Reista memoleskan sedikit lipstik berwarna pink ke bibir kecilnya, hatinya masih sangat sedih karena perkataan Ramel kemarin siang. Reista lagi-lagi menghela nafasnya pelan. hatinya benar-benar tidak bisa diajak kerjasama, ini semua karena pagi tadi dia begitu murung dan ibu mertuanya mengetahui hal itu maka siang ini dengan saran yang sangat tidak menguntungkan Reista, mereka makan siang di salah satu hotel milik keluarga Ramel. entah keberuntungan atau kesialan mendapatkan ibu mertua yang sangat peka sekali jika anak dan menantunya saat ini sedang tidak dalam keadaan baik-baik saja.
Dan sialnya lagi Ramel benar-benar angkuh, dia tidak meminta maaf sama sekali tentang perkataanya yang menyakiti diriku yang memang mudah sekali terbawa perasaan. Reista menyimpan lipstik kedalam laci dengan sedikit kasar. dan entah datang dari mana Ramel sudah berada dibelakang tubuh Reista dan Reista hampir mengeluarkan sumpah serapah saat dilihat dari kaca wajah Ramel seperti menampilkan senyum jahat.
"ada apa dengan lipstik itu? kau tidak menyukainya? mengapa kau buat dia kesakitan dengan melemparnya dengan kasar". pertanyaan Ramel membuat Reista sedikit hampir tertawa. tapi ditahannya, dia masih marah dengan Ramel. tidak boleh mengalah untuk kali ini. dengan wajah yang dibuat seserius mungkin Reista menatap wajah Ramel dari kaca riasnya.
"apa urusannya denganmu aku menyakiti lipstikku sendiri? lipstik itu benda tak bernyawa, jadi tak apa jika aku melemparnya dengan kasar". ucap Reista angkuh.
"tapi seingatku itu lipstik pemberiaan Mommyku? iyakan? kau tidak menghargai sama sekali pemberiaan dari mertua yang sangat mencintaimu itu". Reista mematung ditempatnya, otaknya berputar lagi bagaimana lipstik mahal itu bisa ada di meja riasnya, dengan bodohnya dia melupakan bahwa ibu mertuanya memberikan lipstik itu dengan beberapa make up lainya untuk Reista, sebelum mereka berangkat liburan ke indonesia waktu itu. hati Reista sedikit meringis tentang apa yang dia lakukan saat ini. karena emosi bahkan dia melupakan sesuatu yang sangat penting.
Ramel saat ini pasti sangat marah sekali, karena Ramel sangat tidak menyukai seseorang yang tidak bisa menghargai pemberian orang lain. apalagi itu adalah ibunya sendiri, dan secara tidak langsung Reista sudah menyakiti hati Ramelson. dan jika ibu mertuanya melihat apa yang dilakukan Reista pasti ibu mertuanya itu juga merasa sakit hati. terkutuklah emosi yang saat inii berada dalam hatinya.
"ahhh maaf aku melupakan hal itu". cicit Reista, mata Reista sudah tidak berani lagi melihat wajah Ramel.
"jika kau tidak menyukaiku, itu tak masalah buatku. tapi setidaknya hargai keluargaku. mau bagaimanapun mereka sudah menganggap kamu anak mereka dan aku mempertahankan kau disini itu juga karena mereka". ucapan Ramel seperti benda tajam yang menusuk hati Reista sangat dalam.
"aku melakukan kesalahan sekali dan kau memposisikan diriku bahwa aku sering melakukan kesalahan. kau tidak ingat seberapa banyak aku mencoba untuk menjadi ibu, menantu serta istri yang baik? ini hanya tentang lipstik, aku hanya tidak sengaja menaruhnya sedikit kasar dan kau sudah mencaci diriku bahwa aku orang yang jahat. kau benar-benar membuatku muak Ramel". Reista hampir memukul mulutnya itu, entah setan dari mana dia bisa menjawab pernyataan Ramel dengan begitu kasar, astaga Reista kamu ini istrinya, kamu harus lebih sopan kepada suamimu. tapi lagi-lagi setan sialan membuyarkan sisi baik Reista.
