webnovel

3. Keajaiban Kucing

Pangeran Brama ingin mendekati wanita yang masih berdiri di gardu penjagaan namun kucing itu segera menggigit kakinya dan mengajak Pangeran untuk bersembunyi di balik bangunan lain. Pangeran Brama merasa sangat kagum pada kemampuan sang kucing yang seolah tahu apa yang akan terjadi selanjutnya. Laki-laki itu mencoba untuk mengikuti apa yang diminta oleh sang kucing dan mencoba memperhatikan wanita di penjagaan dengan saksama.

"Apakah kau tahu siapa dia? Dalam gelap seperti ini, aku tidak pernah bisa memandang sekelilingku dengan jelas, apalagi mataku saat ini sakit karena tangisanku. Coba kau beritahu aku!"

"Miauw"

Kucing itu menjentikkan jarinya dan tiba-tiba dia memegang sebuah cermin dan mengarahkannya pada sang wanita, membuat Pangeran Brama mengerutkan keningnya. Beberapa menit kemudian, cermin yang dipegang oleh kucing diarahkan pada Brama dan laki-laki itu terkejut melihat siapa yang saat ini ada di sana.

"Sheryl? Apa yang akan dia lakukan di sana? Mengapa dia ada di gerbang istana seorang diri dan dia keluar dari istana selir tanpa pengawalan?"

Kucing itu mengangguk. Pangeran Brama merasa ada sesuatu yang akan terjadi pada istananya. Selama ini ia tidak pernah tahu kalau ayahnya mencintai teman Andira dan menikahi gadis belia itu, lalu menjadikannya sebagai selir. Pangeran Brama sebenarnya merasa ada sesuatu yang disembunyikan oleh gadis itu, namun sebagai anak ia hanya bisa menurut kepada keinginan kedua orang tuanya. Dia menerima Sheryl sebagai ibu tirinya karena ratu Kencana sama sekali tidak menolak permintaan ayahnya menjadikan Sheryl sebagai madunya.

Beberapa saat berlalu dan belum ada tanda-tanda Sheryl akan melakukan sesuatu. Dia masih berdiri di tempatnya sambil sesekali menoleh ke kanan dan ke kiri seolah mencari seseorang.

"Siapa yang dia cari di sini?

Kucing di hadapan Pangeran Brama seolah tersenyum mendengar pertanyaan Brama. Dia sebenarnya akan mengatakan kepada Pangeran Brama bahwa Sheryl menunggu seorang laki-laki yang menyamar sebagai prajurit di istana kerajaan Daha, namun kucing itu tidak ingin membuat Pangeran Brama mengetahui semuanya dengan instan.

"Katakan kepada siapa yang dia tunggu? Aku akan mencoba mengurungkan semua kejadian dan membuat Sheryl kembali ke istananya untuk beristirahat. Aku tidak ingin Ibu tiriku mengalami hal yang tidak baik dan tidak ada orang yang tahu."

Mendengar ucapan Pangeran Brama, kucing itu menggelengkan kepalanya. Ia menjulurkan kepalanya ke depan seolah memberitahu Pangeran Brama bahwa di depannya sudah ada orang baru yang akan menjawab teka-tekinya. Pangeran Brama mengikuti tatapan kucing yang mengarah pada Sheryl.

Ia mengerutkan kening saat melihat Sheryl bersama dengan laki-laki yang tidak dikenal oleh pangeran Brama. Mereka kemudian saling berpelukan seolah sedang melepaskan kerinduan masing-masing. Pangeran Brama mengepalkan tangannya mengetahui pengkhianatan yang dilakukan oleh ibu tirinya. Ia ingin menjebak mereka berdua dan membawa ke hadapan Raja Daha namun sekali lagi kucing itu menolak keinginan Brama.

"Jangan pernah ke sana, Pangeran. Biarkan mereka bermain api di belakang yang mulia raja. Kelak Yang Mulia Raja akan tahu kelakuan istrinya. Ada saatnya Sheryl akan menerima hukuman atas tindakan yang sudah dia lakukan selama ini."

Pangeran Brama terpana mendengar kalimat yang diucapkan oleh kucing di hadapannya. Dia tidak pernah menyangka kalau kucing di hadapannya bisa bicara.

Pangeran Brama melihat kucing ajaib di hadapannya.

"Katakan padaku siapa dirimu? Mengapa sebagai binatang kamu memiliki kemampuan untuk berbicara? Aku juga heran karena engkau juga memiliki kemampuan untuk membaca situasi yang akan terjadi di sekeliling kita."

