Jam makan siang berlalu begitu saja, tanpa banyak pertanyaan Rio membungkam mulutnya sendiri. Awalnya Liona meminta agar pak supir mencari restoran lain, Bagas bahkan memberi saran untuk pulang saja, makan di rumah Lion, tapi Rio bersikukuh untuk tetap makan di restoran tadi.
Restoran yang menjadi bukti bahwa pengkhianat itu ada.
Pengkhianat yang sangat dengan dengan dirinya, pengkhianat yang selalu menyayanginya.
"Gimana nih?" bisik Bagas setelah Rio memilih untuk pergi ke tepian kolam ikan yang ada di tengah-tengah restoran.
"Gue yang bayar," celetuk Lion.
"Bukan itu!" kilah Bagas. Ujung matanya melirik cepat pada Rio.
Lion lantas menoleh, pandangan matanya seketika tertuju pada Rio yang tengah asik memberi ikan makan.
"Biar Rio nginep di rumah gue," sahut Liona yang seketika mendapatkan tatapan tajam dari Lion.
Apoie seus autores e tradutores favoritos em webnovel.com