Reista membuang nafasnya kasar saat sudah duduk didalam taksi, ia menyeka keringat didahinya. jalanan menuju sekolah Renandra akan memakan waktu sekitar 20 menit dari kantor Ramelson. namun sepertinya akan ada sedikit kemacetan, mengingat waktu sudah hampir jam makan siang.
Perut Reista memang sudah sedikit lapar saat ini, nafsu makannya bertambah semakin hari. ada apa sebenarnya dengan tubuhnya sendiri? apa dirinya punya suatu penyakit?
Terkadang mual, nafsu makan bertambah, belum lagi dirinya yang semakin hari semakin manja dengan Ramelson.
Tapi sekarang pasti Ramelson sedang tidak ingin berada didekatnya, disisi Ramelson sudah ada andine. tidak bukan andine, lebih tepatnya kembaran andine.
Reista melihat keluar jendela, benar perkiraannya. jalanan sedikit macet.
Reista mengeluarkan handphonenya dan menekan nomor ibu mertuanya, nyonya gornio.
sambungan terhubung, dering pertama tidak ada jawaban. Reista mencoba untuk kedua kalinya. masih tidak ada jawaban.
dimana ibu mertuanya saat ini? sepertinya dia juga sibuk.
Renandra tidak membawa ponsel saat sedang sekolah, itu peraturan yang ada didalam sekolahnya. bodohnya Reista juga tidak punya nomor wali kelasnya Renandra yang sekarang.
Renandra akan menunggu lama, ini sudah waktunya ia pulang sekolah. namun jarak yang harus ditempuh Reista masih jauh. tadi pagi memang Reista sudah berjanji untuk menjemput Renandra, anak itu pasti menunggunya.
"pak, apa tidak ada jalan lain agar bisa cepat sampai?" Reista bertanya tanpa melihat kearah sang supir.
"ada nyonya, tapi melewati gang kecil. apa Nyonya tidak keberatan?" suara berat yang membuat bulu kuduk Reista sedikit berdiri. sang supir ini seketika membuat suasana mencekam hanya dari suaranya. Reista memberanikan diri melihat kewajah sang supir. namun wajahnya tertutup oleh topi yang dia pakai.
"baiklah, tak apa. yang penting saya bisa sampai ketempat tujuan dengan cepat". Reista menghela nafasnya lagi, walaupun dalam hatinya ia sedikit takut akan sesuatu yang terjadi nanti. namun yang ia pikirkan saat ini hanya anaknya Renandra.
Reista melihat jalanan yang memang cukup sepi di pusat kota seperti ini, gang gang kecil yang kanan kirinya berjejer tembok pembatas. Reista tidak pernah tau ada jalanan seperti ini.
Sekali lagi melirik kearah sang supir, gelagatnya tidak ada mencurigakan sama sekali. namun jantung Reista sudah berdetak tak karuan saat ini..
Bagaimana ini? apa dia saat ini sudah diculik secara tidak langsung?.
tapi kenapa? apa salahnya? bahkan Reista tidak pernah merasa punya musuh sama sekali.
"emmm pak, apa jalannya masih jauh? saya hanya melihat jalanan sepi dan tembok saja" Reista berucap sepelan mungkin. gemetar di mulutnya sengaja ia tahan agar sang supir tidak berpikir bahwa Reista sedang ketakutan saat ini.
" satu jalur lagi nyonya, kita akan keluar dari gang ini". Reista mengangguk saja atas jawaban supir itu.
Reista mencoba sekali lagi menelpon ibu mertuanya, dan memberika lokasi Reista saat ini. setidaknya jika ia kenapa napa, Reista sudah memberitahu ibu mertuanya jalan mana yang ia lalui.
Hatinya mulai tidak tenang, karena sekarang yang dilihatnya adalah pepohonan yang tinggi
"pak, apa kita tidak salah jalan? mengapa kita ada di hutan seperti ini?".
"sebentar lagi kita sampai nyonya, Nyonya tenang saja".
Reista mengangguk lagi, tanganya benar-benar gemetar. ia melihat handphonenya. sudah tidak ada sinyal disekitar sini, berarti ini sudah jauh dari jangkauan pusat kota. Reista yakin ia diculik, tapi mengapa ia menculik Reista? ahh, mungkin karena pakaian, tas mahal,dan perhiasan yang Reista pakai saat ini. Reista hanya memijit kepalanya pelan, ia ingin berusaha setenang mungkin. namun pikirannya benar-benar kacau.
ingin berteriak? siapa yang akan mendengarkan Reista ditempat seperti ini?,.
"pak, sepertinya kita dijalan yang salah. bapak kenapa membawa saya ketempat seperti ini? bapak ingin menculik dan merampok semua harta saya?" sang supir diam saja saat Reista berbicara dengan lantang, Reista yang memang diburu waktu untuk bertemu anaknya dan malah dibawa ketempat seperti ini menjadi geram.