"Aku kucing ajaib. Panggil saja namaku dengan Manis. Pangeran tidak perlu tahu siapa dan darimana aku. Cukup kita saling membantu dan kehidupan di kerajaan Daha akan tenang dan damai."

Pangeran Brama mengangguk. Dia memang belum memiliki keinginan untuk mengetahui siapa kucing itu sebenarnya.

Yang masih mengganggu perasaannya adalah hilangnya Putri Anjani dari dalam kehidupannya. Pangeran diam pada posisinya sambil terus menyaksikan kegiatan yang dilakukan oleh Sheyl dan laki-laki itu. Beberapa kali ia mencoba meninju ruangan kosong untuk melampiaskan kemarahannya. Dia merasa dirinya yang dikhianati oleh Sheryl. Dia merasa kasihan kepada ayahnya karena sudah salah memilih istri. Melihat Pangeran Brama menahan kekesalannya kucing manis menggeleng

"Jangan pernah bersedih atas tindakan mereka, Pangeran. Fokus kepada tujuan awal Pangeran yaitu untuk mencari keberadaan Putri Anjani yang sudah difitnah oleh Adik Pangeran sendiri atas provokasi dari selir Sheryl.

"Sheryl terlibat di dalamnya? Mengapa aku baru tahu? Selama ini aku tidak pernah mengetahui wanita itu keluar dari istananya. Bahkan saat di hadapanku dia sama sekali tidak memandangku seolah dia tidak mengenalku sama sekali."

"Hahaha kamu tertipu pangeran. Yang sebenarnya terjadi dia tidak diam saja seperti apa yang Pangeran katakan. Sheryl selalu mencuri pandang kepada Pangeran tanpa sepengetahuan yang mulia raja. Yang aku tahu Sheryl menikah dengan yang mulia Raja karena dia ingin dekat dengan pangeran Brama."

"Apa apa kamu katamu mu? Apakah yang kamu katakan bisa aku terima? Ah kucing, aku tidak akan mudah mempercayai semua ucapanmu."

Kucing segera mengeluarkan cerminnya kembali. Dia kemudian memutar video kehidupan Pangeran Brama saat bersama dengan istri dan keluarganya. Beberapa kali matanya mengerjap tidak percaya dengan apa yang dilihatnya. Kucing itu memperbesar adegan yang fokus pada apa yang dilakukan oleh Sheryl saat menatapnya dengan malu-malu.

"Apakah masih kurang jelas? Apakah Yang Mulia akan menanyakan kapan adegan ini saya rekam? Tidak penting, Pangeran. Yang terpenting sekarang Pangeran bisa mengetahui siapa selir sebenarnya."

"Lalu apa yang harus kulakukan selanjutnya, Manis? Apakah aku akan membiarkan mereka melenggang dengan bebas di istanaku? Apakah aku . . . ."

"Untuk sementarra waktu bertahanlah pada posisi sekarang, Pangeran. Jangan mengambil langkah apapun. Biarkan mereka dengan kegiatannya dan biarkan Yang Mulia Raja menikmati kehidupannya dengan ular betina itu. Yang Mulia Raja tidak akan percaya sebelu beliau mengetahui semua kegiatan Sheryl kalau belum melihatnya sendiri."

Pangeran Brama diam. Dia menunduk. Ingatannya kembali pada istrinya yang saat ini entah dimana. Ia ingin sekali mencari Anjani dan membawanya pergi meninggalkan istananya agar mereka bisa hidup aman dan nyaman berdua.

"Apa yang sedang Pangeran pikirkan akan terjadi suatu hari nanti."

Pangeran Brama menatap kucing.

"Apakah kau tahu apa yang sedang kupikirkan sekarang?"

"HA ha ha, tentu saja. dengan cermin ini aku bisa mengetahui apapun. Pangeran hanya butuh untuk bersabar dalam menjalani kehidupan ini."

"Apa maksudnya? Apakah dengan kau mengatakan bahwa semua hayalanku akan benar-benar terjadi itu menandakan bahwa istriku masih hidup?"

Kucing ajaib itu mengangguk.

"Simpulkan saja sendiri"

"Kucing, benarkah? Apakah yang kau ucapkan itu benar? Aku bisa menemuinya kembali? Dimana? Tunjukkan padaku sekarang. Aku akan membuat istriku bahagia dengan caraku. Aku ikhlas melepaskan semua jabatanku sebagai pangeran calon pengganti raja Daha."