"sekarang aku melihat seorang Reista yang perhitungan? aku tidak menyangka bahwa dirimu begitu arogan dan sombong. apa selama ini kau hanya berpura-pura baik didepan kami? kau seperti ular Reista, kau menunggu kami lengah dan mengigit kami. kau muak denganku? aku bahkan lebih muak denganmu! aku menyesal pernah mempunyai niat untuk menjadikanmu tempat untuk pulang, aku menyesal pernah merasa resah saat kau terbaring dirumah sakit".
Hati Reista lagi-lagi dihancurkan oleh ucapan Ramel yang kasar, Reista hanya mampu menatap wajah Ramel dari balik kaca. seperti melihat sebuah mimpi buruk. semua yang Reista lakukan selama ini harus hancur karena satu buah lipstik yang tidak sengaja dia lempar dengan kasar didalam laci? sejahat itukah tuhan mempermainkan hati Reista? sejahat itukah takdir hidup Reista? tak adakah yang melihat ketulusan hatinya selama ini? tak adakah yang melihat bagaimana Reista membuang banyak waktunya hanya untuk Ramelson dan keluarganya? bahkan Reista sudah lama tidak mengunjungi ibu dan ayahnya, bahkan Reista jarang bertanya tentang kakaknya. karena apa? karena semua waktu Reista tersita untuk Ramelson dan keluarganya.
Apakah salah dirinya jika ia meminta Ramel sedikit melihat perjuangannya? Reista hanya ingin dihargai. bukan ingin dipuji. Ramel dengan segala kebenaranya membuat Reista seperti penjahat yang harus dibunuh cepat atau lambat.
"kau tau Ramel? jika saja aku bisa membalik waktu. maka aku akan membalik waktu saat pertama kali diriku bertemu dirimu di perusahaan, seharusnya saat tuan Gornio mengundurkan diri dari jabatanya disitu aku juga keluar dari perusahaan. jika itu terjadi maka aku tidak akan pernah bertemu dirimu. dan jika aku bisa mengubah semua hal, maka aku akan mengubah dimana aku menolak lamaran darimu dan membunuh diriku sendiri dibandingkan menikah dengan laki-laki yang tidak pernah menghargai diriku". Reista berkata dengan sedikit terengah, air matanya sudah tumpah ruah dan dia sudah tidak bisa menutupi semua kekecewaanya dengan Ramelson.
Ramel hanya diam tak bergeming melihat air mata yang terus jatuh dari mata indah milik istrinya, sebagian hati kecil Ramel menuduh dirinya yang sudah membuat wanita cantik ini menangis karena dirinya, tanganya ingin sekali menghapus air mata itu dan memeluk erat wanita didepannya. tapi sekali lagi, sekali lagi Ramel tidak melakukan hal itu, Ramel hanya diam ditempatnya dan hanya melihat kekecewaan dan air mata Reista. Ramel seperti orang bodoh yang tidak punya rasa bersalah dengan menghancurkan hati perempuan.
mereka berdua hanya diam dan mengatakan hal apa-apa lagi, memikirkan semua perkataan didalam pikiran mereka dan menyalahkan mengapa mulut mereka dengan lancang menyakiti hati pasanganya.
tok
tok
tok
Suara pintu kamar mereka membuyarkan semua khayalan itu, Ramel menengok kearah pintu dan dilihat ibunya beridiri disana dengan wajah datar dan meminta banyak jawaban kepada mereka berdua. apa yang terjadi? mata nyonya Gornio melirik kearah Reista yang menghapus air matanya, namun ia tetap melihat mata sembab itu, nyonya Gornio tau bahwa sudah terjadi pertengkaran antara anak dan juga menantunya, Nyonya Gornio hanya menghela nafas lemah.
"kalian sudah selesai? Daddy dan Renandra sudah menunggu kita dibawah, makan siang sebentar lagi. kita akan tetap makan siang apapun yang terjadi. pertengkaran kalian sisihkan terlebih dahulu, Mommy tidak akan ikut campur masalah kalian, tapi jika kalian siap menceritakan maka katakanlah".
Mereka berdua hanya mengangguk pelan, Reista mengambil tas kecilnya dan mengahampiri ibu mertuanya, sentuhan tangan nyonya gornio di punggungnya membuat Reista tidak tahan lagi untuk tidak mengeluarkan air mata, tapi dengan cepat Reista menghapusnya dan berjalan beriringan untuk turun dimana ayah mertua dan anaknya sudah menunggu, Reista dapat mendengar suara langkah kaki Ramelson mengikuti mereka dari belakang.