webnovel

Stielkruger: Re-Mission

Setahun berlalu semenjak Wijaya, seorang penembak runduk dari Nusa Antara, bergabung dengan regu khusus stielkruger bernama Vrka. Mereka kini ditugaskan untuk memerika sebuah daerah di Siberia Tenggara yang rawan dan mendadak kehilangan kontak dengan dunia luar. Kejanggalan informasi yang mereka dapatkan menumbuhkan kecurigaaan anggota regu akan seluruh situasi di sana. Namun, demi mencari tahu kebenaran dan menegakkan cita-cita LUNA, mereka terjun ke area yang menjadi perangkap untuk anjing-anjing kepala Dewan Pimpinan LUNA macam mereka.

Mananko · Ficção Científica
Classificações insuficientes
17 Chs

Bagian dari Tim

"Mereka masih mengejar, terus melaju!"

Lev meraung di radio.

[Hoo, ternyata di saat bahaya kau akhirnya menunjukkan jiwa pemimpin.]

"Aku tidak meminta pendapatmu, mata-mata," desis Lev pada rekannya. Radarnya menunjukkan pergerakan dari arah kota tadi.

Tidak lama kemudian terdengar bunyi tembakan dari arah subutai yang entah sejak kapan berada agak jauh di sebelah barat posisi mereka. Lev tidak pernah menyadari sejak kapan subutai sudah bergerak sejauh itu. Bukan hanya dia, yang lain pun tidak menyadari.

Ini yang Lev sangat benci dari subutai ataupun altaica milik Boris. Kemampuan anti radar dari keduanya membuat Lev sangat kesulitan memeriksa posisi mereka kecuali jika dia menyalakan sensor-sensor lain atau melihat langsung.

Namun, bukan itu yang membuat Lev kesal, "Mau apa kau di sana?"

[Aku akan menghalau dan mengalihkan perhatian mereka, kita berpencar sedikit sebelum bertemu lagi nanti.]

"Jangan bertingkah seperti kau akan bisa selamat jika melakukan hal itu Wijaya."

[Aku tidak bilang jika aku bisa selamat, tetapi jika hanya satu yang menjadi korban, jauh lebih baik daripada semuanya menjadi korban.]

[Sebagai pimpinan di tempat ini sekarang, aku melarangmu melakukan itu. Ingat, sejak awal regu kita memiliki prinsip untuk tidak meninggalkan rekan. Ini asas yang ditentukan Boris langsung.]

[Kwang, asas itu dibuat sebelum kalian memiliki penembak runduk dalam regu. Orang-orang macam kami yang diperbolehkan menarik pelatuk kapan saja. Mesin pembunuh yang bisa ditukar kapan saja. Setidaknya keselamatan regu bisa diutamakan.]

[Kau bagian regu.]

Kata-kata singkat Yon dibarengi pergerakan T-11 yang menempel subutai. Dia kemudian berkata lagi pada Wijaya. [Kita bertarung bersama.]

Tepat saat kata-kata itu diucapkan, perisai di lengan T-11 mengeluarkan bunyi berdecit, lalu terlepas dan hancur. Tidak ada satupun dari mereka yang sedari tadi menyadari betapa banyak kerusakan yang telah Yon terima untuk melindungi mereka semua.

Lev tahu ada beberapa saraf di otak Yon yang mungkin salah posisi, tetapi tawa kecilnya saat perisainya hancur di kala yang lain hanya melongo terkejut justru membuatnya bergidik.

[Kwang, beri aku tumpangan untuk pilot otomatis, kalian akan perlu bantuan tembakan perlindungan dari jauh jika perisai Yon sudah hancur.]

[Kalian bertiga tetap pada rute, aku dan Wijaya akan berpencar paling jauh 1-2 kilo, setidaknya itu pasti cukup untuk membingungkan mereka.]

"Jangan mati," keluh Lev pada 2 lelaki itu.

Dia melepaskan sambungan tangan prostetiknya dari tuas pengendali. Mempercayai orang mungkin bukan hal yang bisa Lev lakukan dengan nyaman, tetapi ada masanya seperti sekarang di mana dia harus bisa memercayai rekan-rekannya.

Wijaya akan bisa melindungi mereka, Lev tidak perlu memeriksa radar dengan seksama dan bisa sedikit beristirahat. Lagipula rute mereka menanjak, pasti memberikan Wijaya keunggulan untuk melakukan tugasnya.

Letusan tembakan masih terdengar sampai sekitar satu setengah jam sejak mereka berpencar. Sekitar satu jam setelah itu, mereka akhirnya bertemu di area yang relatif lebih landai. Lev menyempatkan diri untuk mengecek radar dan sensornya sesekali untuk memastikan tidak ada yang membuntuti mereka sebelum mereka kembali bergerak ke utara.

