webnovel

SINCERE LOVE

Setelah dikhianati oleh Aron, Qiran akhirnya memutuskan hubungan mereka. Tak butuh waktu lama, Alby, pria yang selalu berhasil membuatnya tersenyum, mulai membuka hatinya. Hubungan mereka pun tumbuh, penuh kebahagiaan. Namun, tanpa sepengetahuan keduanya, ayah Qiran—Pak Marco, dan ibu Alby—Bu Melin, ternyata sudah lama saling jatuh cinta dan sepakat untuk menikah. Rencana besar ini akan mereka umumkan pada sebuah makan malam keluarga. Ketika malam itu tiba, Alby dan Qiran yang tengah menikmati masa-masa indah cinta mereka dibuat terkejut. Kabar bahwa ayah atau ibu mereka akan menikah, mengubah segalanya. Apa yang terjadi ketika cinta yang tumbuh di antara mereka kini terancam oleh hubungan baru orang tua mereka? Mampukah mereka menghadapi kenyataan bahwa orang yang mereka cintai mungkin akan menjadi saudara tiri?

Kim_Miso_21 · Urbano
Classificações insuficientes
181 Chs

Anak kecil yang menggemaskan

Waktu sudah hampir siang, terik matahari pun semakin menyengat.

Namun, Qiran masih menunggu sang ayah untuk menjemputnya. Ia bahkan belum makan siang sedari tadi. Karena, ayahnya berjanji untuk mengajaknya makan bersama.

"Ya ampun, Daddy ko lama banget sih! Aku sudah pegal pegal sedari tadi!" cetus Qiran sembari melirik ke arah jam tangannya.

Seluruh mahasiswa di kampus itu, sangat mengenali sosok Qiran yang begitu cerewet dan mudah bergaul. Bahkan, banyak yang mengajaknya untuk pulang bersama. Baik teman laki-laki, maupun teman perempuannya. Akan tetapi, ia tetap menolaknya dengan halus.

Tiitt Tiitt Tiitt

Suara klakson motor vespa berbunyi nyaring, dari arah belakang Qiran. Tidak hanya Qiran saja yang kaget, tetapi semua orang yang berada di depan pintu gerbang itu pun ikut kaget dibuatnya.

"Minggir oyy," ucap Alby dengan sinisnya.

"Eh, Cumi! Biasa aja donk! motor butut gitu aja, masih dipake!" sahut Qiran geram.

Namun, Alby tidak menggubrisnya. Ia langsung pergi meninggalkan Qiran di depan gerbang Kampus itu.

Tidak lama kemudian, mobil ayahnya Qiran pun akhirnya datang untuk menjemputnya.

Pak Seno yang menjadi supir pribadi Ayahnya Qiran, langsung memberhentikan mobilnya, tepat di depan gerbang kampus.

Tanpa basa-basi lagi, Qiran pun langsung masuk ke dalam mobil dengan muka yang cemberut.

Sementara Ayahnya Qiran, masih fokus dengan Handponenya. Ia sedang asyik mengirim pesan bersama Bu Melin. Tanpa ia sadari, jika anaknya, sedang memperhatikan dirinya sedari tadi. Bahkan sapaan Qiran pun ia abaikan. Hal ini, membuat amarah Qiran semakin memuncak.

"D A D D Y," teriak Qiran kepada Pak Marco yang sedang senyam-senyum sendiri.

"Iya Sayang, jangan teriak-teriak donk! Kuping Daddy masih normal nih," ucap Pak Marco yang masih fokus pada handponenya.

"Masih normal apanya? Dari tadi aku sapa Daddy, tapi gak di jawab-jawab!," ucap Qiran ketus.

"Lagian Daddy chat-an sama siapa sih? Serius banget!" tambah Qiran sembari manyun.

"Ehh, kamu jangan kepo yah, pokok nya ini sangat penting bagi hidup Daddy," ucap Pak Marco sumringah.

"Hilih, preet lah!" kata Qiran sambil mengkerlingkan matanya.

Tidak lama kemudian, akhirnya mereka pun tiba di rumah idamannya.

"Tu-tunggu Dad, bukannya kita mau makan bersama yah? ko malah pulang ke rumah?" tanya Qiran keheranan.

"Memangnya Daddy tadi bilang apa? cuma makan bersama kan?" Jawab Pak Marco dengan santai nya.

"Lah, terus kita makan di rumah gitu Dad?" Ucap Qiran menyunggingkan bibirnya.

"Ya iyaa donk, masa mau di kebun! ayo turun lah. Jangan lupa masak makanan kesukaan Daddy, yang enakk!" ucap Pak Marco sembari turun dari mobilnya.

"A-apaa?? aku juga yang masak?" teriak Qiran sambil menyusul Pak Marco ke dalam rumah.

 

\*\*\*\*\*

 

Ckiiittt...

Alby hampir saja menabrak anak kecil yang tiba-tiba hendak mengambil bola di jalan.

Anak kecil itu, seakan ketakutan ketika motor Alby hampir mengena ketubuhnya. Tanpa berpikir panjang lagi, ia langsung turun dari motornya, dan segera menghampirinya.

"Adik, tidak apa-apa kan? ada yang terluka tidak?" tanya Alby sambil mngecek tubuh Anak kecil itu. Ia sangat khawatir dengan keadaan nya. Karena, wajah Anak kecil itu seketika menjadi pucat, hal ini, membuat Alby cemas, takut terjadi sesuatu pada dirinya.

"Tidak Kak! Aku baik baik saja," jawab anak kecil itu gemetaran.

"Oh syukurlah. Oia, ini kamu minum dulu, biar tenang," ucap Alby sembari menyodorkan botol minuman nya.

