webnovel

BP 4

Allcia merasa sangat senang dengan kehadiran Edrich di mansion besar itu, seolah ia mendapatkan teman baru yang begitu menghargai nya meskipun dia dan Edrich sangat berbeda dari segi manapun. Selesai dengan kegiatan nya dia hendak pergi ke kamar Aldrich untuk mengambil semua baju dan koper nya, dia berencana ingin pindah ke kamar maid karena dia memang berada di situ dengan status pelayan.

Saat dia memasuki i kamar Aldrich, yang ada hanya kegelapan dan keheningan, dia berjalan hendak menyalakan saklar lampu. Tapi tiba - tiba lampu menyala terang dan terlihat Aldrich yang saat ini menatap nya tajam dengan kedua tangan yang disilangkan di depan dada.

"Selesai bermain - main dengan adik ku jalang? "

Deg.

Allcia terpaku mendengar kata kasar yang keluar dari mulut Aldrich, baru kali ini dia benar - benar diolok - olok dan itupun dilakukan oleh orang asing,

"Jaga ucapan mu tuan, meskipun aku berada disini dengan status pelayan. Kau tidak berhak mengklaim diriku sebagai jalang, dan apa yang kau ketahui tentang ku? Bahkan aku dan Edrich tidak melakukan apapun!! "

Jawab nya berapi - api, Aldrich tersenyum sinis mendengar ocehan gadis di depan nya. Entah mengapa dia begitu benci melihat gadis itu berdekatan dengan adik nya, cemburu? Aldrich menolak mentah - mentah ungkapan menjijikkan itu dalam hati nya.

Lelaki tampan itu dengan santai nya berjalan mendekati Allcia yang tengah menatap nya tajam, dia mencengkram kuat rahang Allcia hingga gadis itu mengaduh kesakitan.

"Jangan coba - coba melawan ku!! Kau hanya pelayan disini. Seharusnya kau berterimakasih padaku karena tidak sekalian membunuh gadis jalang seperti mu!! "

Tak terasa air mata Allcia menetes, Aldrich langsung melepas cengkraman nya dan mengusap kasar wajah nya,

"Gadis sialan!! Keluar dari kamar ku dan bawa semua baju - baju butut mu itu"

Dengan tangan bergetar Allcia mengambil koper nya dan membawa nya keluar, air mata masih Setia menemani nya. Dia seolah membenci hati nya karena telah menyukai lelaki dingin nan kejam itu hanya dalam pandangan pertama.

Selepas Allcia keluar, Aldrich tak henti - henti nya memikirkan gadis itu.

"Apa aku begitu kasar dengan nya? Apa aku tidak memiliki hati? Tidak tidak, dia pantas mendapat kan nya. Dia memang gadis sampah yang tidak tau di untung"

Dilain sisi, Edrich yang hendak berenang tertegun melihat Allcia yang membelakangi nya, bukan Allcia yang membuat nya terdiam, tetapi bahu gadis itu bergetar hebat menandakan sang empu nya sedang menangis, tanpa fikir panjang Edrich langsung menghampiri Allcia.

Dia memegang bahu gadis itu dan membalikkan tubuh nya agar menghadap ke arah nya.

"Allcia hey, kau kenapa? "

Melihat tangis Allcia, Edrich pun menarik gadis cantik itu kedalam pelukan nya, dia mengeratkan pelukan nya kepada Allcia seolah memberi kekuatan pada gadis itu.

"Hikss,, aku memang gadis tidak tau diuntung Ed hikss.. "

Sekarang Edrich tahu apa yang membuat gadis cantik itu menangis. Ternyata biang kekacauan ini adalah kakak nya sendiri Aldrich Dellano, si Billionaire tampan yang terkenal kejam dan Arogan itu.

"Aldrich?"

Mendengar nama itu membuat Allcia melepas pelukan nya, dia menatap Edrich lama dan dia menganggukkan kepala nya,

"Aku memang gadis miskin yang tidak mempunyai apapun Ed hikss.. Tapi setidak nya akh masih punya harga diri hikss hikss.. "

"Sudahlah sweetie, Aldrich memang seperti itu dengan orang baru. Tapi percayalah dia begitu sangat baik dan menyenangkan jika kau sudah mengenal nya"

Allcia menganggukkan kepala nya, dia berniat menyudahi percakapan ini. Semua yang berkaitan dengan Aldrich membuat gadis itu merasa sakit.

"Kau ingin kemana? Heum? "

Allcia mengusap sisa air mata nya, dia tersenyum dengan sangat manis.

"Aku akan memindahkan semua barang ku ke kamar para maid, aku disini sebagai pelayan Ed. Apa kau tidak malu berteman dengan ku? "

Edrich terkejut mendengar penuturan Allcia.

