webnovel

BP 3

Allcia terkejut mendapati Pria lain berada di kamar Aldrich, tak hanya itu Edrich pun tak kalah terkejut,

"MOMYYYYYYY DADYYYYYYYY, ALDRICH MENGENCANI SEORANG WANITAAAAAAAAAAAAA"

●●●●●

"Shit!! "

Mendengar teriakan si bontot Aldrich langsung berlari meninggalkan kedua orang tuanya yang saat ini tengah menatap bingung ke arah nya, mereka yang tersadar akan ucapan Edrich pun segera bergegeas menyusul si sulung yang ketahuan membawa pulang seorang wanita.

"Keluar dari kamar ku Edrich!!! Sekarang!! "

Teriak nya seperti orang kesetanan, dilain sisi Aldrich sempat tertegun melihat gadis cantik di depan nya,

"Sial aku menarik ucapan ku, gadis ini luar biasa" ungkap nya dalam hati,

"Berhenti memandang nya kakak ku dia tidak akan lari kemana - mana. Tapi mungkin dia akan lebih terpesona dengan ku daripada dengan wajah triplek seperti mu"

Aldrich menatap tajam adiknya, saat hendak membalas ucapan nya tiba - tiba kedua orang tua nya telah berdiri di depan pintu kamar nya, Aldrich menyugar kasar rambutnya.

"Thanks god! Aku yakin ini akan memanas gara - gara bocah sialan itu"

Aldrich tak henti - henti nya menggerutu,

"Siapa gadis ini sayang? "

Terdengar suara lembut Laurel, Laurel terlihat begitu bahagia melihat wanita cantik yang begitu polos kini tengah mematung menunduk ke bawah dengan meremas kedua jari - jari nya, menandakan sang empu nya sedang sangat gugup.

"Oh ayolah jangan menghakimi ku, dia hanya gadis sampah yang ku pungut karena orang tua nya mempunyai banyak hutang dan dia tidak bisa membayarkan nya" 2

Jawab nya santai, sedangkan Tomy, Laurel dan Edrich melotot kan mata nya tak percaya akan ucapan kasar yang keluar dari bibir Aldrich. Seketika mereka bertiga mengomel i Aldrich habis - habis an bahkan Aldrich sudah menerima satu bogem mentah dari sang ayah,

"Jaga mulutmu Aldrich Dellano!! Sejak kapan mulutmu sekotor itu hah!! " Ucap Ayahnya.

"Aldrich!!! " Bentak Laurel.

"Kau gila brengsek, kau tidak pernah berubah! "

Edrich yang terkenal humoris dan tidak pernah marah, tiba - tiba saja memaki kakak nya, dan tanpa di duga pria tampan itu menarik tangan Allcia dan membawa nya keluar dari kamar Aldrich.

"Ayo ikut aku!"

Allcia hanya pasrah, Aldrich memang benar dirinya hanyalah sampah yang tidak berguna. Dia sama sekali tidak marah karena dia tau itu akan terjadi, tinggal dengan seorang petinggi besar karena tidak bisa membayar hutang, dan itupun menjadi seorang pembantu dia sudah menebak hidupnya akan benar - benar penuh tantangan ke depan nya.

Tanpa sadar Edrich membawa Allcia ke Taman belakang mansion, dia memerintahkan Allcia untuk duduk. Edrich merasa tidak enak karena Allcia hanya menundukkan kepala nya.

"Tatap aku, kenapa kau terus saja menunduk"

Allcia memberanikan diri menatap Edrich, tatapan nya terkunci pada mata abu - abu di depan nya, begitu Indah dan terlihat penuh Kasih sayang.

Edrich pun mematung melihat gadis di depan nya, dia tidak menolak pesona Allcia bahwa gadis itu benar - benar cantik meskipun tidak menggunakan Make up tebal seperti jalang - jalang di night club favorite nya.

"Ehm.. Maaf kan kakak ku" Ucap nya memecah keheningan yang sedari tadi menyelimuti mereka berdua.