"Maaf yah, Kakak tidak sengaja. Lain kali, mainnya jangan di jalan, okey!" sambung Alby sambil mengelus-elus rambutnya.

Anak kecil itu, hanya bisa mengangguk kan kepalanya saja. Karena sedang menikmati air minumnya.

Tidak lama kemudian, tiba-tiba segerombolan teman-temannya datang menghampiri mereka berdua.

Serta menanyakan situasi keadaan Anak kecil itu. Untungnya Anak kecil itu tidak apa-apa, hanya saja, ia kaget dengan apa yang telah terjadi barusan. Akhirnya, Alby sudah bisa meneruskan perjalanan pulangnya. Namun, tiba-tiba salah satu teman Anak kecil itu memanggilnya.

"Kak, jangan asal pergi aja donk! Kakak sudah hampir menabrak teman kami!" teriak salah satu teman Anak kecil itu. Seorang Anak perempuan cantik yang paling berani diantara mereka.

Yang tadinya Alby sudah naik motor, terpaksa harus turun lagi dan berkata, "Iya Sayang, maafin Kakak yah, tadi juga udah minta maaf ko sama teman kamu, dan juga dia tidak kenapa-kenapa, iya kan Dik?" ucap Alby sambil menoleh ke Anak kecil tadi.

Dan Anak kecil itu, hanya bisa menganggukan kepala saja.

"Tuh kan! jadi, Kakak boleh donk pergi lagi? Boleh ya boleh? please," ucap Alby memohon kepada Anak perempuan yang juteknya persis seperti Qiran.

"T i d a k b o l e h!" ucap nya ketus sambil menggelengkan kepalanya dan mendekapkan tangannya di depan dada.

Sementara, Anak-Anak yang lain saling berbisik, dan menyolek-nyolek Anak perempuan itu, seolah mereka bekerja sama dalam aksinya yang merumitkan Alby.

"OMG, kenapa aku malah bertemu dengan anak semacam ini! Mati lah aku!" ucap Alby dalam hatinya.

"Terus Kakak, harus bagaimana donk? Masa tidak boleh pergi?" ucap Alby mengkerutkan dahinya.

"Belikan Kita es cream dulu, baru Kakak boleh pergi!" ucap Anak perempuan itu dengan pedenya.

"Hanya itu?" ucap Alby mengkerlingkan matanya.

"Iya,"

"Okelah, joom kita berangkatt," ucap Alby girang.

"Horee!" teriak mereka dengan serempak.

Alby pun langsung membelikan mereka es cream sebanyak yang mereka mau. Mereka pun sangat senang dan puas. Bahkan mereka meminta kepada Alby, agar sering-sering membelikan es cream untuk mereka, dan Alby pun menyetujuinya.

Entah kenapa, melihat mereka bahagia, Alby pun ikutan bahagia. Padahal mereka sudah memeras kantong saku Alby, namun hal itu tidak di permasalahkan olehnya. Yang penting bisa membahagiakan anak kecil itu. Karena, ia sangat suka dengan anak kecil, apalagi anak kecil seperti mereka yang lucu dan pemberani.

"Kakak yang ganteng, makasih ya udah dibelikan kita es cream," ucap Anak kecil yang tadi hampir ia tabrak.

"Iya, sama-sama, kalau cuma minta dibelikan es cream sih, Kakak sanggup, tapi jika kalian minta dibelikan kapal Dewa Ruci, sungguh Kakak tidak sanggup. Lebih baik Kakak push up 7 hari 7 malam deh, he he," canda Alby sembari makan es cream bersama mereka.

Hampir 4 jam lamanya mereka bercengkerama, seakan-akan enggan untuk berpisah. Mereka sangat menyukai sosok Alby yang begitu baik dan humoris. Mereka juga saling memperkenalkan diri satu sama lainnya.

Karena hari sudah semakin sore, Alby terpaksa pamit untuk segera pulang dan ia berjanji kepada mereka, akan bertemu sesering mungkin, di waktu yang sama dan di tempat yang sama pula.

Alby juga berjanji kepada mereka, untuk mengingat nama-nama mereka, terutama Defan dan Khansa. Yang super imut dan lucu.

 

\*\*\*\*\*

 

Kring kriing kriing ...

Suara handpone Qiran berbunyi terus sedari tadi. Sementara, orangnya sedang sibuk memasak di dapur. Pak Marco yang mengetahui hal itu, merasa risih. Dan langsung saja ia mengangkatnya.

"Wow, My Lovely!" ujar Pak Marco terkejut.

Lalu, ia mengangkat telepon itu, namun tiba-tiba si penelepon mematikan handponenya.

Tuutt...tuutt...

"Yey, malah di matikan."

Pak Marco tidak menyangka, jika selama ini, anaknya sudah mulai berani menyembunyikan sesuatu kepada dirinya.

Pak Marco bingung, Entah harus senang atau marah, karena itu hak putrinya. Namun, ia kecewa karena merahasiakan ini darinya.

Tiba-tiba, Qiran berteriak memanggil Pak Marco dari dapur.

"Daddy ! makanan nya sudah siap!"

"Oh, okey!" ucap Pak Marco sambil berjalan menuju ke ruang makan.

"Sayang, nih tadi ada telepon, tapi pas Daddy angkat teleponnya, dia langsung mematikan nya," ucap Pak Marco sembari menyodorkan ponselnya Qiran.

"Hah, Aron?" ucap Qiran sambil membelalakan matanya.

*

*

*

BERSAMBUNG...

Jangan lupa tinggalkan jejak kalian ya dan like serta lope lopenya teman-teman. Nanti aku pasti akan mampir balik ^^

Selamat membaca ^^