webnovel

Ngapain kamu pulang?

Dirga terbangun ketika mendengar suara iqomat dari mesjid, terlihat Aisyah jugamasih tertidur di sampingnya.

"Albi, Sayang, ayo bangun, shalat, kita sudah kesiangan." Dirga bangkit segera ke kamar mandi dan berwudhu.

Aisyah yang merasakan tepukan Dirga terbangun, wajahnya pucat ketika mendengar suara iqomat. "Astaghfirullah, ya Allah, aku kebablasan, aku nggak bangun tahajud." Sama halnya dengan Dirga, Aisyah pun terlihat panik, dia segera turun dari ranjang, dia segera mempersiapkan pakaian Dirga, karena lelaki itu masih ada di dalam kamar mandi.

Tak lama, Dirga keluar, lelaki itu segera memakai pakaian yang sudah di siapkan oleh Aisyah, lalu segera berlalu ke mesjid.

Aisyah pun langsung mengambil wudhu dan melaksanakan shalat, setelah itu dia mengambil Al-Qur'an dan membacanya.

Tak terasa, jam enam Aisyah turun membantu Umminya untuk membuat sarapan.

"Nak, kok tadi Dirga telat ke mesjid?" tanya Bu Hafidzah.

"Kami kesiangan Umm," jawab Aisyah jujur.

"Astaghfirullah, kok bisa sih? Makanya, kalau malam jangan suka begadang," ucap Bu Hafidzah.

Aisyah hanya diam, tak berani membantah Umminya. Driga yang baru saja selesai mandi ikut bergabung dengan mereka di ruang makan, lelaki itu terlihat sudah terbiasa di rumah mertuanya, dia bahkan tidak canggung lagi dengan Bu Hafidzah.

Mereka bertiga makan dengan lahap. "Hari ini kamu mau kemana?" tanya Bu Hafidzah kepada Aisyah.

"Mau ke sekolah, Umm. Rencana mau ngurusin perpisahan." Aisyah menjawab pertanyaan Bu Hafidzah.

"Mau aku antar?" tanya Dirga.

"Nggak usah, aku bareng temen ku." Aisyah segera menolak, dia tak mau kalau Dirga tau sekolahnya.

"Loh, kok gitu sih! Harusnya memang kamu di antar, ingat kamu sudah menikah nggak boleh pergi dengan sembarang orang," sela Bu Hafidzah, membuat Dirga tersenyum dalam hati.

"Ummi, bagaimana dia mau nganter aku, mobilnya aja nggak ada." Bu Hafidzah menepuk jidat.

"Astaghfirullah, Ummi lupa," ucapnya. Mereka akhirnya tertawa bersama.

Setelah makan, Aisyah mencuci piring bekas makan mereka, walaupun di rumah itu ada pembantu, tapi Bu Hafidzah dan Aisyah tetap ikut melakukan pekerjaan rumah yang ringan. Setelah semua beres, barulah Aisyah masuk ke dalam kamarnya.

"Mau ku antar?" tanya Dirga,dia sudah menunggu Aisyah yang baru saja selesai mandi.

"Nggak usah, aku bisa pergi sendiri." Aisyah menolak.

"Baiklah, aku pergi dulu kalau begitu, Furqan sudah dari tadi menungguku di luar," ucap Dirga. Dia bangkit lalu mendekati Aisyah, dia mengulurkan tangan ke depan Aisyah yang sedang sibuk memasang jilbab.

Aisyah meraih tangan Dirga lalu menciumnya, dia sama sekali tidak berbalik ke arah Dirga, lelaki itu merasa gemas, dia memegang bahu Aisyah lalu membalik badan Aisyah agar mereka saling berhadapan.

"Biasakan, liat suami kalau suaminya mau ke kantor," bisik Dirga. Aisyah bergeming, Dirga mencium kening Aisyah, kemudian mengecup bibir gadis itu sepintas. Tapi, Dirga masih bisa merasakan rasa manis dan bau mint dari mulut Aisyah. Wajah Aisyah bersemu merah mendapatkan ciuman pagi-pagi.

Dirga berpamitan kepada Bu Hafidzah, kemudian berangkat, Aisyah mengantar Dirga sampai di depan pintu, dia tak lagi menjabat tangan lelaki itu, karena Dirga melarangnya.

"Ehem, ehem, aura pengantin baru memang beda yah, mana wangi lagi, sehari keramas berapa kali?" tanya Furqan.