"Untuk apa? Aldrich tidak salah, dia benar aku hanya gadis sampah"

Tak terasa air mata Allcia menetes, Edrich pun dengan sigap mengusap air mata Allcia dengan ibu jari nya,

"Sudah jangan menangis, aku akan menjaga mu. Aku tidak akan membiarkan Aldrich menghinamu lagi, apa dia melakukan hal - hal lain yang membuat mu sakit hati?"

"Tidak, em bolehkah aku tau namamu? "

Terlihat lelaki tampan itu menepuk jidat nya,

"Oh astaga aku lupa, aku Edrich Dellano. Panggil saja Edrich, atau Ed, atau sayang atau honey atau bahkan husband"

Ucap nya lengkap dengan kekehan yang keluar dari bibir seksi nya, Allcia membeku,

"Astaga dia sangat tampan, apakah Aldrich juga setampan dia ketika lelaki itu tertawa? Ah rasanya tidak mungkin, jangan kan tertawa. Tersenyum tipis saja tidak pernah"

Saat dia sibuk dengan pikiran nya, Edrich dengan jahil nya meniup mata Allcia hingga membuat gadis itu mengerjap kan mata nya berkali - kali, tawa mereka pun pecah.

"Dan kau Putri cantik, siapa namamu? "

Allcia terkekeh mendengar ucapan Edrich, pria itu benar - benar membuat nya sakit perut.

"Aku Allcia Rodriguez, panggil saja-"

"Sweetie, ya aku akan memanggilmu Sweetie "

Allcia menganga mendengar penuturan Edrich, selain humoris dia juga pemaksa.

"Kenapa kau memanggilku begitu? Itu sangat tidak sopan Ed"

"Ouh kau begitu senang rupa nya, iya iya aku akan selalu memanggilmu sweetie"

Allcia benar - benar kehabisan akal menanggapi Edrich hingga akhir nya lelaki itu merengek kepada Allcia,

"Sweetie aku lapar, ayo kita makan"

"Kau ingin makan apa Ed? Aku akan memasakkan sesuatu untukmu"

Lelaki tampan itu tampak sedang berfikir,

"Aku ingin... Ah omlete saja lebih cepat dan aku ingin minum susu"

Dia menunjukkan seringai mesum andalan nya dan menatap dada gadis itu, berniat menggoda nya tapi yang di dapat Edrich adalah cubitan keras tepat di lengan nya.

"Awwhhh All ini sakit"

Ucapnya meringis menahan panas akibat cubitan Allcia,

"Upss maaf aku sengaja Edrich"

Kekehnya lalu berlari masuk kedalam mansion, gadis cantik itu bergegas ke dapur.

"Nona kenapa anda disini? Apa anda butuh sesuatu? " tanya salah satu maid yang ternyata bernama Clark.

"Jangan memanggilku Nona bi, aku tidak pantas mendapat panggilan itu"

Ucapnya dengan ramah. Tak lama setelah itu Edrich datang dan langsung memeluk Allcia dari belakang, Allcia terkejut bukan main dan kembali melayangkan tangan nya mencubit tangan pria tampan itu.

"Kau selaku seenak nya Ed, bagaimana kalau ada yang melihat"

Raisa pun meninggalkan tuan muda nya bersama dengan gadis yang baru kemarin dibawa tuan nya, melihat kedekatan nya dengan para atasan nya membuat wanita itu turut menghormati Allcia.

"Allcia astaga ini sakit, aku bahkan hanya memelukmu"

"Aku tidak terbiasa Ed"

Edrich mendengus kesal dan menarik Allcia ke dapur,

"Sekarang ayo buatkan makanan untukku, dan satu lagi kau harus terbiasa dengan sikap ku karena kau sudah ku anggap sebagai teman ku, sahabat ku, kakak ku, adikku dan lain - lain"

Allcia tertawa geli mendengar penuturan Edrich, gadis cantik itu hanya bergumam tanpa mau meladeni ucapan si bontot,

Tanpa mereka sadari, sedari tadi ada seseorang yang menggeram menahan amarah karena kedekatan kedua nya,

"Kau akan menerima akibat nya Jalang!! "

●●●●●