webnovel

Sang Ratu Pengganti

Jang Shin Hye adalah putri yang memiliki segala kesempurnaan cantik, kuat dan pintar. Dia adalah putri Perdana Menteri Hwang, Putri Jang telah di persiapkan untuk menjadi istri pangeran kedua Dong Hwa, sejak mereka masih kecil. Namun ketika sang Ratu sakit keras demi menutupi gosip miring dan kegaduhan yang terjadi di lingkungan kerajaan Moon, Dewan kerajaan menunjuk Putri Jang untuk menikah dengan Raja Joon kakak dari pangeran Dong Hwa dan menggantikan tugas Ratu Ran. Tak ingin membahayakan nyawanya dan keluarga, Putri Jang pun terpaksa mau menikah dengan Raja Joon. Masalah demi masalah datang ketika Ratu Ran meninggal. 18+ (Harap bijak dalam membaca) Ig Shasadewa

Shasadewa · Fantasia
Classificações insuficientes
72 Chs

Ibu Bag 1

Pagi ini sebelum Putri Jang memulai tugasnya ia lebih dulu menghadap Raja Won untuk meminta ijin secara langsung.

"Hormat Hamba yang mulia," sapa Putri Jang kepada Raja Won.

"Kau sudah siap Putri Jang?"

"Sudah yang mulia, hamba sudah menyiapkan segala sesuatunya, bolehkah hamba memulainya."

"Baik, lakukanlah!"

"Terima kasih yang mulia, hamba permisi," ucap Putri Jang sembari membungkuk memberi salam.

Putri Jang berjalan menyusuri jalan setapak menuju paviliun tempat pengasingan sang ibu disana sudah ada Pangeran Dong, Panglima Hyun sang kakak dan juga Perdana Menteri Hwang yang terlihat asik berbincang. Putri Jang datang membawa sebuah keranjang kecil berisi perlengkapan dan juga beberapa ramuan obat yang telah ia racik.

"Putri Jang, apakah kita akan memulainya sekarang?"

"Tentu Pangeran."

"Pengawal bukakan gerbang dan pintunya! Putri Jang akan memulai tugasnya."

Seorang penjaga membuka gerbang besi yang bergembok besar kemudian membuka sebuah pintu utama paviliun .

Tampak Seorang wanita paruh baya dengan hanbok merah terang sedang duduk sembari menyulam disebuah ruangan berjeruji besi, sementara diruang sampingnya seseorang sedang berdiri didekat jendela memandang kearah luar dengan cadar yang menutupi wajahnya sosok ini yang selalu Putri Jang rindukan dialah Nyonya Jang Shin Yi.

Seorang dayang membungkukkan tubuhnya memberi hormat kepada Putri Jang, ia menjentikkan jemarinya meminta sang pelayan untuk mendekatinya.

"Hormat hamba putri."

"Siapa namamu? "

"Hamba Dayang Yang Putri, pelayan dipaviliun ini"

"Baiklah, bisakah Dayang Yang membantuku dalam seminggu ini?"

"Tentu saja Putri."

"Kalau begitu tolong siapkan air hangat untuk Nyonya Yi dan ibuku, aku akan memandikannya hari ini."

"Baik Putri."

"Ayah dan kak Hyun tunggulah di sana." menunjuk sebuah bangku panjang.

"Baiklah segera panggil ayah jika terjadi sesuatu Jang."

"Tenang lah ayah, semua akan baik baik saja."

Putri Jang meminta penjaga membukakan pintu jeruji sang ibu, ia kemudian masuk dan menghampiri sang ibu.

"Ibu," panggilnya lirih yang membuat Nyonya Yi tersadar dari lamunannya.

"Putri Jang, sayang... anakku, benarkah ini kau?"

"Maafkan ibu nak, ibu sangat merindukanmu."

"Kemarilah bu."

"Tidak nak, jangan mendekat kau bisa tertular dengan penyakit ibu."

Nyonya Yi menggelengkan kepalanya pelan.

"Tidak akan bu, percayalah putrimu ini akan menyembuhkan penyakitmu dan membawamu keluar dari sini."

"Terimakasih nak, ibu percaya padamu tapi apakah kau tak merasa jijik? lihatlah kulit ibu dipenuhi luka dan berbau sangat anyir," jawab Nyonya Yi menunjukkan lukanya.

"Itu tak seberapa dibanding dengan sakit yang ibu rasakan ketika melahirkanku, kemarilah bu."

"Kau membuat ibu terharu nak." Nyonya yang menerima pelukan sang putri sembari menitikan air matanya.

"Baiklah sekarang ikutlah denganku bu, aku ingin mengobati lukamu."

Putri Jang menuntun sang ibu menuju ke sebuah bak mandi yang telah diisi dengan air hangat Putri Jang menaburkan bubuk belerang yang sudah ia campur dengan beberapa ramuan kedalam air didalam bak tersebut dan meminta sang ibu berendam kedalam bak.