Plak

Dirga menampar bahu lelaki itu, membuat Furqan nyengir kuda. "Selain tambah ganteng, kamu sekarang bisa galak juga yah, awas loh, kalau nanti pulang ke rumah, kamu kembali jadi singa ompong, kalau ketemu sama Amel." Furqan memberi ultimatum kepada Dirga.

"Udah, diem, berisik!"

Dirga memejamkan mata, dia ingin tidur, tak mau mendengar omongan Furqan yang tidak bermanfaat.

"Ya, tidurlah, sebelum kamu mendengarkan omelan ibu negara." Furqan tertawa, dia tau betul bagaimana kelakuan sahabatnya itu ketika bertemu dengan Amel.

Mereka sampai di kampus, Dirga langsung ke ruangannya, begitu pun dengan Furqan, lelaki itu langsung ke ruangannya.

Selama di kampus, Dirga sibuk dengan urusan kerjaan, sehingga dia tidak menghubungi Amel ataupun Aisyah, barulah ketika pulang kantor dia menghubungi Aisyah, meminta izin karena akan pulang ke rumahnya.

Tentu saja Aisyah tak keberatan, apalagi besok mereka akan pindah ke rumah baru mereka, jadi wajar jika Dirga malam ini kembali ke rumah untuk mempersiapkan semua keperluan mereka pindah.

"Ga, ceritain dong, rasanya belah duren untuk yang kedua kalinya," ucap Furqan membuka pembicaraan ketika mereka dalam perjalanan pulang.

Sedari tadi Dirga pura-pura tidak mendengar apa yang di katakan oleh Furqan, sepertinya temannya itu sangat penasaran dengan kehidupan baru Dirga.

"Aku nggak bisa ceritakan, pokoknya kalau kamu penasaran, coba aja sendiri." Dirga malah mengompori Furqan agar mengikutinya jejaknya.

"Kamu, kayak nggak tau aku aja, jangankan mau nambah, berpikir buat nambah aja, istriku sudah tau duluan. Heran aku, kayaknya istriku punya jin yang dia suruh untuk memata-matai aku, buktinya setiap aku pengen dekat sama wanita lain, pasti ketahuan." Furqan malah curhat ketika di suruh menikah lagi.

"Wah, istrimu hebat banget yah? Mau dong aku belajar." Dirga terlihat serius menanggapi ucapan Furqan.

"Heh, memangnya kamu mau jin buat apa?" tanya Furqan.

"Buat tutup mulut kamu, dari tadi ngomongnya nggak guna!" omel Dirga.

Furqan mendengus keras, dia pikir Dirga serius, ternyata dia hanya main-main.

Tak berapa lama keduanya sudah sampai di rumah Dirga, karena mereka berdua tetangga, jadi Furqan ikut turun di rumah Dirga.

"Masuk dulu!" ajak Dirga.

"Nggak! Aku tau, kamu ngajak aku, biar kamu nggak kena marah kan? Hem, aku udah ngebayangin Si Ratu kegelapan, sudah mempersiapkan segala macam alat untuk memberimu pelajaran." Furqan merangkul Dirga, dia menepuk pundak sahabatnya.

"Tapi, aku cuma bisa ngasih kamu nasehat supaya kamu hadapi ini dengan ikhlas dan sabar."

Dirga melepas rangkulan Furqan, dia bahkan memukul lengan sahabatnya itu, Furqan berjalan meninggalkan rumah Dirga, menuju rumahnya sendiri.

Dirga menarik napas, terus membuangnya perlahan. Setelah dia merasa siap, Dirga melangkah masuk kedalam rumah.

Seperti biasa lelaki itu mengetuk pintu, tak ada sahutan, dia membuka pintu, ternyata tidak di kunci, dia lalu melangkah masuk.

Hati Dirga sedikit lega, dia pikir Amel akan menunggunya di depan pintu, karena mendengar suara mobilnya.

Dirga melangkah ke ruang keluarga, juga kosong, Dirga kembali mengusap dada sambil menggumam kata "Selamat-selamat."

"Hem, Amel kemana? Apa dia pergi lagi?" tanya Dirga dalam hati. "Tapi, kalau dia pergi, kenapa pintu depan terbuka.

Karena dia sudah berkeliling di rumah, namun dia tak menemukan istrinya.

"Sepertinya dia memang sedang tidak ada di rumah," ucap Dirga. Perasaan yang tadinya takut dan entah bagaimana berubah senang.

Dirga memutuskan ke kamar, dia ingin mempersiapkan baju yang akan dia bawa besok, Dirga membuka pintu.

Bugh

Bugh

Bugh

Bantal tiba-tiba melayang ke arah Dirga.

"Ngapain kamu pulang?"