webnovel

Rache

Puncak dari rasa sakit adalah kehilangan. Namun, Puncak dari kehilangan itu sendiri adalah mengikhlaskan. Tuhan sudah merencanakan takdir manusia. Siapapun tidak bisa lepas darinya sejauh apa ia pergi dan sejauh apa dia berlari. Aksara tau, tuhan sudah melukiskan sebuah takdir dengan apiknya jauh sebelum ia lahir. Tapi bisakah ia mengeluh? Bisakah ia berkeluh kesah pada tuhan. Aksara tau, banyak orang yang lebih buruk keadaannya dibandingkan dirinya. Tapi untuk saat ini, tolong biarkan Aksara mengeluh sekali saja. Tuhan memang maha baik, jadi tolong ijinkan ia mengeluh. Meratapi apa yang sudah terjadi. Hidupnya yang sudah mulai tertata, bak bangunan megah dengan pilar pilar tinggi menjulang, roboh dalam satu kedipan mata. Semuanya pergi satu persatu. Meninggalkan Aksara dalam sendu sembiru badai gelombang kehidupan yang mungkin tak berkesudahan.

Eshaa_ · Realista
Classificações insuficientes
312 Chs

Siuman

Nathalie bersama Aksara memasuki ruang rawat Anya di mana sudah berkumpul Raka, Ardi, Angel, Maya, Karin dan Anya itu sendiri di sana, "Waduh udah rame aja nih. Telat nggak gue?"

"Nggak. Nggak telat," Angel tersenyum lebar, menyuapi Anya dengan sesendok bubur yang di balas gelengan dari adiknya itu, "Loh kok nggak mau. Ayo dong di makan,"

"Kenyang," jawab Anya pelan. Gadis itu sudah siuman dua jam yang lalu ngomong omong dan lagi, Anya sudah bisa berbicara sepatah dua patah kata sekarang.

Angel akhirnya menyerah, mengangguk kecil sebelum membereskan seluruh alat makan di nakas rumah sakit, "Sini Nath, Sa, duduk nggak usah malu malu,"

Nathalie terkekeh kecil, "Nggak malu malu kok ini. Malu maluin,"

"Iya. Aksa mah kerjaannya malu maluin ye Nath," kompor Ardi sukses mengundang pelototan Aksara, "Canda bosku. Eh anyway Raka sama Aksa di suruh masuk tim basket inti kan?"

Capítulo Bloqueado

Apoie seus autores e tradutores favoritos em webnovel.com