka membubarkan diri, justru mereka menatap Nada dengan penuh tantangan.

"Ada masalah apa dengan ku?" tanya Nada.

"Kamu siapa?"

Nada mengangguk perlahan, mereka tidak tahu siapa Nada tapi bisa sekali bergunjing tentangnya.

"Kerja yang benar, fokus jangan banyak gosip, aku bisa pecat kalian kapan saja, kalian dengar itu?"

Mereka saling lirik dan kembali berbisik ria seraya meninggalkan Nada, Nada melirik keenam orang itu.

"Kalian ingat wajah mereka, selama aku di ruangan, kalian perhatikan mereka, aku gak mau Kantor ini dihuni oleh orang tukang gosip seperti mereka."

"Baik, Non." ucap Firman.

"Aku mau ke ruangan, kalian tidak perlu ikut."

Mereka mengangguk kompak, membiarkan Nada pergi dari mereka semua.

"Jadi siapa yang mau mengawasi mereka?" tanya Lexi.

"Biar aku saja," ucap Putra.

"Ok, tapi sebaiknya ada yang berjaga di depan ruangan Bu Nada."

"Ya sudah, kamu saja."

Lexi diam, wanita itu pasti akan kesal jika melihat dirinya, jadi sebaiknya tidak dirinya saja.

"Aku di luar saja, kalian saja siapa yang mau."

Lexi berlalu meninggalkan semuanya, mereka menggeleng bersamaan melihat Lexi yang justru pergi.

Mereka lantas membagi tugas, dan langsung bubar saat telah mendapat kesepakatan, Nada adalah yang utaman jadi dimana pun mereka berdiri, harus tetap fokus menjaga Nada.

"Pertemuan kali ini, kita tidak boleh gagal, menurut informasi anaknya yang akan menghadiri pertemuan."

"Itu bukan masalah, menurut informasi juga, anaknya itu tidak pernah terlibat di perusahaan, jadi pasti tidak begitu paham dengan pembahasan kali ini."

Lexi yang berdiri di pintu masuk mendengar pembicaraan dua orang itu, Lexi melipat tangannya di dada, apa benar mereka termasuk orang yang tidak jujur dalam bisnis.

Lexi menggeleng, Nada baru hari pertama masuk kantor, dan sudah harus dipertemukan dengan orang yang licik.

Kringg .... Lexi melirik sakunya, ponselnya berdering dan tentu saja Lexi menjawab panggilannya dengan cepat.

"Iya hallo, Pak Bos."

Lexi diam mendengarkan suara di seberang sana, itu adalah Wira yang menghubunginya, tadi sebelum berangkat, Wira memang sempat meminta kontak mereka semua.

"Ada, Pak."

Lexi mengernyit saat Wira mempertanyakan dua orang yang baru saja lewat di hadapannya.

"Tidak tahu Pak, saya tidak begitu memperhatikannya."

Lexi kembali diam dengan sesekali mengangguk paham dengan ucapan Wira, setelah banyak berbincang, sambungan pun terputus.

Lexi menyimpan kembali ponselnya, dan berjalan cepat menuju ruangan Nada.

Lexi melihat ada Anton disana, jadi dia yang berjaga untuk Nada.

"Ada apa?" tanya Anton.

"Ibu sudah keluar?"

"Belum."

Lexi mengangguk dan memasuki ruangan, Nada melihat kedatangan Lexi dan langsung bangkit dari duduknya.

"Aku tidak minta kamu masuk."

"Maaf Bu, tapi ini penting."

"Yang kerja disini itu aku, aku yang tahu kepentingan disini, sekarang kamu keluar."

"Tidak bisa, Bu."

Nada mengernyit, Nada masih belajar untuk mengerti semua pekerjaannya, seharusnya lelaki itu tidak mengganggunya sekarang.

"Tadi ada dua orang lelaki yang masuk Kantor, mereka membicarakan, Ibu."

"Ibu siapa?"

"Neng Nada."

Nada kembali mengernyit, apa maksudnya, siapa yang membicarakannya setelah para wanita itu.

"Bukankah sekarang akan ada pertemuan?"

"Iya, sebentar lagi, kenapa memangnya?"

"Neng Nada harus fokus dan jangan sampai salah bicara, karena itu bisa mengancam perusahaan ini."

"Maksudnya apa sih, siapa yang kamu maksud?"

"Saya tidak tahu, tapi ini peringatan penting."

Nada menggeleng dan kembali duduk, Nada tidak mau mendengarkan apa pun lagi, Nada sudah katakan sebentar lagi akan ada pertemuan, dan Nada harus memahami dulu materinya terlebih dahulu.

"Neng Nada."

"Keluar."

Lexi mengernyit, kenapa malah mengusirnya seperti itu, padahal seharusnya Nada mendengarkan dan mau percaya.

"Kenapa masih diam, sana keluar, atau aku harus suruh kamu pulang?"

Lexi menggeleng, baiklah terserah saja yang jelas Lexi sudah ingatkan tentang itu, mungkin Nada akan mengerti dengan sendirinya nanti.

"Keluar."

"Baik, permisi."

Lexi lantas keluar dan menghampiri Anton di sana.

"Ada apa sih?"

"Tidak ada apa-apa, hanya harus sedikit diingatkan saja agar berhati-hati."

"Pasti ada masalah kan?"

"Semoga saja tidak, sudah aku ke depan lagi ya."

Anton mengangguk dan membiarkan Lexi pergi meninggalkannya.

Tak lama dari perginya Lexi, Nada tampak keluar dari ruangannya, Anton langsung mengangguk hormat.

"Kemana lelaki tadi?" tanya Nada.

"Lexi sudah keluar."

Nada mengangguk dan berlalu meninggalkannya, biarkan saja, bagus kalau memang lelaki itu tidak ada di dekatnya.

Anton turut melangkah menyusul Nada, bukankah Antor yang kebagian menjaga Nada.

"Tidak perlu ikuti aku," ucap Nada seraya menghentikan langkahnya.

"Tapi saya harus menjaga, Bu Nada."

"Saya masih di Kantor ini, saya hanya pondah ruangan saja, jadi kalian tidak perlu berlebihan mengawasi saya disini."

Anton mengangguk, rasanya dangat tidak enak sekali mendengar bicara Nada dengan sebutan saya.

"Sorry, aku akan panggil kalian kalau memang aku butuh kalian, jadi tenang saja."

"Baik Bu, saya minta maaf."

Nada mengangguk dan melanjutkan langkahnya, Anton hanya diam di tempatnya, mungkin memang seharusnya Anton diam di sana dan menunggu Nada selesai dengan urusannya.

Nada memasuki ruangan dan mendapat sambutan dari orang di dalam sana, kursi yang tersedia di sana sudah terisi dan tinggal kursi Nada yang masih kosong.

"Apa saya terlambat?"

"Tidak, Bu."

Nada mengangguk dan duduk di tempatnya, Nada memperkenalkan diri pada mereka semua, dan tentu saja dengan nada bicara dan kalimat terbaiknya.

"Selamat datang Bu Nada, dan perkenalkan saya Serly, saya yang ditugaskan Pak Wira untuk menjadi sekretaris Bu Nada."

Nada tersenyum dan mengangguk, tanpa buang waktu, Nada langsung memulai pertemuannya.

Nada sudah mempelajari semua materi meetingnya tadi, dan semoga saja Nada bisa melakukan semuanya dengan baik.

Nada memang malas terlibat di perusahaan, tapi bukan berarti Nada juga harus mengecewakan orang tuanya.