webnovel

Jam tangan untuk papa

Rayhan yang baru saja tiba di apartement, ia langsung menuju ke kamar dan mendapati sang papa yang tertidur dengan memeluk guling.

Rayhan mendekat pada Raka dan melihat papanya itu yang tertidur dengan nyenyak "pa maafin Rayhan, jangan marah lagi yah," ucapnya sambil tersenyum.

Rayhan meletakkan jam tangan yang ia beli tadi, sebenarnya Rayhan ingin membelikan handphone namun karena mamanya bilang kalau papanya udah beli yang baru jadi ia memutuskan untuk membeli jam tangan saja. Sebagai pengganti ponselnya yang ia rusak.

Jam tangan yang di belinya harganya 100 juta hasil dari olimpiade nya tadi.

Kemudian Rayhan meletakkan sebuah note kecil dekat jam tangan tersebut.

"Pa maafin Rayhan yah, ini Rayhan beli buat papa pake uang Rayhan sendiri, tolong di terima ya dan jangan marah lagi."

Rayhan keluar setelah meletakkan barang itu ia akan ke kamar mandi untuk membersihkan dirinya.

Sedangkan Raka pria berkepala tiga itu masih tertidur dengan nyenyak seakan tak terganggu akan kehadiran Rayhan tadi.

2 jam berlalu.

Rayhan yang kini sedang bermain game di ponselnya di kaget kan dengan dinda yang datang dan duduk di sampingnya.

"Ray papa lu mana?"

"Tidur ma,"jawabnya masih berfokus pada game.

"Bagunin gih," suruh Dinda pada anak sematawayangnya. 

Rayhan menggeleng kecil pertanda menolak, ia gak mau membuat gamenya kalah dan juga gengsi dan takut pada Raka.

"Mama aja deh, nanti kalo Rayhan yang bangunin papa tambah marah."

"Raka gak akan marah," ucap Dinda berusaha meyakinkan sang anak.

"Tapi ma.."

"Udah sana. Sampai kapan kalian mau marahan."

Dengan berat hati Rayhan melangkah ke kamar dimana papanya sedang mengarungi alam mimpi.

Rayhan membuka pintu pelan dan melihat papanya yang telah terbangun namun atensinya memandang jam tangan pemberiannya. Rayhan gugup melihat mata sang ayah yang tak berhenti memandang ke arah jam pemberiannya, namun Raka hanya sekedar memandang tak berniat untuk menyentuhnya.

Rayhan takut papanya tak menyukai jam tangan itu karena harganya yang murah. Dari dulu papanya selalu hidup mewah berbeda dengan dirinya yang memang sedari kecil diajar untuk menggunakan uang hanya seperlunya saja, belajar hidup sederhana.

Rayhan ingin masuk ke dalam kamar namun ia juga takut ketika kehadirannya tak di anggap oleh sang papa. Rayhan terlalu membersar besarkan kesalahannya padahal Raka hanya ngambek bukan marah apalagi membenci Rayhan.

Maka dengan pelan ia menutup pintu kamar dan keluar menuju mamanya yang sedang menonton drama Korea. Mamanya itu masih sangat muda dan juga cantik, terkadang Ray merasa kalau sebenarnya dia itu adik dari mereka bukan anaknya.

Rayhan tanpa berkata apa apa langsung duduk di karpet berbulu depan tv sedangkan Dinda ia duduk di sofa.

"Udah bangun?" tanya Dinda menyadari kehadiran Rayhan.

Rayhan mengangguk dan pandangannya mengarah pada tv.

Di dalam kamar.

Raka yang masih memandangi sebuah jam tangan dan note kecil di atas meja tanpa sadar ia tersenyum dan perasaan nya menghangat. Ternyata anak nya bisa bersikap manis juga.

"Ray kok lu bisa so sweet gini sih, gue kan baper," kata Raka membaca note kecil yang ada di tangannya. Ternyata berpura pura marah pada Rayhan ada untungnya juga. Mungkin di lain waktu Raka akan melakukannya lagi.

Kemudian Raka mengambil jam tangan itu dan memakainya namun ia lepas kembali ketika mengingat ia harus pura pura marah dulu.

Raka yang masih mengantuk berjalan ke ruang keluarga dimana istrinya tengah menonton drakor.

Raka langsung duduk di samping Dinda dan menyandarkan kepalanya pada bahu Dinda mengabaikan Rayhan.