"What the hell!! Kau tidak boleh pindah ke kamar para maid sweetie, kau akan tidur di kamar tamu"

"Tapi Ed ak-"

"Jangan membantah ku, mansion ini. Mansion ku juga jadi aku bebas memperlakukan teman ku, dan kau tidak akan aku izinkan menjadi pelayan, kau bebas tinggal disini okay"

Allcia tertegun, lelaki di depan nya. Dia juga sangat tampan, sikap dan sifat nya jauh lebih menyenangkan daripada kakak nya, dia juga begitu baik dan yang paling penting dia sangat menghargai Allcia sebagai wanita. Tapi entah mengapa hati Allcia seolah mati dan lebih memilih si pria brengsek yang sialan nya sangat mengganggu pikiran nya.

"Terimakasih Ed, tapi aku tahu diri aku disini karena ingin membayar hutang kedua orang tua ku"

"Aku yang akan membayar seluruh hutang mu pada Aldrich sweetie"

Allcia terkejut mendengar penuturan Edrich, yang benar saja. Hutang nya sangatlah banyak dan Edrich dengan gamblang nya menawarkan diri akan membayarkan hutang nya.

"Kau gila Ed? Hutang kedua orang tua ku tidak lah sedikit, kau tau 200 juta Ed"

"200 juta tidak ada apa - apa nya bagiku All, yang terpenting adalah kau tidak ku perbolehkan melakukan pekerjaan maid, lihat ini black card ini berisi trilliunan uang, aku akan memberikan nya pada Aldrich untuk pelunasan hutang mu okay" 1

"Tidak - tidak Ed aku tidak mau, kau ini bagaimana bisa dengan enteng nya berkata seperti itu, 200 juta itu uang Ed bukan daun. Kau bekerja susah payah dan sekarang kau memberikan nya secara cuma - cuma pada ku? Kah benar - benar gila"

Edrich menggelengkan kepala nya, dia mendekati Allcia dan mengeluarkan satu buah gold card,

"Ini berisi 500 juta, aku berikan khusus untuk mu, aku sudah memindahkan nama nya menjadi atas namamu, kau bisa gunakan untuk memenuhi segala kebutuhan mu disini dan-"

"Untuk apa kau melalukan itu untuk gadis sampah ini Ed, buka matamu. Dia hanya berakting untuk mendapat belas kasihan mu, sekali jalang tetap jalang"

Tiba - tiba Aldrich datang dan langsung menyambar dengan ucapan - ucapan pedasnya. Allcia pun hanya menundukkan kepala, melawan Aldrich sama saja meminta siksaan.

"Jaga bicara mu Ald!! "

Edrich menggeram marah mendengar ucapan kakak nya, begitupun Aldrich baru kali ini dia melihat amarah Edrich yang keluar dengan berapi - api. Terlihat dari mata adiknya yang menatap nya tajam dan tangan nya yang mengepal kuat.

"Apa hah??!! Pergi dari sini jalang, dasar wanita sampah tidak tau diri. Aku sudah berbaik hati membawa mu kesini, sudah seharusnya kau bersyukur karena aku tidak membunuh gadis sialan seperti mu, dan dengan lancang nya kau justru menggoda adikku"

"TUTUP MULUT SIALAN MU ALDRICH!!"

Bugh..

Edrich terkejut dengan tindakan spontan nya, dia mematung di tempat nya.

"Ald - Aldrich maafkan ak.. Aku Ald"

Satu bogem mentah mendarat mulus di rahang kokoh Aldrich, membuat sang empunya mengeluarkan darah segar dari sudut bibir nya. Aldrich tidak membalas nya dia menatap tajam lelaki yang berstatus sebagai adik nya itu, dan berlalu begitu saja meninggalkan kedua orang yang tengah mematung karena kejadian tak terduga itu.

Edrich menatap nanar tangan nya, dia begitu menyesal tidak bisa mengontrol emosi nya, apalagi sampai memukul kakak nya sendiri. Edrich pun berlari menyusul Aldrich, melupakan Allcia yang kini tengah mengeluarkan air mata, dia sadar ini semua karena ulah nya.

Edrich tiba di depan pintu kamar Aldrich, tanpa mengetuk nya terlebih dahulu Edrich masuk begitu saja dan mendapati kakak nya tengah berdiri di balkon kamar nya. Edrich pun berdiri di samping kakak nya,

"Maaf kan aku Al, aku tidak bermaksud memukul mu sungguh"

Aldrich tetap tak bergeming, dia hanya menatap sekilas adik nya tanpa berniat menjawab.

"Aldrich kumohon maaf kan aku,, ALDRICHHHHHHHH!! "

Teriak nya frustasi, sungguh dia tidak pernah di diamkan oleh Aldrich sejak kecil. Itulah mengapa dia begitu kalut ketika kakak nya marah pada nya dan mendiamkan nya.

"Untuk apa kau lakukan semua itu heh? untuk gadis sialan tak berguna itu iya?, kau sudah membuang uang dan-"

"Karena aku mencintai nya Ald, Aku mencintai Allcia Rodriguez!! "

Blamm...

******