"pak jika memang bawa ingin barang-barang saya. saya bisa berikan secara sukarela, tapi tolong kembalikan saya dijalan tadi sebelum kita masuk gang. saya akan berikan dan tidak akan mengadukan hal ini kepada pihak berwajib, apa bapak disuruh seseorang untuk Melakukan ini kepada saya? kalau iya, saya bisa berikan dua kali lipat dari yang ia berikan kepada bapak!. tapi tolong kembalikan saya ketempat tadi!!". Reista mencoba untuk membuka pintu taksi dengan kasar, namun memang terkunci.
Tidak ada suara dari sang supir, yang membuat emosi Reista meninggi. ingin rasanya Reista memukul kepala sang supir dan menjambak rambutnya.
Namun sebelum itu Reista lakukan, Reista merasa kepalanya seperti berputar dan pandangan didepannya buram.
"pak, bisakah kembalikan....".
"kita sudah sampai nyonya" perkataan Reista terpotong oleh ucapan sang supir, Reista melihat kesekeliling dan ternyata ia berada di belakang halaman sekolah Renandra. Reista bahkan dapat melihat Renandra yang sedang menunggunya bersama beberapa teman sekolahnya.
Reista memegang jantungnya pelan, apa ini? ia merasa sangat konyol karena menuduh sang supir ingin menculiknya.
Reista buru-buru membuka tasnya dan memberikan ongkos taksi dua kali lipat dari harga normal. Reista keluar tanpa mengatakan apa apa lagi. wajahnya cukup malu, namun Reista yakin sekali, supir taksi tadi sengaja membuat Reista ketakutan.
apa motifnya? jika ia memang tidak punya motif tersembunyi, ia akan menjawab saat Reista menuduhnya yang tidak benar.
Reista melihat sekilas senyum mengerikan sang supir taksi yang sudah berlalu dengan mobilnya. Reista mencoba untuk merapikan rambutnya dan berjalan kearah Renandra.
"Mommy!" Renandra yang melihat Reista datang, berteriak kegirangan. Reista memeluk anak laki-lakinya itu dan mencium keningnya pelan.
"Renand kenapa ada ditaman belakang sekolah? disini cukup bahaya kalau renand sendirian".
"Renand tidak sendiri Mom, tadi aku membantu temanku mencari bukunya yang hilang saat jam pelajaran olahraga, kami mencarinya setelah pulang sekolah. bukunya ketemu dan Mommy juga sudah datang. tapi kenapa Mommy datang dari arah sana?" Renandra menunjuk jalanan setapak yang memang hanya bisa dilewati satu mobil. Reista baru tau jika ada jalanan seperti ini disekolah mewah anaknya.
"supir taksi tadi memberikan jalan pintas, karena jalan utama sangat macet nak".
"jalan pintas Mom? setau Renandra, disana hanya lahan observasi dan kebun mawar. tidak ada jalan tembus atau semacamnya".
"memang kau sering kesana?" tanya Reista penasaran.
"setiap pelajaran biologi, kami selalu kesana mom. karena disana ada banyak tumbuhan yang bisa diobservasi kata guruku".
"ohh begitu, mungkin tadi sang supir memutar jalan nak. jadi kami bisa sampai dihalaman belakang". Renandra mengangguk saat Reista memberikan jawaban terakhir dari percakapan mereka berdua.
Reista mengajak Renandra untuk ke gerbang depan mencari taksi untuk pulang, seingat Reista dirinya tidak pingsan atau semacamnya tadi, tapi kenapa ia tidak mengingat kenapa ia bisa berada di halaman belakang bersama sang supir? yang dia ingat, dia berada di hutan tanpa sinyal.
jalanan ke depan gerbang sekolah Renandra juga sudah sepi, Reista tidak tau kemana dua teman Renandra tadi.
"nak, kenapa sekolahmu sudah sangat sepi? apa kalian pulang cepat tadi?".
"kami pulang di jam seperti biasa Mom, Mommy saja yang menjemput aku sangat lama. Untung saja aku ditemani dua temanku dan mencari bukunya".
"memangnya berapa lama kau menunggu Mommy?".
"hampir dua jam kurasa, kita melewati jam makan siang dan sekarang aku lapar Mom" ucapan Renandra membuat Reista tersentak. dua jam? kemana dirinya selama itu? ia merasa didalam mobil tidak terlalu lama, mungkin hanya 30 menit.
"kita cari taksi dan mampir makan di restoran cepat saji" Reista berucap dengan tenang kepada anaknya. ia tidak tau mengapa hari ini Reista mendapatkan banyak kejutan tidak terduga.
Reista harus mencari tau, ada apa dengan dirinya tadi. tidak ada barangnya yang hilang, dan tubuhnya juga baik baik saja.
apa yang dilakukan supir itu padanya?