Nizar telah selesai dari shallatnya. Ia pun sudah berada di dalam Salon.
Sekarang Nizar sedang duduk santai di Sofa panjang tempat para customer menunggu antrian perawatan yang berada di depan ruangan kasir. Terlihat sangat tampan, manis dan kalem.
("Hm, Tumben amat ada anak creambath tapi pakaiannya branded semua. Mau nyaingin gw?"). Somel sambil berjalan melewati Nizar tanpa menyapa. Terlihat sangat sinis lirikkan matanya.
Somel adalah seorang Pria berusia 40 Tahun, suka menggunakan short pants dan kaos polos pendek berwarna-warni.
Seketika Nizar pun langsung menatap Somel yang barusan berjalan melewati di depannya. Selama satu bulan Nizar di pindahkan ke Cabang Salon Mall Kuno tersebut, Nizar baru melihat kebeadaannya Somel.
("Ini kali ya orang yang pernah di omongin sama orang kantor gw itu?") Nizar sambil menatap ke arah Somel.
("Ah, bodo amat. Sama sekali gw gak merasa takut sama dia. Coba aja kalo berani, Gw langsung cabut dari sini.") Gerutu Nizar.
BRAK!!! Somel menaruh Tas dan membuka uang puluhan Juta dari Tas tersebut di atas meja kaca salon sambil mendaratkan bokongnya di kursi tamu salon yang berada di belakang ruangan kasir.
"Heh! Sini!" Somel memanggil Nizar ngegas.
Nizar berdiri lalu berjalan menghampiri Somel.
"Iya kak?" Ucap Nizar dengan nada keramahannya.
"Pijitin badan gw?" Pinta Somel.
"Sebentar ya kak? Gw ke belakang dulu?" Ucap Nizar.
"Mau kemana lu?" Tanya Somel.
"Sebentar koq kak." Ucap Nizar.
Nizar segera berjalan ke gudang salon. Nizar membuka lokernya.
"Enak saja maen ngatur-ngatur gw? Sesama babu saja belagu. Berapa sih omsetnya dia, sampe di pertahanin sama orang kantor gw." Gerutu Nizar sambil mengambil uang dari tasnya. Nizar berdiri lalu berjalan menghampiri Novi yang sedang berdiri membilas rambut Customer-nya di ruangan tempat pencucian rambut.
"Beib, gw istirahat duluan ya? Kalo nanti mau istirahat, nyusul saja." Nizar berbisik kepada Novi.
"Oke beib, nanti gw nyusul." Ucap Novi.
Nizar segera berjalan ke Kasir. Somel memperhatikan Nizar dari cermin dengan raut wajahnya yang sinis.
"Mak, gw istirahat ya? Jam tigaan mau ada customer gw yang mau datang." Ucap Nizar kepada supervisornya.
"Ya udah sana." Ucap Supervisornya.
Nizar segera berjalan cepat keluar dari salonnya.
"Sialan, tengil juga ini anak. Belum tahu apa siapa gw." Gerutu Somel yang melihat Nizar berjalan keluar dari Salon.
Sambil berjalan sedikit cepat menuju kantin yang ada di luar Mall Kuno, Nizar menggerutu.
"Marah-marah deh tuh orang ke gw. Gw mau liat, sejauh mana Somel itu berani ke gw. Sengaja gw pancing biar dia marah ke gw."
"Tim-art sih Tim-art, tapi gak usah kayak gitu juga kali."
"Orang kantor gw juga aneh, bisa-bisanya mempertahankan orang yang seenak udelnya kayak gitu. Masuk seenaknya, pakai pakaian pun gak ngikutin SOP."
*
***
Kini Nizar sudah berada di depan kantin. Nizar segera menaiki tangga lalu mendaratkan bokongnya di kursi ujung kantin lantai atas. Nizar langsung membakar rokoknya.
"Sendirian Zar?" Ucap koki Sop Buntut sambil mendaratkan bokongnya dikursi berhadapan dengan Nizar.
"Iya sendirian. Novi masih di dalam." Ucap Nizar sambil menghembuskan rokoknya dengan santai.
"Mau di buatin sekarang apa nanti Zar?" Ucap koki.
"Nanti saja Mas, kalo Novi sudah whatsapp ke gw. Katanya sih bentar lagi juga dia selesai dan mau nyusul." Ucap Nizar.
"Oooh, ya wes lah.." Ucap Koki.
DEG! Jantung Nizar berdebar cepat saat Ia melihat Ardi sedang mendaratkan bokongnya di kursi kantin yang kemarin.
Ardi duduk dengan posisi kedua tangannya yang di taruh di atas meja sambil memainkan ponselnya. Terlihat sangat cool, kalem dan sangat manis.
("Kenapa sih aku harus bertatapan lagi sama dia?") Nizar sambil menghembuskan rokok menatap ke arah Ardi.
("Please deh Ardi jangan duduk disitu kek. Kalo bisa lo melambai di depan gw, biar gw ilfill.") Gumam Nizar dengan suasana jantungnya Nizar yang terus berdebar.
Hatinya Nizar sudah benar-benar klepek-klepek kepada Ardi, karena Ardi terlihat sangat cool, kalem, santai, ramah, tampan dan manis. Apalagi jikalau Ardi sedang tersenyum, lesung pipi bersama dengan bibir tipisnya yang hampir sama dengan bibir tipisnya Nizar tersebut yang membuat Nizar jatuh hati kepada Ardi.
"Mas, duduk di depan gw please?" Pinta Nizar kepada koki sop buntut.
"Kenapa emangnya Zar?" Tanya koki.
"Tidak apa-apa." Ucap Nizar.
Koki menengokkan wajahnya ke arah belakang karena menyadari Nizar selalu menatap ke arah orang yang berada di belakangnya. Setelah menengok ke arah belakang, koki baru menggeser duduknya.
("Mati deh hidup gw, kalo harus ketemu sama dia terus.") Nizar sambil menghembuskan rokok.
KRING!!
Ponsel Nizar berdering. Nizar segera mengambil Ponselnya yang ditaruh di atas meja kantin.
📱Nizar: "Iya beib?"
📱Novi: "Beib, tolong pesenin Sop Buntut tiga sama es teh manisnya tiga ya beib?"
📱Novi: "Sekarang gw sedang berjalan menuju ke Kantin."
📱Nizar: "Oke."
Telepon telah di tutup.
Nizar segera menaruh kembali Ponselnya diatas meja kantin.
"Mas, tolong bikinin 4 Sop Buntut sama sekalian tolong pesenin minuman es teh manlisnya 4 ya mas?" Pinta Nizar kepada koki.
"Itu saja Zar?" Tanya koki sambil mendirikan badannya.
"Iya itu saja." Ucap Nizar.
Koki segera berdiri lalu berjalan masuk ke warungnya untuk membuatkan Sop buntut.
Nizar kembali menatap ke arahnya Ardi. Ardi sedang makan Mie Ayam. Terlihat bibir tipisnya yang sangat manis sambil sesekali lidahnya menjilat bibir tipisnya sendiri.
("Ardi, ardi. Lo harus tanggung jawab sama gw Ardi? Karena lo udah membuat jantung gw merasa panik kayak begini. Huuuh!!") Nizar menatap Ardi sambil menghembuskan rokok dengan santai.
("Eh bentar-bentar? Novi minta di pesenin Sop Buntut tiga buat siapa saja? Buat Apri? Terus yang satunya buat siapa?") Nizar mendadak mengingat pesanannya Novi.