"Din jalan jalan berdua yuk."

"Udah malam," kata Dinda yang malas keluar.

"Yaelah Din, kapan lagi coba bisa jalan jalan berdua kayak remaja yang lagi pacaran," kata Raka sambil mengingat masa remajanya.

"Ogah," tolak Dinda.

"Ayolah please," kata Rayhan sambil memohon.

Dinda ingin menolak namun ia membaca pesan yang dikirim oleh Raka yang mengatakan salah satu bagian dari rencana kejutan Rayhan besok malam jadi mau tak mau iya harus menerimanya.

"Ok, gue ganti baju dulu," kata Dinda dan berlalu ke kamar.

Raka tersenyum puas melihat istrinya mau mengikuti rencananya. Kemudian ia ke kamar mandi yang berada di dekat dapur.

Rayhan yang sedari tadi menyimak perbincangan mereka hanya bisa diam, seolah dia tak pernah di anggap kehadirannya bahkan mereka mengabaikan kehadirannya tadi.

Jujur saja Rayhan ingin ikut jalan jalan bersama mereka tapi ia tidak di ajak.

Beberapa menit mereka berdua telah rapi dengan stayle ala remaja.

Stayle raka

Stayle Dinda

Mereka berdua pergi dari rumah tanpa berkata apa-apa pada Rayhan.

Rayhan hanya bisa melihat kepergian mereka dan memilih menelpon Tante megan untuk menemaninya mengobrol.

Tak lama, panggilan tersambung membuat Rayhan tersenyum mendengar suara ibu keduanya yang telah membesarkannya itu.

"Halo " sapa Megan.

"Halo Tante. Apa kabar?"

"Alhamdulillah baik, Ray sendiri?"

"Rayhan sehat Tante."

"Tumben nelpon Tante? Kenapa."

"Rayhan kangen sama Tante."

"Tante lebih kangen lagi sama Ray."

"Om Bima udah pulang?"

"Belum, bentar lagi mungkin. Kamu tahu Ray rumah jadi sepi karena gak ada kamu."

"Kita semua kangen sama kamu apa lagi si Rafi dia lebih banyak diam setelah kamu pergi ke Jakarta."

"Kak Rafi sama kak Rafa di mana tan?"

"Di kamar mereka. Kamu mau bicara.

"Iya Tan."

Beberapa detik.

"Hello my brother," kata Rafi menyapa Rayhan.

"Hmm."

"Kok hmm doang gak kangen apa Lo sama kakak Lo yang tampan ini."

Rayhan memutar bola matanya mendengar ucapan kelewat pede dari Rafi.

"Gak."

"Bohong lu. Pasti hidup lu sepi kan karena gak ada gue."

"Biasa aja. Bahkan lebih bagus gak ada lu" canda Rayhan.

"Lu pasti nelpon karena kangen sama gue kan? Ngaku Lo."

"Gak, gue cuma kangen sama Tante megan, om Bima sama kak Rafa."

"Yaudah lu bicara aja sama Rafa. Malas gue."

"Ngambek lu kak."

"Ya abisnya lu gitu sih, yang paling kangen sama elu itu gue."

"Kak Rafa mana?" Kata Rayhan mengabaikan ucapan Rafi.

"Dikamar, lagi belajar."

"Lu gak belajar?"

"Gue? Yah enggak lah. Lagian tanpa belajar pun gue masih pintar."

" eh Ray Besok lu ultah kan? Soryy yah kita gak bisa datang soalnya ada urusan penting."

"Hah? Siapa?"

"Elu lah, masa lupa."

"Emang sekarang tanggal berapa?"

"19 Februari."

"Ah Iyah, besok gue ultah. Kok gue bisa lupa ya."

"Lu udah tua makanya pelupa."

"Anjir lu."

"Anak kecil gak boleh ngumpat."

"Lah kenapa? Gue udah gede udah 14 tahun."

"14 tahun itu masih kecil asal Lo tau."

"Udah bye. Gue mau bobo," kata Rayhan mematikan sambungan telepon.

"Gue beneran ultah yah besok. Tapi kayaknya mereka gak ingat. Padahal ini pertama kali gue ulang tahun bareng mereka , "gumam Rayhan.

Rayhan pergi ke kamar untuk mengistirahatkan dirinya.