webnovel

Episode; Berita Iblis dan Kabar Malaikat

"Tuan Puteri sedang mempersiapkan pernikahan dengan seorang pria pengusaha dari Singapura"

"Indonesia darurat pangan. Persiapkan gaplek di rumah sebagai persiapan jika tidak ada beras"

"BPJS hanya bisa dipakai di rumah sakit kelas 3. Antriannya sepanjang anyer panarukan. Jangan sakit. Jika sakit, bersiaplah mati sebelum disentuh jarum injeksi"

Prolet menggaruk-garuk kepalanya yang tidak gatal. Mulutnya membuka menutup seperti ikan sapu-sapu kehilangan sapu. Dia membuka FB nya hari ini dengan hati tersayat-sayat. Rasanya ingin membuang diri ke got di belakang kantor. Berenang dalam bau dan kekotoran. Mungkin itu bisa menghilangkan penat yang menghajar pikirannya. Berita-berita itu seperti lidah iblis yang mengolok dirinya dengan semena-mena.

Terutama berita yang pertama. Telak! Prolet seperti tidak punya lagi rongga dada. jantungnya hilang, hatinya terbuang. Dia merasa paru-parunya juga sebentar lagi melenyap. Oh! Tuan Puteri tiba-tiba mau menikah. Lututnya langsung melemah saat memasukkan lembur-lembur karyawan dalam tallysheet gaji. Matanya kosong menatap layar komputer. Prolet menggerak-gerakkan kursor tak tentu arah. Merayapi layar seperti rayap kehabisan gigi menggigiti besi.

Berita kedua juga menghantam otaknya dengan keras. Prolet teringat si mbok nya. Ibu yang melahirkannya itu orang yang sederhana. Namun selalu saja jatuh sakit jika makan tidak pakai nasi. Entah karena terbiasa atau tuntutan lambungnya. Selalu saja begitu. Dia harus menanyakan persediaan beras si mbok nya sampai kapan bisa bertahan. Sawah peninggalan ayahnya yang hanya sepetak telah digadaikan ke orang. Jadi tidak ada kemungkinan panen padi sendiri.

Berita ketiga mengusik kemanusiaan Prolet. Dia membayangkan betapa sulitnya menjadi orang kebanyakan di negeri ini. Dia tidak memikirkan dirinya sendiri. Kantor tempatnya bekerja menyediakan asuransi. Meski Prolet mengakui bahwa dia bukanlah politisi. Tapi berhentilah untuk selalu memikirkan diri sendiri.

----

Sesiangan itu dihabiskan Prolet menyelesaikan pekerjaannya tanpa semangat sama sekali. Dia semakin yakin sekarang. Sudah beberapa hari dia tidak melihat Tuan Puteri di kantor. Sahwat bilang Tuan Puteri sedang pergi ke Singapura untuk sebuah urusan. Sahwat tidak tahu urusan apa. Tapi matanya yang berputar-putar saat cerita, menunjukkan ejekan yang jelas terhadap Prolet, syukurin!

Sebelum pulang, Prolet meraih buku catatan kecilnya. Kali ini dia menulis agak panjang; Menjadi pungguk selalu menyakitkan! Seandainya boleh memilih kepada Tuhan, aku akan mengusulkan agar aku diperkenankan sekali-kali menjadi bulan. Tidak untuk memberi harapan. Hanya sekedar untuk berjalan-jalan di langit dan memberi sedikit temaram bagi kegelapan.

Prolet tersenyum tipis saat membaca ulang curahan hatinya. Ah, dia harus mencari semangat lagi mulai esok pagi. Berita-berita hari ini adalah berita iblis. Tidak ada yang menyenangkan. Hhhhh, seandainya dia bisa menutup pintu neraka, jadi tidak ada iblis yang keluar dari sana, betapa bahagianya dia. Astaghfirullah, ya ampuuun. Buru buru Prolet beristighfar sembari starter motor tuanya.

----

Keesokan harinya, Prolet bekerja dengan suasana hati masih tumpang tindih. Dia sudah telpon si mbok nya tadi malam. Aman sampai bulan depan nak. Tenang saja. Begitu katanya. Syukurlah mbok. Aku sudah mulai mengurangi rokok. Agar mbok tidak kekurangan beras di krisis pangan ini. Jangan pindah negara ya mbok. Cinta kita pada negara. bukan hanya karena karena sekarung beras yang disediakan olehnya. Begitu jawabnya.

