webnovel

Episode; Naik Jabatan

Prolet tersedak. Hampir saja nasi yang sudah separuh tertelan, melompat keluar.

"Kamu akan diangkat jadi staf admin Prolet..bukan OB lagi"

Begitu Sahwat, OB satu lagi membawa berita halilintar pagi ini. Prolet tahu persis siapa Sahwat. Gosip adalah nama tengahnya. Namun tak urung berita itu memasuki dada Prolet dengan membawa kejutan listrik yang menyengat.

"Ah, gosip terbaru kah Wat? Atau gosip lama tapi kamu perbarui?"

Sahwat nyengir. Jelek. Lalu beranjak begitu saja dari pantry tanpa berkata apa apa lagi.

Prolet meneruskan makan nasi bungkusnya. Dia lapar. Setengah harian ini dia harus keliling mengantarkan surat ke banyak instansi. Bos Besar menang tender pengadaan kertas bagi pembuatan e-KTP. Ini proyek besar. Bos Besar sangat antusias. Secara khusus memanggil semua staf termasuk OB untuk ikut mensukseskan proyek bernilai puluhan milyar ini.

----

Usai makan siang, Prolet melanjutkan perjalanan berkelilingnya. Ada satu amplop besar lagi yang harus diantar kepada seseorang di sebuah kantor instansi pemerintah. Ada yang aneh dari pesan Bos Besar; "Sampaikan langsung ke dia ya Prolet. Dia menunggu di halte seberang kantornya. Dia berjaket biru, tudung jaketnya dia pakai dan berwarna orange."

Motor tua miliknya terbatuk-batuk menahan sesak ibukota. Sudah saatnya motor ini beristirahat menghabiskan masa rentanya di rumah, bengkel atau pasar rumput sekalian. Beberapa onderdilnya masih laku dijual.

Prolet mengedarkan pandangan ke sekeliling halte sambil tetap duduk di atas jok motornya. Tidak banyak orang. Seorang wanita kantoran cantik sedang duduk dan terpaku pada layar gadgetnya. Tiga anak sekolah berbaju abu-abu penuh coretan sedang menikmati masa kemerdekaan setelah kelulusan. Seorang tukang ojek online yang sedang menunggu. Seorang tukang antar surat seperti dirinya, berdiri sambil merokok. Terakhir, seorang pria berjaket biru tudung oranye, terlihat berdiri bersandar di tiang halte sambil mendengarkan musik lewat headset di telinganya. Ini dia!

Prolet turun dari motor mendekati pria berjaket biru. Awalnya Prolet ragu ragu. Pria itu bersikap sama sekali tidak peduli. Lalu Prolet menyadari sesuatu. Pria itu terus memandanginya lekat-lekat dari balik kacamata pekat.

----

Transaksi berjalan cepat. Perpindahan amplop coklat besar terjadi seperti kilat. Pria berjaket biru menyelipkan amplop itu ke balik jaketnya dengan buru-buru. Sebelum membalikkan tubuh meninggalkan halte, sepasang tangan menahan tubuhnya. Sepasang tangan tukang antar surat!

Pria itu mencoba menepis sambil mencoba terus berjalan. Di depannya berdiri gagah wanita cantik kantoran. Wanita itu menyingkap blazer dan memperlihatkan pistol yang terselip di pinggangnya.

Pria berjaket biru tergagap ketakutan. Membelokkan langkah ke kanan. Tukang ojek online sudah bersiap di sana. Gemerincing borgol ada di tangannya. Dia juga menyingkap jaket hijaunya. Memperlihatkan sebuah emblem yang terpasang gagah di atas saku bajunya, KPK!

----

Prolet terperangah! Kejadian yang berlangsung sangat cepat itu membuatnya tidak tahu harus berbuat apa. Prolet hanya bisa tersadar ketika tangan tukang antar surat itu memegang lengannya. Membimbingnya masuk ke dalam mobil kijang hitam yang berdecit keras parkir di samping mereka.

Prolet didorong masuk. Bersamaan dengan pria berjaket biru yang sudah dipaksa melepas jaket dan kacamatanya oleh petugas KPK. Baju dinas dan tanda kepangkatannya terlihat jelas. Penampilannya necis dengan rambut berkilat. Seorang pejabat!

----

Di dalam mobil, Prolet ndremimil lantunkan do'a tolak bala. Pikirannya terbawa terbang seiring mobil KPK yang melayang.

Sahwat benar! Dia memang naik jabatan dalam kehidupan. Bukan sekedar menjadi staf admin. Tapi jadi saksi atau terdakwa atas berlakunya sebuah kejahatan!