webnovel

Gu Anxi Mungkin Sungguh Tidak Memiliki Jiwa Seni

Editor: Wave Literature

Suara Shen Wanqing terdengar semakin pelan. "Lagi pula, tempat dia bekerja tidak bisa dikunjungi sembarang orang."

Ini menegaskan bahwa pekerjaan paruh waktu Gu Anxi di Bar Dise adalah sebuah fakta.

Selain itu, fakta lain yang terkuak adalah memang benar kalau tak ada seorang pun di Keluarga Gu Anxi yang bisa mengendalikannya.

Wow, primadona kampus ini ternyata benar-benar gadis liar!

Profesor Gao mengangguk, dan wajahnya menunduk tampak seperti sedang meneteskan air mata kesedihan saat mendengar cerita mahasiswinya itu, lalu dia buru-buru keluar kelas.

Profesor Gao mencari nomor kontak wali mahasiswa yang tertera di informasi kontak sekolah dan meneleponnya, tetapi nomor itu...

Adalah nomor Gu Yuntian.

Ponsel Gu Yuntian sendiri sudah lama rusak.

Orang itu juga tidak akan pernah bisa mengangkat telepon lagi.

Profesor Gao sangat marah. Dia melakukan panggilan telepon yang kedua ke nomor ponsel Wang Keru.

Wang Keru tidak pergi bermain mahjong hari ini karena suasana hatinya sedang buruk. Dia masih sangat marah pada Gu Anxi.

Jelas-jelas ada kesempatan emas di tangannya, tapi gadis itu tetap saja sangat sulit diatur. Gadis keras kepala yang lebih memilih sedikit uang dan mengabaikan segudang uang di depan mata.

Wang Keru dari awal sudah dalam suasana hati yang buruk. Dia bahkan semakin tersulut emosi saat menerima telepon.

Tanpa basa-basi, Profesor Gao langsung mengatakan kalau wali Gu Anxi harus datang ke kantor jurusan untuk membahas kelakuan anaknya.

Wang Keru menutup panggilan. Rasa muaknya pada Gu Anxi sudah memenuhi hatinya hingga rasanya sampai sudah tidak ada tempat lagi. Dia segera berganti pakaian dan turun ke lantai bawah.

Qin Han hari ini ternyata masih berada di rumah dan sedang duduk di sofa sambil membaca koran.

Saat mendengar langkah kaki menuruni tangga, Qin Han melipat koran di tangannya dan tersenyum tipis pada Wang Keru. "Mengapa wajahmu cemberut begitu?"

Wang Keru terus menuruni tangga, lalu duduk di sebelah Qin Han tanpa mengucapkan apapun.

Qin Han langsung mengerti dan sedikit mengangguk."Apa Anxi membuat ulah lagi?"

Wang Keru masih tidak mengatakan sepatah kata pun. Qin Han melanjutkan membaca korannya sambil berbicara. "Jika ada sesuatu di kampus, kamu bisa mengatasinya dengan mudah. Universitas Qing termasuk perguruan tinggi yang cukup bagus. Lagi pula, perilakunya akan berpengaruh pada kelulusan jika dia tetap saja tidak mau belajar lebih giat untuk memperbaiki nilainya."

Setelah jeda sesaat, Qin Han seperti memikirkan sesuatu. Ia berujar sambil berdecak dan menggelengkan kepala, "Mungkin dalam diri Gu Anxi benar-benar tidak ada jiwa seni, jadi jangan terlalu memaksanya." 

Wang Keru mengambil dompetnya dan berkata dengan lelah. "Aku akan pergi ke rumah sakit dulu."

Qin Han hanya diam saja.

Beberapa saat kemudian, terdengar suara mobil di halaman.

Ketika Wang Keru tiba di Rumah Sakit Yunxi, waktu sudah menunjukkan pukul 10.30 pagi.

Pemeriksaan tubuh Gu Yuntian masih belum selesai. Gu Anxi berdiri di lorong rumah sakit. Tubuh tinggi dan ramping itu bersandar pada dinding. Dia terus melihat ke arah pintu ruang operasi dari waktu ke waktu.

Di sepanjang lorong rumah sakit, terdengar suara sepatu hak tinggi yang agak tajam karena berjalan terburu-buru.

Wang Keru sudah di puncak kemarahannya saat ini. Dia langsung mengomel tanpa menyapa putrinya dulu. "Bisa-bisanya kamu masih berdiri di sini! Pihak kampus tadi meneleponku, jadi aku terpaksa harus datang ke sini."

Gu Anxi menoleh menatapnya. "Aku sudah meminta izin tidak masuk sekolah."

"Meminta izin?" Wang Keru tersenyum sinis. "Apa masalahmu hanya sesimpel membolos? Ada seseorang yang diam-diam mengekspos pekerjaanmu di Bar Dise ke forum kampus. Apa kamu tahu kalau semua komentar di postingan itu menjelek-jelekkan dirimu?"

Gu Anxi malah memalingkan muka dengan acuh tak acuh. "Tidak tahu."

Suara Wang Keru penuh penekanan, seperti takut kehilangan muka karena Gu Anxi lagi. "Bagaimana bisa kamu masih tetap tenang? Ayo, sekarang pergi ke kampus bersamaku dan beri alasan yang jelas pada dosenmu. Berjanjilah, jangan pernah pergi ke tempat tidak benar seperti itu lagi."

Gu Anxi menundukkan kepalanya, dan ujung kakinya menendang lantai rumah sakit. "Ayah sedang diperiksa."

"Kamu bisa menjaganya lagi setelah menyelesaikan urusan kampus," sahut Wang Keru dengan dingin.

Selain itu, apa gunanya… memeriksa ulang orang yang sudah tidak ada harapan selayaknya mayat hidup itu?

Mata Wang Keru terasa panas. Dia berbicara sambil menarik Gu Anxi untuk ikut dengannya.

Gu Anxi mengernyit dan menarik kembali tangannya dengan cepat.

Tangannya yang terkulai di sisi tubuhnya masih terasa sakit yang menusuk akibat genggaman Wang Keru.

Wang Keru semakin marah karena penolakan Gu Anxi. "Tidak bisakah kau menuruti perkataan ibumu ini?"

Gu Anxi menjawab dengan sangat tegas. "Aku akan tetap menunggu Ayah di sini."

Wang Keru semakin tersulut emosi. Dia mundur selangkah dan berujar, "Oke oke, ibumu ini memang sama sekali tidak ada artinya di hatimu. Kamu tidak akan pernah mau mendengar apapun yang aku katakan, kan?"

Setelah melontarkan kata-kata yang menyedihkan ini, Wang Keru berharap Gu Anxi dapat melunak dan meminta maaf padanya.