Dari jauh, Sahwat tergesa-gesa mendatanginya.

"Prolet, kemarin anakku sakit dan harus dirawat. Ternyata BPJS sangat bermanfaat ya. Langsung bisa diproses dengan cepat di rumah sakit dekat rumah. Alhamdulillah! Padahal aku selama ini melecehkan kartu jelek ini." Tetap saja dengan pelecehan pada ujung kalimatnya.

Prolet terlonjak. Benarkah? Bukankah berita kemarin mengatakan BPJS hanya simbol perhatian saja? Wah! Benar-benar berita iblis yang tak bertanggung jawab!

Prolet mengangguk penuh syukur kepada Sahwat yang langsung pergi tanpa berniat mendengar tanggapan Prolet lebih lanjut. Prolet menghela nafas pendek. Sahwat selalu begitu. Matanya beralih ke televisi di kantor yang sedang menyiarkan pidato presiden tentang perkembangan negara.

"Saudara sebangsa dan setanah air. Saya baru saja tiba dari rapat Perserikatan Bangsa-Bangsa. Dengan bangga saya ingin berbagi kabar gembira ini kepada saudara semuanya. Indonesia mendapatkan penghargaan sebagai salah satu dari sepuluh negara di dunia yang terbebas dari krisis pangan dalam sepuluh tahun belakangan ini. Saya juga mendapatkan kepastian dari menteri pertanian bahwa kita sudah memasuki swasembada beras mulai tahun ini....."

Prolet tidak mendengarkan lagi kelanjutan pidato itu. dia malah melompat-lompat dan bertepuk tangan sendiri seperti orang gila. Sampai-sampai rekan-rekannya satu ruangan menoleh dan mengerucutkan mulut kepadanya. Prolet duduk lagi dengan tersipu-sipu. Cukup jelas! Tidak ada krisis pangan di negeri ini. Lagi-lagi berita iblis tak jelas bergentayangan mengotori udara negeri ini. huh!

----

Setengah dari hati dan jatungnya telah kembali. Tapi Prolet merasakan nafasnya masih sesak. Ada yang masih hilang dari semangatnya. Tuan Puteri mau menikah! Duuh, kenapa dia tidak bisa menghilangkan bayangan yang mengganggu ini?

Pintu ruang administrasi kantor terbuka. Prolet ternganga. Tuan Puteri berdiri di sana! Mukanya berseri-seri. Senyumnya beredar menghiasi plafon ruangan. Memantul-mantulkan rasa wangi dari ribuan peri. Ya Tuhan! Dia pasti akan menyampaikan berita gembira tentang pernikahannya!

"Teman teman! Kabar gembira!..." nah ini dia!

"Saya baru pulang dari Singapura menemui kolega bisnis di sana. Deal bisnis perusahaan kita berhasil dengan mereka. Beberapa proyek ada di tangan kita sekarang! Aku traktir gado-gado semua ya!" wah wah!

Semua orang bertepuk tangan tanpa diaba-aba. Lalu berduyun-duyun mendatangi Tuan Puteri memberi selamat dengan wajah-wajah riang gembira. Prolet tidak ketinggalan. Menyalami dan memberanikan diri berbisik, tetap dengan gagapnya yang aneh,

"Se...selamat Tuan Puteri...jadi, be..beberapa hari ini Tuan Puteri bukan mempersiapkan per...perni...kahan di Singapura?"

Tuan Puteri memandang Prolet dengan tatapan menusuk.

"Hmmmm....kamu termakan berita hoax! Sebagai hukuman atas kebodohanmu. Kamu yang harus berangkat membeli gado-gado Mak Somah untuk semua! Bukan Sahwat..."

Prolet terperangah. Berlari-lari kecil menuju parkiran motor setelah menerima uang dari Tuan Puteri untuk memborong gado-gado. Jantung dan hatinya kembali utuh. Dia sudah punya rongga dada lagi! Ini kabar dari Malaikat!