Hari sudah mulai gelap ketika Kwang kembali beberapa kali mencoba menghubungi Boris lewat radio jarak jauh maupun satelit, tetapi mereka tetap tidak mendapatkan jawaban. Kwang juga mencoba menghubungi Cherepaka yang seharusnya sampai di area ini beberapa hari lagi. Nihi. Tidak ada satupun yang menjawab.

"Kau tahu," sindir Lev dengan nada malas. "Kurasa kau ada benarnya, sepertinya ada yang menggunakan turtleshell di sini."

[Seberapa banyak pun aku ingin tersenyum menang karena prediksiku benar, aku masih berharap dugaanku salah.]

[Tapi, Kwang, kira-kira kalau benar ini turtleshell, Bagaimana cara orang-orang ini mendapatkannya? Dan apa untungnya?]

Lev mendengus, "Untungnya? Tempat ini jadi lokasi percobaan yang sangat mumpuni, Win. Bayangkan betapa banyak data yang didapatkan hanya dengan pura-pura membocorkan teknologi itu pada orang-orang macam di tempat ini. Belum lagi kenyataan bagaimana lawan-lawan kita justru memiliki brox… cih, orang-orang USNA itu memuakkan."

Tidak ada yang membalas Lev. Mungkin mereka menyadari bagaimana emosi Lev meluap ketika membicarakan tentang USNA atau United States of North Amerigo, nama resmi dari Negara Serikat Amerigo Utara. Wajar, mereka sudah tahu masa lalu Lev, juga dengan negara kelahirannya.

Lev masih tidak bisa merupakan serbuan yang dilakukan oleh USNA di masa lalu. Lalu kini negara adidaya itu bertingkah lagi dengan mengacak-acak kondisi siberia tenggara dengan alat purwarupa.

[Kita tidak akan pernah punya cukup bukti untuk menuduh mereka, Lev, walaupun jika memang benar mereka terlibat.]

"Lalu para Brox itu?"

[Mereka akan bisa berdalih bahwa para brox itu barang selundupan atau dari pasar gelap.]

"Cih, dasar mata-mata, kau tau saja hal macam ini," Lev merenggut. Dia enggak mengaku bahwa Kwang mungkin ada benarnya.

Mereka memutuskan untuk beristirahat beberapa saat kemudian di daerah dengan pepohonan dan semak rimbun. Wijaya yang diberikan giliran untuk berjaga karena ternyata sepanjang siang, setelah menyelesaikan tugasnya untuk mengalihkan perhatian, Wijaya ternyata tertidur di dalam kokpit subutai.

Sial, saat-saat seperti inilah yang membuat Lev sangat iri dengan fitur pilot otomatis yang hanya dimiliki subutai dan hoshun milik Sawamura. Tapi biarlah, setidaknya Lev tidak dapat tugas jaga malam karena itu.

Lev meregangkan tubuhnya ketika berhasil keluar dari kokpit. Bertahun-tahun sudah dia menjadi pilot stielkruger, tetapi dia tidak pernah betah jika berada terlalu lama di dalam kokpit. Ruangan sempit itu mungkin memang tidak sepenuhnya dikondisikan untuk manusia.

Dalam konteks ini, artinya Wijaya bukan manusia karena dia sepertinya masih betah saja harus berjaga dari dalam stielkrugernya tanpa harus keluar.

Mereka bergerak kembali saat subuh menjelang. Tidur Lev cukup nyenyak, mungkin karena dia memang merindukan malam-malam di siberia yang sudah lama tidak dia kunjungi. Tidak ada peringatan apapun dari Wijaya sepanjang malam. Lev tidak yakin jika Wijaya tertidur, memang tidak ata musuh, atau musuhnya langsung dihabisi begitu saja dengan efektif.

Kwang memimpin mereka untuk menjauhi pemukiman yang akan dilewati jalan yang menjadi patokan pergerakan mereka. Telah lewat tengah hari ketika Lev sedang iseng memerika semua gelombang komunikasi radio ketika dia mendengar kebisingan.

Seperti sedang ada pertempuran tidak terlalu jauh di sebelah barat laut posisi mereka. Saluran ini sepertinya milik militer Petersburg Siberia.

Di sela-sela itu, melalui saluran radio pada frekuensi khusus, terdengar panggilan dari suara yang mereka kenal.

[Bo...cah...b...ah, k...lian m...sih hidup?]

"Pak tua?" Lev mengernyit. Sedang apa dia di sini? Bukankah dia seharusnya ada di markas divisi kelima siberia?

Tidak lama kemudian Kwang bertanya. [Kalian semua dengar itu?]

"Terakhir dokter bilang aku belum tuli," sahut Lev. "Dan sebelum kau bertanya sepertinya ada pertempuran yang sedang melibatkan militer lokal tidak jauh dari sini."

[Bagus, tuntun kita, Lev, kemungkinan pak tua kita ada di sana. Entah untuk alasan apa.]