"Nah ibu sekarang masuk dan berendamlah didalam air bak ini, aku sudah memberinya ramuan mungkin akan terasa sangat perih tapi percayalah padaku bu itu akan menghilangkan sedikit demi sedikit luka ibu."

Nyonya Yi menuruti apa kata anaknya ia kini sudah menenggelamkan tubuhnya didalam bak mandi, benar saja ini rasanya perih sekali diawal namun beberapa waktu berikutnya rasa gatal yang sering ia rasa sedikit berkurang dan bau anyirnya pun menghilang digantikan bau belerang. Usai berendam Putri Jang mengeringkan tubuh sang ibu lalu mengolesinya dengan minyak sereh dan membubuhi luka gatalnya dengan tumbukan kunyit dan jahe.

"Apa yang ibu rasakan saat ini? apakah amasih merasa prrih dan gatal?"

"Tubuh ibu hangat Jang gatalnya sudah berangsur hilang tapi masih terasa perih dibagian lukanya."

"Tak apa bu ini akan segera mengering dan perihnya akan hilang."

"Sekarang ibu makan ya setelah itu minumlah ramuan ini bu ada yang ingin bertemu dengan ibu mereka sangat merindukan ibu."

"Siapa? apakah ibu mengenalnya?"

"Tentu saja bu. tunggulah sebentar dayang Yang sedang memanggilnya."

Daun pintu terbuka menampilkan Perdana Menteri Hwang dan Panglima Hyun yang tersenyum melihat kedua wanita yang sangat mereka cintai sedang tersenyum.

"Shin Yi," ucap Perdana Menteri Hwang lirih.

Nyonya Yi segera bangkit dari duduknya untuk menyambut kedatangan dua orang lelaki yang sangat ia cintai dan rindukan selama ini.

"Suamiku," ucap Nyonya Yi sembari tersenyum.

"Ibu, aku merindukanmu," ucap Panglima Hyun sembari berjalan menghampiri sang ibu.

"Ahh kau sudah sangat dewasa sayang, ibu juga merindukanmu, apakah ibu sudah memiliki menantu atau cucu sekarang?" Hyun menggeleng pelan.

"Menikahlah nak, kau sudah cukup membantu menjaga adikmu."

"Sembuhlah bu agar bisa menyaksikanku menikah," ucap Panglima Hyun yang diangguki oleh Nyonya Yi.

Rindu membuat mereka saling melampiaskan satu sama lain, mereka saling berpelukan bertukar cerita dan juga bergurau untuk melepaskan kerinduan yang selama ini mereka pendam.

Selir Yui sudah lebih tenang didalam pelukan Pangeran Dong setelah tadi mengamuk dan menangis meraung raung, pengasingan membuat Selir Yui marah dan sedih yang mendalam dan itu mengakibatkan ia depresi. Putri Jang sedikit mendekat kearah Selir Yui memeriksa tubuh Selir Yui.

"Siapa kau? apa kau berniat mencelakaiku?" tanya Selir Yui dengan tatapan tajam ketika Putri Jang hendak memeriksa kulit Selir Yui.

"Ibu, tenang lah dia Putri Jang, apakah ibu mengingatnya?"

"Putri Jang? istrimu? apa aku sekarang sudah memiliki cucu?" tanya selir Yui dengan antusias.

"Bukan ibu dia sahabatku, perjodohan itu... aku yang membatalkannya," ucap Pangeran Dong berbohong karena tak ingin membuat sang ibu terluka jika mengetahui apa yang terjadi sebenarnya.

"Begitukah? bukankah kau sangat menginginkannya dulu?" tanya Selir Yui tidak percaya.

"Itu dulu bu sekarang aku, aku hanya bersahabat dengannya."

"Baiklah tak apa sayang kau akan mendapatkan wanita yang lebih nanti, ibu akan membantumu memilihnya."

"Iya bu, biarkan Putri Jang menyembuhkan ibu agar ibu bisa memilihkan wanita sebagai calon istriku."

"Benarkah? kau harus segera menikah jika ibu sembuh nanti."

Pangeran Dong dan Putri Jang saling bertatapan. Putri Jang menganggukkan kepala pelan memberi kode agar Pangeran Dong menuruti kemauan ibunya.

"Ba-baik bu, apapun akan ku lakukan untuk ibu," jawab Pangeran Dong yanb pada akhirnya pasrah.

"Kalau begitu cepat periksa aku Putri Jang, sembuhkan aku kau dengarkan putraku akan segera menikah jika aku sembuh."

Jang maafkan aku, aku tahu kau tidak nyaman mendengar perkataan ibu begitu kata hati Pangeran Dong bersuara.

Putri Jang memeriksa tubuh Selir Yui, berbeda dari sang ibu luka dikulit selir Yui tidak terlalu parah sehingga ia hanya mengoleskan Minyak sereh dan juga membubuhinya dengan kunyit dan jahe.

"Ssshh kenapa sakit sekali rasanya? apa kau berniat mencelakaiku?"

"Ibu ku mohon percayalah, jangan berkata begitu kepada Putri Jang, ia hanya ingin mengobati ibu bertahanlah bu."

bersambung